Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
PERTUMBUHAN ekonomi Indonesia pada triwulan I 2021 tercatat masih tumbuh di zona negatif. Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat perekonomian Indonesia di tiga bulan pertama tahun ini tumbuh -0,74% secara tahunan (year on year/yoy).
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat Rp3.969,1 triliun. sedangkan PDB atas dasar harga konstan tercatat Rp2.683,1 triliun.
“Dengan begitu, ekonomi indonesia pada triwulan I 2021 masih mengalami kontraksi 0,74% yoy, dan secara kuartalan turun 0,96% q to q (quarter to quarter),” tutur Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (5/5).
Kendati tumbuh di zona negatif, ekonomi Indonesia konsisten menunjukkan pemulihan ekonomi. Hal itu, kata Suhariyanto, dapat dilihat dari perkembangan pertumbuhan ekonomi nasional sejak mengalami penurunan terdalam di triwulan II 2020.
Pada triwulan II 2020 ekonomi Indonesia tercatat tumbuh -5,32% (yoy), naik perlahan di triwulan III 2020 (yoy) menjadi -3,49%, dan di triwulan IV 2020 menjadi -2,19%. “Ini menunjukkan tanda pemulihan ekonomi akan semakin nyata dan tentu kita berharap ke depan pemulihan ekonomi terjadi di 2021 betil-betul bisa terwujud,” ucap Suhariyanto.
Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi Nasional Terus Membaik
Berdasarkan catatan BPS, ada enam lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan positif pada triwulan I 2021, yakni, informasi dan komunikasi (8,72%), pengadaan air (5,49%), jasa kesehatan (3,64%), pertanian (2,95%), pengadaan listrik dan gas (1,68%) dan real estate (0,94%).
Sedangkan 11 lapangan usaha tercatat masih mengalami pertumbuhan negatif, yakni, konstruksi (-0,79%), perdagangan (-1,23%), industri (-1,38%), jasa pendidikan (-1,61%), pertambangan (-2,02%), administrasi pemerintahan (-2,94%), jasa keuangan (-2,99%), jasa lainnya (-5,15%), jasa perusahaan (-6,10%), akomodasi dan makan minum (-7,26%), dan transportasi dan pergudangan (-13,12%).
“Menurut lapangan usaha, 64,56% PDB triwulan I 2021 ini berasal dari industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan,” kata Suhariyanto.
Adapun berdasarkan pengeluaran, tercatat hanya tiga kelompok yang mengalami pertumbuhan positif, yaitu konsumsi pemerintah (2,96), ekspor (6,74%), dan impor (5,27%). Sedangkan tiga kelompok lain masih mengalami pertumbuhan negatif seperti konsumsi rumah tangga (-2,23%), konsumsi LNPRT (-4,53%), dan PMTB (-0,23%).
Suhariyanto bilang, konsumsi rumah tangga yang tumbuh -2,23% itu merupakan sumber kontraksi terdalam pada sumber pertumbuhan PDB triwulan I 2021 menurut pengeluaran sebesar -1,22%. “Tapi memang kontraksi menunjukkan arah perbaikan kalau kita bandingkan triwulan II hingga triwulan III 2020,” tutur Suhariyanto. (OL-2)
HIMPUNAN Kawasan Industri Indonesia (HKI) menegaskan perlunya langkah konkret untuk memperkuat ekosistem investasi kawasan industri di tengah target ambisius pemerintah
PENURUNAN tajam peringkat daya saing Indonesia dalam laporan IMD World Competitiveness Ranking 2025 tidak lepas dari merosotnya efisiensi pemerintah dan efisiensi bisnis.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Situasi global yang masih dan kian tak menentu patut diwaspadai. Perkembangan dari ekonomi dunia dan konflik Timur Tengah Iran vs Israel dinilai dapat memberi dampak ke perekonomian Indonesia.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali mencatatkan defisit sebesar Rp21 triliun, setara 0,09% dari Produk Domestik Bruto (PDB) hingga akhir Mei 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved