Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Indikator Domestik Cukup Kuat Untuk Topang Rupiah

Fetry Wuryasti
04/10/2020 18:45
Indikator Domestik Cukup Kuat Untuk Topang Rupiah
Seorang karyawan bank menghitung uang rupiah.(Antara/Aprillio Akbar)

PADA penutupan perdagangan Jumat (4/10) lalu, rupiah berada di level Rp14.865 per dolar Amerika Serikat (AS). Sepanjang pekan ini, rupiah menguat tipis 0,05%.

Nilai tukar rupiah pada perdagangan awal pekan atau Senin (28/9), berada di level Rp14.900 per dolar AS. Kemudian, perlahan terkerek ke level Rp14.835 per dolar AS pada Kamis (1/10).

Sayangnya, pada akhir pekan atau Jumat (2/10), rupiah terpukul di level Rp14.849 per dolar AS. Kabar Presiden AS Donald Trump yang terinfeksi covid-19, memicu penguatan dolar AS dan menekan nilai tukar rupiah.

Baca juga: Sepekan Terakhir, Nilai Transaksi Harian BEI Negatif

Kendati demikian, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto menilai likuiditas di pasar domestik maupun global masih cukup baik. Dengan tren suku bunga rendah, otomatis pelaku pasar harus mencari penempatan instrumen investasi yang lebih optimal. Akhirnya, tidak sedikit yang beralih ke Surat Utang Negara (SUN).

"Surat Berharga Negara (SBN) kita ini cukup stabil, juga seperti rupiah. Keduanya beriringan. Kalau rupiah menguat, kecenderungan SBN kita akan menguat. Dalam seminggu ke depan, dia akan bergerak dalam rentang yang sempit untuk SBN maupun rupiah," ujar Ramdhan saat dihubungi, Minggu (4/10).

Saat ini, kepemilikan asing di pasar SBN terbilang menurun. Dari kisaran normal sekitar 39-40%, kini kepemilikan asing tinggal 28,5%. Total, lebih dari Rp125 triliun dana asing yang keluar sejak awal tahun. Kondisi itu sempat mengguncang pasar SBN dan saham pada awal pandemi.

Baca juga: Soal RUU Cipta Kerja, Indef: Belum Tentu Memacu Investasi

"Tetapi, pasar domestik cukup kuat dengan stimulus yang pemerintah gelontorkan. Ada peran Bank Indonesia yang menajga pasar primer dan sekunder,” papar Ramdhan.

“Keran perbankan juga dibuka lebih besar.  Karena kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM) diperkecil. dana mereka masuknya ke SBN. Instrumen yang relatif lebih aman dan mudah bagi perbankan, karena akses market sudah cukup baik," imbuhnya.

Dalam sebulan terakhir, rupiah tergolong stabil di kisaran gerak sempit, yakni Rp14.700-14.900 per dolar AS. Ini disebabkan kekuatan pasar domestik cukup baik dalam menopang rupiah dan SUN.

Baca juga: Menkeu: Pandemi Sebabkan Rupiah Alami Tekanan Tinggi

Dia memperkirakan rupiah dalam sepekan ke depan bergerak dengan rentang tipis, baik melemah maupun menguat. Adapun kisarannya pada Rp14.800-14.950 per dolar AS.

"Tingkat kehati-hatiannya tinggi di pasar. Bergeraknya (rupiah) akan variatif. Sebab, belum ada stimulus yang mendongkrak pasar rupiah. Apalagi di eksternal ketidakpastian meningkat kembali," tukasnya.

Meningkatnya ketidakpastian di pasar global dan domestik turut dipengaruhi lonjakan kasus covid-19. Pun, vaksinasi covid-19 juga belum dilakukan sampai saat ini.(OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik