Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Karena Pandemi, Laba Bersih Mandiri Semester I-2020 Turun 23,94%

Despian Nurhidayat
19/8/2020 13:58
Karena Pandemi, Laba Bersih Mandiri Semester I-2020 Turun 23,94%
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar (tengah) bersama jajaran direksi lainnya saat akan menyampaikan paparan kinerja triwulan II-2020(MI/RAMDANI)

PT Bank Mandiri (Persero) pada semester I-2020 masih bisa membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp10,3 triliun. Meskipun demikian, angka tersebut rupanya menurun sebesar 23,94% dari periode sebelumnya yakni Rp13,53 triliun.

Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar tidak memungkiri bahwa penurunan laba bersih tersebut diakibatkan oleh pandemi covid-19 yang sempat melumpuhkan perekonomian Indonesia dengan penerapan PSBB.

“Kita sama-sama berharap bahwa berbagai kebijakan pemerintah yang didukung oleh berbagai elemen bangsa, termasuk industri keuangan, akan dapat menggeliatkan kembali perekonomian domestik,” ungkap Royke dalam konferensi pers secara daring, Rabu (19/8).

Baca juga: PT Freeport Indonesia Yakin Capai Target Produksi

Lebih lanjut, Royke menambahkan bahwa pihaknya terus memastikan strategi pertumbuhan yang konservatif melalui penerapan prinsip kehati-hatian dan analisis sektor yang cermat dalam penyaluran kredit dengan pencapaian rasio kredit bermasalah atau NPL (non performing loan) Bank Mandiri yang kini berada di level 3,28%.

Hasil ini rupanya mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya, di mana NPL Bank Mandiri hanya 2,64% per 30 Juni 2019. Meskipun demikian, untuk NPL net terpantau hanya naik 10 basis point (bps) dari 0,72% menjadi 0,82%. 

“Untuk mengantisipasi potensi ketidakpastian ekonomi ke depan, kami juga membangun pencadangan untuk memastikan terjaganya kualitas aset. Per Juni 2020, rasio coverage CKPN konsolidasi kami berada di kisaran 195,5%,” ujarnya.

Meski meningkatkan pencadangan, Royke menjelaskan, pihaknya memastikan bahwa likuiditas perseroan berada pada level yang aman dan dapat mendukung skenario ekspansi perseroan.
Hal ini didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) konsolidasi yang mencapai 15,82% secara year on year menjadi Rp976,6 triliun, dengan komposisi dana murah mencapai 61,9%.

Dengan berbagai strategi bisnis tersebut, Royke menyebutkan, pihaknya cukup bersyukur karena mampu menjaga kinerja perseroan dengan pencapaian aset konsolidasi yang sebesar Rp1.359,4 triliun atau meningkat 10,02% yoy. (A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik