Libur Panjang, Sri Mulyani Khawatirkan Peningkatan Pandemi

M. Ilham Ramadhan Avisena
01/11/2020 14:59
Libur Panjang, Sri Mulyani Khawatirkan Peningkatan Pandemi
Menkeu, Sri Mulyani(Antara)

MASA libur panjang pada 28 Oktober hingga 1 November 2020 dikhawatirkan memberi dampak negatif pada upaya pencegahan penularan covid-19.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap masyarakat tetap menerapkan disiplin protokol disiplin kesehatan selama masa libur panjang tersebut.

“Setelah libur panjang, saya khawatir. Saya mengharapkan masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan, karena kalau covid meningkat, maka kita harus melakukan langkah-langkah untuk mengerem darurat lagi yang akan berdampak pada ekonomi dan sosial,” ujarnya dalam diskusi virtual, Minggu (1/11).

Dia menambahkan, lemahnya disiplin pada penerapan protokol kesehatan akan berdampak mengular dan memperlambat pemulihan ekonomi Indonesia. Dia menekankan, agar masyarakat tidak mengabaikan penerapan 3M (Menjaga jarak, Mencuci tangan dan Menggunakan masker) dalam menjalankan berbagai kegiatan.

Sebab pemerintah tidak menginginkan adanya pembatasan ekstrem berupa karantina wilayah (lockdown) seperti yang dilakukan negara-negara lain. Negara seperti Italia dan Spanyol misalnya, saat ini dihadapkan pada persoalan gelombang kedua (second wave) pandemi covid-19. Diskusi yang dilakukan saat ini mengarah pada pemberlakuan lockdown untuk menekan penyebaran virus.

“Karena penyebaran covid yang cepat dan signifikan, maka seluruh negara mengambil langkah-langkah untuk mengamankan masyarakat untuk mencegah penularan, atau bahkan bila tertular digunakan langkah agar dia bisa recover. Misal, ada penerapan social distancing, atau bahkan ekstrem seperti lockdown,” imbuhnya.

Baca juga : Bantu UMKM Bangkit, Kemendikbud Gelar Pasar Budaya Daring

“Negara Eropa banyak membahas tentang Inggris yang menerapkan lockdown kedua mulai hari ini, Italia dan Spanyol yang menghadapi second wave. Setiap dilakukan lockdown, dampak sosial ekonomi itu luar biasa. Covid tidak menghendaki interaksi secara fisik, sehingga dengan adanya pembatasa, konsekuensi sosial, ekonomi dan kesehatan akan sangat besar. Toko-toko tutup, kantor sepi, dan ini menimbulkan dampak ekonomi yang luas,” sambung Sri Mulyani.

Indonesia, imbuh dia, menghindari penerapan lockdown tersebut. Upaya yang digunakan ialah menggalakkan penerapan 3M dan di saat yang sama pemerintah akan meningkatkan 3T (tracing, testing, treatment) untuk menekan penyebaran pandemi meluas dan meningkat.

Itu karena negara yang menerapkan lockdown memilki pertumbuhan ekonomi minus yang cukup dalam. Misal, Singapura, Malaysia memiliki pertumbuhan negatif hingga belasan persen. Pun demikian dengan negara Eropa yang tumbuh minus hingga 30% karena penerapan lockdown. Indonesia, tambah Sri Mulyani, menghindari dampak negatif tersebut.

Oleh karenanya pemerintah akan terus melakukan apa yang telah diterapkan dalam menangani pandemi dan dampaknya. Belum lagi, upaya-upaya tersebut juga diakui oleh berbagai pihak. Untuk itu masyarakat diharapkan mau bekerja sama menekan penyebaran virus dengan menerapkan disiplin protokol kesehatan.

“Kita sekarang dari sisi jumlah positif, recovery rate, Indonesia sudah lebih tinggi, untuk jumlah kematian kita agak sedikit di atas dunia namun sudah menurun signifikan, ini langkah-langkah yang diapresiasi oleh semua pihak. Saya tahu, seluruh dunia juga sudah merasa lelah menghadapi covid ini, tapi kita tidak boleh dan harus menang,” ujarnya. (OL-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya