Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
DIREKTUR Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengungkapkan ada kejanggalan beberapa komponen pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Yakni, mengenai pertumbuhan investasi dan konsumsi rumah tangga yang berada di luar ekspektasi.
Faisal menyoroti lonjakan pertumbuhan investasi fisik atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tumbuh 6,99% secara tahunan (yoy) pada kuartal II 2025. Angka ini naik signifikan dari sekitar 2,12% pada kuartal sebelumnya. Angka PMTB yang hampir 7% tersebut menjadi tertinggi sejak kuartal II 2021 atau saat pandemi.
“Sejak pandemi covid-19, belum pernah investasi tumbuh setinggi ini. Kalau tumbuh hampir 7%, memang tinggi sekali lah, di luar dugaan," kata Faisal kepada Media Indonesia, Rabu (6/8).
Kondisi ini dianggap bertolak belakang dengan berbagai indikator di lapangan yang justru menunjukkan keraguan investor terhadap kepastian dan efektivitas kebijakan pemerintah. Karena itu, ungkap Faisal, prediksi pertumbuhan investasi di kuartal II 2025 tidak berbeda jauh dengan kuartal sebelumnya.
"Ada banyak keraguan dari para investor terkait dengan kebijakan-kebijakan dan efektivitas daripada kebijakan pemerintah. Itu yang menjadi alasan kenapa kami memprediksi pertumbuhan investasi tidak begitu tinggi," ucapnya.
Komponen kedua yang dinilai mengejutkan adalah konsumsi rumah tangga, yang tercatat tumbuh 4,97%. Meski sedikit lebih tinggi dibandingkan kuartal I, angka ini tetap dianggap ganjil karena bertentangan dengan berbagai indikator utama (leading indicators). Mulai dari indeks penjualan riil, keyakinan konsumen, hingga kinerja penjualan barang-barang tahan lama (durable goods) yang menunjukkan tren perlambatan pada kuartal II 2025.
"Jadi, saya tidak expect pertumbuhannya akan lebih baik di kuartal kedua. Sehingga ketika keluar angka 4,97% untuk konsumsi rumah tangga, ya jelas ini di luar prediksi kita," tukasnya.
Lebih lanjut, Faisal juga menyoroti adanya kesenjangan antara data statistik makroekonomi dengan kondisi yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Ia menilai bahwa angka-angka yang dirilis pemerintah, meskipun terlihat membaik, sering kali tidak sejalan dengan realitas di lapangan.
"Kenyataannya di lapangan masih banyak hambatan yang dirasakan masyarakat dalam kegiatan konsumsi sehari-hari," katanya.
Pandangan berbeda disampaikan Wakil Rektor Universitas Paramadina Handi Risza. Ia menyebut pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan tersebut menjadi kabar positif dan membalik prediksi sejumlah pengamat dan lembaga ekonomi.
"Pertumbuhan ekonomi nasional mampu membalik ramalan sejumlah pengamat dan lembaga,” tuturnya dalam keterangan resmi.
Ia berpandangan faktor musiman turut menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025. Menurutnya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada periode ini tidak bisa dilepaskan dari banyaknya hari libur nasional dan keagamaan. Momentum seperti Idul Fitri, Waisak, Isa Almasih, hingga Idul Adha disebut telah memicu peningkatan pengeluaran rumah tangga yang signifikan selama periode tersebut.
“Membaiknya pertumbuhan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari meningkatnya komponen pendorong konsumsi rumah tangga, kebutuhan primer dan mobilitas ke tempat wisata, serta meningkatnya kebutuhan makanan dan minuman," terangnya.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi 54,25% atau 2,64% terhadap total pertumbuhan. Sementara investasi melalui PMTB memberikan kontribusi sebesar 27,83% atau 2,06% terhadap pertumbuhan.
“Dengan demikian, 82,08% PDB kuartal II berasal dari konsumsi rumah tangga dan PMTB. Hal ini didorong peningkatan kebutuhan rumah tangga dan mobilitas serta permintaan barang modal meningkat,” lanjutnya.
Dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan, yaitu sebesar 1,13%, diikuti oleh perdagangan (0,70%), informasi dan komunikasi (0,53%), serta konstruksi (0,47%).
Namun demikian, Handi juga mencatat bahwa sektor manufaktur nasional masih menghadapi tantangan serius. Berdasarkan data S&P Global, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juli 2025 tercatat 49,2, masih berada di zona kontraksi dan menandakan bahwa sektor industri belum sepenuhnya pulih.
PMI Indonesia sebelumnya tercatat berada di angka 46,7 pada April, 47,4 pada Mei, dan 46,9 pada Juni 2025. Meskipun angka pada Juli menunjukkan sedikit perbaikan, posisi yang masih berada di bawah 50 menandakan adanya tekanan yang berkelanjutan terhadap aktivitas produksi dan permintaan. (H-2)
Laju pertumbunan ekonomi Indonesia triwulan I 2025 hanya 4,87% secara tahunan (year on year/yoy).
Indonesia diproyeksikan hanya memiliki pertumbuan ekonomi rata-rata 4,8% hingga 2027. Adapun, rinciannya adalah 4,7% pada 2025, 4,8% pada 2026, dan 5% pada 2027.
SEKTOR pertanian memainkan peran kunci dalam mendongkrak investasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
EKONOMI Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,08% secara tahunan (year on year/yoy) di triwulan IV 2024 dan tumbuh 5,05% (yoy) sepanjang 2024.
Pemanfaatan ruang laut diprediksi akan memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi sebesar 8% selama pemerintahan Prabowo-Gibran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved