Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Rupiah Tergerus Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

Despian Nurhidayat
09/3/2021 18:55
Rupiah Tergerus Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS
Petugas gerai penukaran valas menghitung uang rupiah.(Antara/Indrianto Eko )

NILAI tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (9/3) ini ditutup melemah. Hal itu seiring masih tingginya imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS).

Rupiah ditutup melemah 0,31% atau 45 poin ke posisi Rp14.405 per US$, dari posisi penutupan pada Senin (8/3) lalu sebesar Rp14.360 per US$.

Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai pelemahan rupiah akibat tren penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia. Tepatnya di tengah tren peningkatan yield US Treasury sebesar 47 bps sejak akhir Januari 2021.

Baca juga: Tekanan Nilai Tukar Rupiah Berlanjut

"Peningkatan yield UST tersebut didorong ekspektasi peningkatan inflasi AS dalam jangka pendek. Sejalan dengan ekspektasi pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya," ungkap Josua saat dihubungi, Selasa (9/3).

Lebih lanjut, Josua berpendapat peningkatan yield US Treasury mendorong koreksi atau pelemahan pasar obligasi global. Itu terindikasi dari keluarnya aliran modal asing dari pasar obligasi negara berkembang, termasuk pasar obligasi domestik.

"Pada Februari 2021 yang lalu, kepemilikan asing pada SBN tercatat turun sekitar US$1,06 miliar. Sementara pada awal Maret 2021 ini, kepemilikan asing pada SBN turun sekitar US$507 juta. Yield SUN dengan tenor 10 tahun tercatat naik sekitar 18 bps, jika dibandingkan akhir Februari 2021. Naik sekitar 59 bps jika dibandingkan akhir Januari 2021," papar Josua.

Baca juga: Inklusi Keuangan Belum Jangkau Pelosok, OJK: Peluang untuk Fintech

Kondisi perekonomian AS yang terus membaik terindikasi dari tren penurunan tingkat pengangguran. Berikut, tren inflasi yang diukur berdasarkan perubahan konsumsi yang cenderung meningkat. 

Lalu, inflasi tahunan AS pada Februari 2021 yang akan dirilis Rabu (10/3) waktu setempat. Itu diperkirakan kembali meningkat ke kisaran 1,7% dari bulan sebelumnya 1,4%.

"Optimisme pemulihan ekonomi AS juga didukung stimulus fiskal sebesar US$1,9 triliun, yang diumumkan Sabtu kemarin. Serta, perkembangan vaksinasi di AS," tandasnya.(OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik