Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Aset Kuangan Perbankan Syariah Tumbuh 22,79%

M Iqbal Al Machmudi
25/2/2021 15:06
Aset Kuangan Perbankan Syariah Tumbuh 22,79%
Karyawan menghitung uang pecahan Rp100 ribu dari setoran nasabah di Bank Bukopin Syariah, Jakarta, beberapa waktu lalu.(Antara/Muhammad Adimaja.)

PERTUMBUHAN aset keuangan syariah semakin membaik di akhir 2020 mencapai 22,79% year on year (yoy). Total aset keuangan syariah Indonesia pada Desember 2020 mencapai Rp1.802,86 triliun dengan pangsa pasar sebesar 9,89% dari keuangan konvensional.

Itu dikatakan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana saat konferensi pers dan launching Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia 2020-2025 secara virtual, Kamis (25/2). Pada 2018 total aset keuangan syariah Indonesia mencapai 14,15% kemudian turun menjadi 13,84% pada 2019 dan melonjak hingga 22,79% pada 2020.

Peluncuran Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia 2020-2025 (RP2SI) yang dilakukan OJK diharapkan bisa memberikan peran yang besar bagi pertumbuhan aset keuangan syariah. Selama pandemi covid-19 pertumbuhan aset dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan melandai sejak awal pandemi tapi tetap menunjukkan angka yang positif.

"Pertumbuhan aset tumbuhan 13,11%, pembiayaan yang diberikan tumbuh dengan baik 9,08%, dan DPK 11,8%. Jika dalam perbankan nasional, kredit yang diberikan terkontraksi 2,4%," ucapnya.

Selain itu, ekosistem perbankan syariah dituntut untuk segera berubah seiring dengan teknologi yang terus berkembang dan desakan dari para konsumen di tengah pandemi ini. OJK melihat tantangan saat ini di antaranya terkait dengan ekonomi digital, shadow banking, cloud computing, digital banking, open banking, dan virtual banking.

Selain itu, terdapat tantangan perbankan secara umum seperti skala usaha, daya saing, kapasitas modal, risiko digital, cyber security, dan sistem failure risk. "Secara umum tantangan ke depan yaitu daya saing dan ekspektasi produk dan layanan oleh para stakeholders. Kami mencermati risiko digital akan menyeimbangkan pengembangan digital banking layanan syariah degan mengawal risiko siber terus diseimbangkan sehingga tidak mengakibatkan risiko lain," jelasnya.

Pihaknya berpendapat bahwa penguatan struktur dan daya saing menjadi hal yang pokok. Revolusi ekonomi digital juga menjadi hal yang penting untuk mendukung perekonomian nasional. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik