SEJAK Juni, harga minyak kelapa sawit (CPO) membaik dengan cepat dan mencapai US$753 per ton. Indikator harga itu sama dengan kondisi sebelum pandemi covid-19, yakni Desember 2019.
Selain itu, harga karet terpantau membaik sebesar 20% (ytd) hingga mencapai US$2 per kilogram. Pergerakan harga komoditas ini dipengaruhi suplai dan permintaan.
"Harga CPO juga dipengaruhi kondisi supply dan demand. Untuk supply ada faktor kondisi cuaca dan permintaan dipengaruhi aktivitas ekonomi," ujar Direktur Eksektutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa saat dihubungi, Jumat (25/9).
Baca juga: Kemenkeu: Belanja Pemerintah Sering Bocor dan Tidak Efisien
Dia memperkirakan harga CPO di kisaran US$550-600 per ton sampai 2021. Namun, harga komoditas utama bagi perekonomian Indonesia masih tertekan selama pandemi covid-19.
Hingga 20 September, harga minyak mentah dunia turun 35% (ytd) menjadi US$43 per barel. Pun, harga batubara acuan sempat turun sebesar 23% atau di level US$52 per ton. Kemudian pada September berada di kisaran US$49,2 per ton.
Fabby mengakui sulit untuk memprediksi harga komoditas pada tahun depan. Sebab, harga komoditas akan dipengaruhi dinamika permintaan energi.
Baca juga: Harga Tandan Buah Sawit Rendah, Petani Kelapa Sawit Menjerit
"Adapun permintaan energi dipengaruhi kecepatan pemulihan ekonomi dunia dan di masing-masing negara, khususnya anggota G20," imbuhnya.
Menyoroti harga minyak dunia, dia memperediksi di kisaran US$45-50 per barel pada awal 2021. Untuk harga batubara, suplai global dikatakannya lebih tinggi dibandingkan permintaan. Dia memperkirakan harga batubara berkisar US$ 45-55 per ton.
"Estimasinya sampai semester I 2021, pemulihan ekonomi masih lamban. Pada semester II 2021 baru ada akselerasi, setelah vaksinisasi mulai dilakukan dan ekonomi berangsur pulih,” tandasnya.(OL-11)