IHSG Terkoreksi Bakar Saham Rokok

Fetry Wuryasti
20/10/2020 18:58
IHSG Terkoreksi Bakar Saham Rokok
.(ANTARA/Sigid Kurniawan)

PENUTUPAN perdagangan bursa Selasa (20/10) diwarnai dengan koreksi 0,52% di level 5.099,84, dari penutupan hari sebelumnya pada level 5.126,33. Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) didorong sektor properti  (-1,91%) dan konsumer (-1,29%).

Koreksi pada sektor konsumsi itu terbebani oleh tiga emiten industri rokok yang mengalami koreksi cukup dalam. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) terkoreksi 2.525 poin (-5,86%), PT PT Hanjaya Man dala Sampoerna Tbk (HMSP) terkoreksi 85 poin (-5,67%), PT Wismilak Inti Makmur Tbk terkoreksi 20 poin (-5,21%), diikuti PT Indonesian Tobbaco Tbk terkoreksi 15 poin (-2,1%).

Hal itu merupakan dampak dari penundaan pengumuman kenaikan cukai rokok. Direktur Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Heru Pambudi dalam konferensi pers APBN, Senin (19/10), mengatakan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) masih butuh tambahan waktu untuk mengkaji dan memutuskan menunda pengumuman kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) 2021.

Hal tersebut tak lain akibat dampak ekonomi yang ditimbulkan dari pandemi corona virus disease 2019 (covid-19). Kata Heru, akibat pandemi, pabrik-pabrik rokok pun ikut menerima pukulan berat. Pemerintah akan menentukan tarif cukai rokok 2021 yang ideal, baik bagi pelaku usaha maupun efektivitasnya untuk menurunkan tingkat prevalensi perokok usia muda.

Sebelumnya, Presiden Direktur HM Sampoerna Mindaugas Trumpaitis mengatakan, penaikan tarif cukai rata-rata 24% dan penaikan harga jual eceran sebesar 46% yang berlaku pada 2020. Pandemi covid-19 berdampak signifikan pada kinerja perusahaan.

Untuk industri rokok, pandemi menyebabkan penurunan volume penjualan hingga dua digit. Padahal industri hasil rokok merupakan sebagai segmen padat karya.

"Untuk itu, kami berharap ada keberpihakan bagi segmen sigaret kretek tangan (SKT) dengan tidak menaikkan tarif cukai dan harga jual eceran (HJE) untuk 2021. Ini menjadi teramat penting selama berlangsungnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia akibat pandemi covid-19. Selain sebagai segmen padat karya, keberadaan pabrik SKT juga memiliki multiplier effect yang signifikan di bidang sosial dan ekonomi di wilayah lokasi pabrik,” kata Mindaugas, dalam paparan kinerja, September lalu.

Laporan keuangan HMSP mencatatkan penurunan kinerja perseroan selama periode April-Juni 2020. Sepanjang semester I 2020, total pangsa pasar perusahaan mencapai 29,3% atau turun 3,1%, dan volume pengiriman 38,5 miliar batang mencerminkan penurunan sebesar 18,2%. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya