Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Penurunan Kasus Covid-19, Mendorong Tren Penguatan Rupiah

Fetry Wuryasti
20/9/2021 17:56
Penurunan Kasus Covid-19, Mendorong Tren Penguatan Rupiah
Petugas menata uang rupiah(ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)

PENURUNAN jumlah infeksi Covid-19 memberikan dampak positif kepada aliran arus modal masuk pada awal September yakni dari USD8,39 juta menjadi USD 9,06 juta. Kenaikan arus modal masuk juga menyusul adanya relaksasi PPKM di beberapa daerah utamanya Jakarta dan daerah lainnya di Jawa-Bali.

Adanya kenaikan arus modal masuk menyiratkan kepercayaan investor mulai naik, setelah bencana gelombang kedua Covid-19 yang mencatatkan kematian hingga 1.000 angka per hari.

"Di sisi lain, kenaikan arus modal masuk turut berpengaruh terhadap penguatan nilai tukar terhadap USD pada tingkat Rp14.210," kata Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky, Senin (20/9).

Melihat ke aspek yang lain, adanya rencana burden sharing selanjutnya antara BI dengan Kementerian Keuangan mempengaruhi performa imbal hasil surat utang pemerintah. Hal ini ditunjukkan dengan tren penurunan imbal hasil untuk surat utang pemerintah jangka 10-tahun di awal September.

Dalam skema saat ini, BI berperan sebagai pembeli utama, terutama untuk menutupi seluruh beban bunga pada tahun ini dan 2022. Di sisi lain, dengan kepemilikan SBN yang didominasi BI, perbankan hanya mampu dan harus bersaing dengan pihak lain untuk mendapatkan proporsi SBN yang relatif kecil.

"Akibatnya, mereka akan menggunakan likuiditasnya untuk menyalurkan kredit," kata Riefky.

Meskipun penguatan rupiah hanya berlangsung sementara dengan tercatatnya depresiasi sebesar 1,44% (ytd) pada minggu setelahnya, nilai tersebut masih jauh lebih baik dibandingkan dengan negara beberapa berkembang lainnya seperti Malaysia maupun Thailand yang masing-masing mencatatkan nilai depresiasi sebesar 3,73% (ytd) dan 10,40% (ytd).

Baca juga: Kemungkinan PPKM Kembali Diperpanjang, Rupiah Tertekan

Sementara itu, beberapa negara mencatatkan penguatan nilai tukar, seperti Rusia dan Brasil, menyusul langkah agresif yang diambil bank sentral masing-masing dalam menaikkan suku bunga acuan untuk mengendalikan tekanan inflasi (Rusia meningkatkan suku bunga acuan sebesar 2,25% dan Brasil sebesar 3,25%).

Lebih jauh, meskipun mencatatkan angka depresiasi, namun untuk beberapa saat ke depan nilai tukar dari beberapa negara berkembang diprediksikan akan mulai menguat seiring dengan terpusatnya fokus pasar pada rapat bulanan The Fed (FOMC) yang akan diadakan 21-22 September 2021, waktu setempat.

Di sisi lain, cadangan devisa menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan ke level USD 145 miliar. Nilai tersebut tercatat sebagai nilai cadangan devisa tertinggi sepanjang tahun ini. Salah satu pendorong naiknya cadangan devisa adalah diberikannya Special Drawing Rights (SDR) dari IMF kepada negara anggota termasuk Indonesia. Nilai cadangan devisa yang tercatat saat ini mampu untuk membiayai impor dan utang luar negeri pemerintah selama 8,7 bulan ke depan.

"Dengan tingginya nilai devisa maka diharapkan BI memiliki cukup amunisi untuk menghadapi guncangan nilai tukar di masa depan," kata Riefky.

Beberapa nilai positif tercatat dari sisi pasar dan eksternal, mulai dari arus modal masuk hingga peningkatan cadangan devisa. Penurunan kasus infeksi Covid-19 yang cukup persisten sejak pertengahan Juli juga telah mengakibatkan adanya pelonggaran PPKM.

Secara praktis ini membuat beberapa sektor dan aktivitas bisnis dapat kembali berjalan meskipun harus tetap berada di bawah protokol kesehatan yang ketat.

Namun, kondisi saat ini masih tetap dibayangi ketidakpastian serta belum terlihatnya peningkatan permintaan yang signifikan, sehingga rencana

pemulihan ekonomi menjadi lebih terbatas. Ditemukannya varian baru hasil mutasi virus Covid-19 juga membuat munculnya peluang baru dalam lonjakan angka kasus, jika pemerintah dan masyarakat tidak secara matang melakukan antisipasi.

Di sisi lain, adanya kebijakan Local Currency Settlement (LCS) antara BI dan PBOC, akan memberikan angin segar bagi keberlangsungan industri, dengan adanya potensi turunnya ketidakpastian arus perdagangan seiring makin stabilnya nilai tukar,mengingat Tiongkok telah lama menjadi mitra dagang utama bagi Indonesia. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya