Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Harga Kedelai Stabil dalam 100 Hari

Iam/E-2
08/1/2021 04:40
Harga Kedelai Stabil dalam 100 Hari
Pekerja memproduksi tahu, di Banda Aceh, Aceh, Rabu (6/1).(ANTARA FOTO/Ampelsa)

KEPALA Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (BKP Kementan) Agung Hendriadi berharap dalam 100 hari ke depan harga kedelai mampu stabil sehingga tidak memberatkan perajin tahu dan tempe.

“Berdasarkan kesepakatan, dalam 100 hari pasokan dan harga kedelai bisa stabil, khususnya di Pulau Jawa. Berdasarkan surat edaran, harga di perajin Rp8.500 per kilogram,” kata Agung saat peluncuran Gerakan Stabilisasi Pasokan dan Harga Kedelai di Semanan, Jakarta Barat, kemarin.

Salah satu upaya yang dilakukan pihaknya ialah ­operasi pasar sebagai upaya mengendalikan harga dan menjaga pasokan. Untuk operasi pasar, Kementan menggandeng Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gapoktindo) dan Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo).

“Pertemuan dengan Gabung­an Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia dan Asosiasi Importir Kedelai Indonesia sudah dilakukan untuk menyepakati langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam menstabilkan harga,” ujar Agung.

Di kesempatan yang sama, Ketua Umum Gapoktindo Aip Syarifuddin mengapresiasi upaya cepat pemerintah dalam menstabilkan harga di kalangan perajin. Diakuinya, saat ini produksi telah kembali berjalan lancar dan perajin tahu-tempe sudah bisa berproduksi dengan harga bahan baku kedelai yang sudah disepakati.

“Terima kasih Menteri Pertanian untuk langkah konkretnya. Ini benar-benar sangat membantu. Kini harga dari Akindo sudah Rp8.500 per kilogram dan kami tidak menaikkan sepeser pun di perajin,” ujar Aip.

Pada kesempatan berbeda, sejumlah perajin tahu di Jakarta Barat meminta Kementan menyediakan kedelai lokal untuk diolah menjadi tahu.

Salah satu perajin tahu, Abu Azis, 25, mengatakan kualitas kedelai lokal jauh lebih baik daripada kedelai impor. Kualitas kedelai lokal bisa dirasakan dari rasa tahu yang lebih gurih.

“Kedelai impor itu lebih sering digunakan untuk memproduksi tempe. Kalau untuk tahu, kedelai lokal lebih bagus karena rasanya lebih gurih,” kata Azis di Pasar Kopti, Jakarta Barat, kemarin.

Saat ini, ia mengaku masih menggunakan kedelai impor dari Amerika Serikat karena suplai kedelai lokal yang belum ada.

Selain itu, harga kedelai impor jauh lebih murah ketimbang kedelai lokal. Perbedaannya hampir dua kali lipat, harga kedelai lokal Rp16.000/kg, sedangkan kedelai impor Rp9.300/kg. (Iam/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya