Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Pengembangan TPPI Olefin Mampu Bangkitkan Ekonomi RI

Mediaindonesia.com
08/10/2020 14:10
Pengembangan TPPI Olefin Mampu Bangkitkan Ekonomi RI
Pekerja sedang melintas di kilang minyak di Tuban, Jatim yang akan dikembangkan.(Antara)

KABAR baik dari rencana pengembangan kilang TPPI guna mencapai kemandirian energi bangsa nampaknya banyak menemui rintangan. Diduga ada rencana yang bertujuan untuk membatalkan proyek ini, sehingga Indonesia tetap bergantung pada impor migas.

Proyek Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kabupaten Tuban, Jawa Timur dinilai bisa membangkitkan perekonomian Indonesia. Pasalnya, jika kilang TPPI itu sudah beroperasi, maka akan memberikan dampak positif yang sangat besar untuk menekan impor minyak dan gas bumi (migas) Indonesia.

Pengamat Kebijakan Publik Adib Miftahul, menilai, proyek pembangunan pabrik petrokimia TPPI bisa menciptakan kemandirian energi bangsa. Untuk itu, menurut Adib, proyek tersebut harus didukung semua pihak. Tak terkecuali jajaran Komisaris PT Pertamina (persero), selaku induk PT TPPI.

Namun kini proyek tersebut berpotensi terhambat. Hal ini terkait dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok yang membentuk satuan tugas (satgas) investasi proyek TPPI.

Tim Satgas dibentuk dengan alasan untuk mensetlekan strategic partner dan proses tender. Namun, dinilai Adib, justru berpotensi membatalkan pelaksanaan proyek kilang TPPI, ini merupakan kerugian negara yang sangat besar, dan sangat menguntungkan bagi pihak tertentu yang mengharapkan Indonesia terus melakukan impor migas. Padahal, sesuai intruksi Presiden Jokowi, proyek kilang TPPI di Tuban harus segera rampung dalam kurun waktu 3 tahun guna menekan impor migas.

Tim Satgas ini dibentuk tidak lama setelah isu kecurangan tim tender TPPI dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang tidak menghendaki proyek ini terealisasi, padahal faktanya tender telah dilaksanakan secara bersih dan transparan dan dengan pendampingan dari Tim Jamintel, Bareskrim POLRI, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan juga berkonsultasi dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), sehingga Governance-nya sangat terjaga dengan baik.

Namun, Ahok terlihat lebih bergeming untuk membatalkan pelaksanaan proyek ini. Adib menilai bahwa pelaksanaan audit menyeluruh terhadap proses tender TPPI akan jauh lebih baik untuk dilakukan dari pada mengeluarkan kebijakan untuk membatalkan proyek ini.

“Jika Ahok tidak percaya dengan kinerja tim tendernya, ya lakukan saja Audit, ini jauh lebih baik dari pada harus membatalkan proyeknya. Apalagi proses tender sudah diawasi oleh berbagai badan negara, ini berarti Ahok juga tidak percaya pada kinerja badan-badan tersebut," kilah Adib dalam keterangan tertulisnya, Kamis (8/10).

“Bahkan hal ini membuat saya berpikir bahwa Ahok punya agenda lain dengan membatalkan proyek ini,” tambah Adib.

Adib menilai, realisasi proyek pembangunan pabrik petrokimia itu akan mewujudkan komitmen pemerintah Indonesia untuk menekan defisit migas saat ini. "Proyek ini akan memiliki peran strategis yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Pemerhati industri petrokimia sekaligus ekonom senior CORE Hendri Saparini menuturkan bahwa dalam memenuhi kebutuhan akan produk petrokimia di Indonesia, saat ini mayoritas masih mengandalkan produk impor. Hal ini menyiratkan, kebutuhan akan produk petrokimia dalam negeri diperlukan segera. Jika terus mengandalkan impor, imbasnya harga produk olahan atau produk turunan dari petrokimia akan semakin tinggi. Indonesia pun dapat selamanya mengandalkan impor, yang akan terus menjadi beban anggaran negara.

“Realisasi proyek ini sudah sangat mendesak untuk dilaksanakan, guna menekan angka impor migas dan memperbaiki perekonomian bangsa yang terus terpuruk. Lebih baik bagi Pertamina untuk melakukan Audit untuk menepis isu yang beredar, dan segera laksanakan pembangunan.” Tegas Hendri.

Ditengah situasi pandemi saat ini, perekonomian Indonesia terus mengalami keterpurukan. Indonesia mengalami kontraksi ekonomi sebesar 5,32% pada kuartal II-2020. Ini merupakan catatan terburuk sejak 1999. Terakhir kali Indonesia mengalami kontraksi ekonomi adalah pada kuartal I tahun 1999, sebesar 6,13%.

Realisasi proyek dinilai dapat menjadi salah satu cara bagi pemerintah Indonesia untuk memperbaiki kinerja ekonominya. Dengan adanya fasilitas ini Pemerintah Indonesia dapat mengurangi jumlah impor produk petrokimia yang dibutuhkan Indonesia, ini tentunya akan dapat menghemat devisa negara yang terus membengkak akibat ketergantungan impor migas. Hal ini akan memberikan peran yang sangat besar dalam membantu memperbaiki perekonomian negara.

Disisi lain, realisasi proyek ini juga akan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia yaitu dengan terciptanya lapangan kerja baru. Hal ini membantu Pemerintah Indonesia dalam memenuhi komitmennya untuk menciptakan lapangan kerja yang layak bagi rakyatnya, ditengah meningkatnya angka pengangguran di Indonesia.

PT TPPI menargetkan pembangunan proyek tersebut akan berlangsung selama tiga tahun, yakni akan dimulai pada Desember 2021, dan selanjutnya akan mulai berproduksi pada bulan April 2024.

Proyek TPPI akan mendorong perekonomian Indonesia dalam situasi COVID-19 saat ini, menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan jumlah besar dan melanjutkan pembangunan ekonomi Indonesia seperti yang terjadi di negara lain dalam kondisi yang sangat sulit ini. (OL-13)

Baca Juga: Presiden Minta Dirut Pertamina dan Ahok Kebut Kilang Tuban



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya