Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Covid-19 Menggila, Ekonom Sarankan Lockdown

Insi Nantika Jelita
21/6/2021 12:25
Covid-19 Menggila, Ekonom Sarankan Lockdown
Ilustrasi perekonomian pada pelaku UMKM(ANTARA FOTO/Arnas Padda)

KENAIKAN kasus covid-19 di Tanah Air yang nyaris menyentuh angka 2 juta mendorong pemerintah untuk mengambil opsi penguncian wilayah atau lockdown. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menuturkan sebaiknya pemerintah jangan berkelut dengan kebijakan coba-coba.

"Kalau kondisi ledakan kasus diatas 12.000 per hari mau tidak mau lockdown harus dilakukan. Kita terlambat untuk putuskan lockdown di awal. Pemerintah jangan sering mengadu narasi antara pilihan kesehatan dan ekonomi serta kebijakan coba-coba lainnya," ungkapnya kepada wartawan, Senin (21/6).

Kebijakan coba-coba yang dimaksud Bhima seperti pembukaan tempat wisata saat libur lebaran tahun ini pada Mei lalu. Hal itu dianggap menjadi blunder karena dapat menyebabkan kerumunan di saat kasus covid-19 nasional masih tinggi dan belum terkendali.

"Itu kebijakan yang prematur dan justru blunder bagi ekonomi sendiri. Sebaiknya segera diputuskan saja, kalau mau lockdown ya secara nasional, tidak bisa satu provinsi memutuskan lockdown, tidak akan efektif," tegas Bhima.

Dia menambahkan, persiapan dari sisi anggaran pemerintah harus difokuskan semua ke belanja kesehatan dan perlindungan sosial. Pemerintah juga dimintah setop dulu belanja-belanja infrastruktur karena perlu ada realokasi ekstrem selama masa lockdown.

"Belanja-belanja yang sifatnya tidak urgen seperti belanja perjalanan dinas work from Bali itu batalkan segera. Estimasinya dengan anggaran infrastruktur Rp413 triliun yang dihemat saja akan banyak suport untuk lakukan lockdown," ujar Bhima.

Baca juga: Tertekan Kasus Covid-19, IHSG Anjlok Sampai Level 5.900

Dia menyebut, jika penerapan lockdown efektif maka ekonomi akan tumbuh solid, tidak semu seperti sekarang. Seakan tingkat kepercayaan konsumen naik, tapi setelah ledakan kasus covid-19 berisiko turun lagi.

Pertumbuhan ekonomi di kuartal ke II 2021 pun diperkirakan 2-4%. Meski positif, imbuh Bhima, sifatnya temporer karena ada momen lebaran yang mana daya beli terangkat. Sementara kuartal ke III 2021 diprediksi rentan alami tekanan dan berisiko negatif lagi.

"Kita jangan sampai mengulang lagi di titik nol. Saya yakin pelaku usaha mau mendukung lockdown dengan catatan ada kompensasi yang layak dari pemerintah dan efektif pengawasan dilapangan atau tidak ada diskriminatif," tukas Bhima.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya