Headline
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
NERACA perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada Mei 2021. Capaian itu membuat Indonesia konsisten mempertahankan kinerja perdagangan selama 13 bulan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam konferensi pers, Selasa (15/6), mengatakan, capaian surplus itu perlu diapresiasi. Namun dia mengingatkan pandemi covid-19 masih membayangi dan perlu diwaspadai.
"Surplus Mei merupakan yang tertinggi di 2021. Harapannya neraca dagang kita terus mengalami surplus dengan tren lebih tinggi lagi," imbuhnya. "Tapi kita tetap harus waspada. Masih ada risiko besar membayangi ekonomi Indonesia dan dunia masiha ada penademi," sambung Suhariyanto.
Surplus neraca dagang pada Mei 2021 terjadi ketika ekspor nasional tercatat US$16,60 miliar atau turun 10,25% secara bulanan (month to month/mtm) dari nilai sebelumnya sebesar US$18,49 miliar. Sedangkan nilai impor pada Mei 2021 tercatat US$14,23 miliar atau turun 12,16% (mtm) dari nilai sebelumnya sebesar US$16,20 miliar.
Suhariyanto memerinci nilai ekspor sektor migas pada Mei 2021 tercatat US$0,94 miliar, turun 2,68% dari bulan sebelumnya. Lalu nilai ekspor sektor pertanian tercatat US$0,24 miliar, turun 30,06% (mtm).
Kemudian nilai ekspor sektor industri pengolahan tercatat US$12,83 miliar, turun 14,02% (mtm). Sektor pertambangan dan lainnya menjadi sektor yang mengalami pertumbuhan nilai ekspor, yakni US$2,59 miliar, atau tumbuh 14,29% (mtm).
Dari sisi impor, tiga sektor mengalami penurunan pertumbuhan. Impor konsumsi misalnya, tercatat US$1,40 miliar, turun 13,77% (mtm); bahan baku/penolong tercatat US$10,94 miliar, turun 11,60% (mtm); dan barang modal tercatat US$1,89 miliar, turun 14,09% (mtm).
Kendati demikian, Suhariyanto yang karib disapa Kecuk itu mengatakan, capaian kinerja dagang Indonesia jauh lebih baik bila dibandingkan dengan kinerja 2020 (year on year/yoy). Pada Mei 2020, kinerja ekspor Indonesia tercatat US$10,45 miliar. Itu artinya bila dibandingkan dengan posisi Mei 2021, ekspor Indonesia mengalami pertumbuhan hingga 58,76%.
Sama halnya dengan impor yang tercatat mengalami pertumbuhan 68,68%, dari US$8,43 miliar pada Mei 2020 menjadi US$14,23 miliar. Begitu pula bila dihitung secara kumulatif (Januari-Mei), pada 2021 tercatat Indonesia mengalami surplus neraca dagang sebesar US$10,17 miliar.
"Kumulatif Januari-Mei 2021 neraca perdagangan barang surplus US$10,17 miliar. Kalau dibanding surplus periode sama tahun-tahun sebelumnya, yang dicapai Januari-Mei 2021 ini bagus sekali karena surplusnya jauh lebih besar," kata Kecuk. (OL-14)
Saya tidak melihat indikasi turunnya konsumsi.
ASOSIASI Pengusaha Indonesia (Apindo) melihat capaian pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 sebesar 5,12% memberi sinyal bahwa perekonomian Indonesia masih memiliki pondasi yang kuat.
Karena itu, insentif harus dirancang sebagai bagian dari ekosistem yang mendorong produktivitas, transfer teknologi, dan peningkatan kualitas tenaga kerja.
CHIEF Economist Permata Bank Josua Pardede mengungkapkan persoalan validitas data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan ekonomi triwulan II sebesar 5,12%.
Surplus perdagangan barang yang sudah berlangsung selama 62 bulan berturut-turut menjadi bantalan utama ketahanan ekonomi eksternal Indonesia.
BPS mengungkapkan dari jumlah 33,43 juta orang lanjut usia (lansia) di Indonesia, lebih dari separuh atau 55,21% lansia di Indonesia masih masuk ke dalam angkatan kerja.
Surplus perdagangan barang yang sudah berlangsung selama 62 bulan berturut-turut menjadi bantalan utama ketahanan ekonomi eksternal Indonesia.
surplus perdagangan barang yang sudah berlangsung selama 62 bulan berturut-turut menjadi bantalan utama ketahanan ekonomi eksternal Indonesia.
Neraca perdagangan Indonesia pada April tercatat surplus sebesar US$160 juta. Kendati surplus, angka ini turun drastis dibandingkan capaian pada Maret 2025 yang mencapai US$4,33 miliar.
Surplus neraca perdagangan Indonesia masih mencatat angka besar, namun sejumlah risiko mulai mengintai kelanjutannya. Pada Maret 2025, surplus dagang Indonesia mencapai US$4,33 miliar.
Kebijakan tarif impor AS itu akan mengganggu neraca pembayaran Indonesia, khususnya neraca perdagangan dan arus investasi. Ini mengingat AS adalah mitra dagang utama Indonesia.
EKONOM Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang menuturkan penurunan surplus neraca perdagangan pada Februari 2025 dibandingkan Januari lebih disebabkan oleh peningkatan impor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved