Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Inflasi Juli 2021 Tercatat 0,08%, Obat Penyumbang Utama

M. Ilham Ramadhan Avisena
02/8/2021 13:51
Inflasi Juli 2021 Tercatat 0,08%, Obat Penyumbang Utama
Presiden Joko Widodo sidak obat covid-19 ke apotek(BIRO PERS ISTANA/SETPRES)

BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi pada Juli 2021 sebesar 0,08%, lebih baik dari Juni (month to month/mtm) yang tercatat deflasi 0,16%. Sedangkan inflasi tahun kalender tercatat 0,81% dan secara tahunan (year on year/yoy) tercatat 1,52%.

Tingkat inflasi Juli 2021 didapat dari hasil pemantauan yang dilakukan di 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK). Dari 90 kota IKH tersebut, 61 diantaranya mengalami inflasi dan sebanyak 29 kota tercatat mengalami deflasi dan tertinggi terjadi di Manokwari sebesar 0,60%.

Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers secara virtual, Senin (2/8) mengatakan, inflasi pada Juli 2021 terjadi lantaran adanya kenaikan beberapa harga komoditas. Setidaknya, tujuh dari 11 kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi.

"Inflasi terbesar terjadi pada kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,24%, di mana andilnya pada inflasi Juli 2021 sebesar 0,01%," ujarnya.

Inflasi yang terjadi pada kelompok pengeluaran kesehatan, imbuh Margo, berkaitan dengan penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level III-IV di beberapa wilayah.

BPS mencatat terjadi inflasi pada sub kelompok pengeluaran kesehatan seperti obat-obatan dan produk kesehatan sebesar 0,47%. Di beberapa wilayah IHK, obat-obatan yang mengalami kenaikan berupa obat batuk, penurun demam, dan flu.

Baca juga: Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 3 Makin Terpangkas akibat Perpanjangan PPKM

Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau turut memberi andil signifikan pada tingkat inflasi Juli 2021. Margo bilang, kelompok itu mengalami inflasi sebesar 0,15% dan memberi andil pada tingkat inflasi sebesar 0,04%.

Komoditas yang dominan menyumbang inflasi pada kelompok pengeluaran tersebut yakni cabai rawit, tomat, bawang merah, cabai merah, dan rokok kretek filter.

"Cabai rawit memang memiliki andil besar karena selain faktor cuaca, ada juga faktor memasuki musim peralihan dari pancaroba. Kalau dilihat dari 90 kota yang kita pantau, cabai rawit itu tertinggi kenaikannya terjadi di Probolinggo sebesar 68% dan Meulaboh sebesar 61%," jelas Margo.

Sedangkan komoditas yang menahan laju inflasi kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yaitu daging ayam ras, beras, telur ayam ras, dan emas perhiasan. Dari pemantauan 90 kota, kata Margo, penurunan harga daging ayam ras tertinggi terjadi di Provinsi Jambi 25%, dan di Parepare sebesar 22%.

Adapun berdasarkan komponen pembentuk inflasi, BPS mencatat inflasi inti memberikan andil tertinggi pada tingkat inflasi Juli 2021. Inflasi inti tersebut berkaitan dengan daya beli masyarakat.

BPS mencatat inflasi inti pada Juli 2021 sebesar 0,07% dengan andil 0,05% pada tingkat inflasi. Sedangkan komoditas yang mendorong inflasi inti yakni obat dan resep 0,003%, sabun detergen 0,002%, diikuti sabun mandi cair, deodoran, obat gosok dengan andil masing-masing 0,001%.

"Kalau dilihat polanya, (inflasi inti) dari mulai April-Mei meningkat, dan dari Mei-Juli menunjukkan penurunan, tapi nilainya masih positif. Demikian juga secara tahunan," kata Margo.

Adapun dua komponen lain seperti harga yang diatur pemerintah dan harga bergejolak juga tercatat mengalami inflasi, masing-masing sebesar 0,01% dan 0,14%.

Pada komponen harga diatur pemerintah, komoditas penyumbang inflasi yakni rokok kretek filter dengan andil 0,01%. Lalu pada komponen harga bergejolak pendorong inflasi yakni cabai rawit dengan andil 0,03%, tomat 0,01%, cabai merah 0,01%, bawang merah 0,01%, sawi 0,01%, dan tahu mentah 0,01%. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik