Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Luar Biasa,PSBB Diperketat Tidak Surutkan IHSG Siang Ini

Fetry Wuryasti
07/1/2021 12:05
Luar Biasa,PSBB Diperketat Tidak Surutkan IHSG Siang Ini
IHSG masih menguat di tengah rencana penerapan PSBB diperketat(Antara/Ali Wafa)

INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) perdagangan Kamis (7/1) dibuka pada level 6.091,71 atau naik 0,41%  dari penutupan sebelumnya kemarin di level 6.065,68.

IHSG pada sesi 1 har ini akhirnya ditutup menguat 1,21% atau 73 poin ke level 6.139. 

Langkah pemerintah untuk kembali mengetatkan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) pada pekan mendatang agaknya tidak terlalu membuat pesimis investor. Karena pembatasan kali ini tidak menggangu aktivitas bisnis utama. 

Sebagaimana diketahui  pembatasan yang diperketat antara lain membatasi WFO hanya menjadi 25% dan WFH menjadi 75%. Lalu kegiatan belajar mengajar dengan system online.

Sektor esensial khusus kebutuhan pokok masih akan beroperasi 100% namun dengan protokol kesehatan. Pusat perbelanjaan alias mal boleh beroperasi sampai jam 19.00 WIB sementara restoran hanya 25% dan pemesanan makanan harus take away dan delivery.

Sektor konstruksi masih tetap berjalan 100% dengan protokol kesehatan ketat. Rumah ibadah dibatasi hingga 50%. Fasilitas umum ditutup sementara dan moda transportasi diatur lebih jauh.

Pembatasan berpotensi memberikan tekanan psikologis pada pergerakan harga saham khususnya emiten yang terdampak langsung seperti ritel maupun restoran.

"Namun melihat kebijakan tersebut tidak memperketat sektor industri, maka dampaknya tidak akan begitu besar. Saat ini masyarakat dan pengusaha sudah mulai shifting dari penjualan konvensional ke penjualan online, yang dinilai dapat membantu turunnya pengunjung," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Kamis (7/1).

Namun kebijakan tersebut berpeluang memberikan tekanan pada daya beli yang lebih rendah di bulan Januari dimana pengetatan memaksa masyarakat untuk lebih menahan diri untuk beraktivitas.

"Skema penurunan indeks terburuk kami saat ini berada pada 5.850 – 5.950. Tapi penurunan yang terjadi dapat dijadikan momentum pembelian dimana saat ini sentimen lebih mengarah ke positif," kata Nico.

Membaiknya kinerja sektor manufaktur dinilai ikut menjadi pendorong penguatan IHSG dan juga nilai tukar rupiah. 

PMI Manufaktur Indonesia berhasil bangkit setelah penurunan terdalam selama 25 tahun terakhir dimana pengetatan aktivitas produksi memberikan tekanan yang cukup besar pada produksi.

PMI Manufaktur pada Desember berada pada level 51,3. Angka tersebut meningkat dari angka November 50,6 serta menandai ekspansi selama 2 bulan berturut-turut.

Putaran ekspansi dalam aktivitas manufaktur tentu membawa rasa optimistis dimana industri manufaktur menyumbang 21% PDB nasional pada 2019. Hal tersebut memposisikan industri manufaktur sebagai industri paling penting di Tanah Air.

Dalam beberapa bulan ke depan, stabilitas dari masuknya pesanan baru dan juga tercukupinya bahan baku menjadi faktor penting dalam menjaga pertumbuhan.

"Kami menilai stabilitas dari bahan baku dapat berpengaruh terhadap harga output dari suatu produk, sehingga apabila bahan baku dapat mengikuti jumlah permintaan," kata Nico.

Hal ini dinilai akan mampu mengiringi jalannya pertumbuhan industry manufaktur. Selain itu, sentimen positif dari pengembangan dan distribusi vaksin Covid-19 tampaknya dapat meningkatkan kepercayaan konsumen.

Diharapkan ini akan sejalan dengan meningkatnya permintaan konsumsi pasca vaksin distribusikan. Efektivitas program vaksinasi di tahun 2021 sepertinya dapat menjaga PMI nasional tetap berada di atas 50.

"Tetap cermati setiap situasi dan kondisi yang terjadi. Pasar akan mampu berubah dengan sangat cepat. Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan ditradingkan pada level 6.013 – 6.195," kata Nico. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya