Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Obesitas Regulasi Hambat Masuknya Investasi Asing

M. Ilham Ramadhan Avisena
04/8/2020 15:22
Obesitas Regulasi Hambat Masuknya Investasi Asing
Foto udara gedung pencakar langit di wilayah Jakarta.(MI/Ramdani)

MANTAN Penasihat Umum Lembaga Pengembangan Internasional Amerika Serikat (USAID), John Gardner, menilai regulasi di Indonesia tergolong kompleks. Sehingga, menghambat arus investasi di Tanah Air.

Berdasarkan studi USAID, setidaknya ada 15.000 aturan di tingkat kementerian atau lembaga (K/L) yang menghambat investasi.

"Sekitar 95% memiliki masalah sejak 2010. Belum lagi, ada peraturan di daerah yang sangat sulit untuk mendatangkan Foreign Direct Invesment (FDI). Ini menyebabkan Indonesia tidak menarik. Karena negara pesaing tidak memiliki struktur seperti Indonesia," ujar Gardner dalam seminar virtual, Selasa (4/8).

Baca juga: Indeks Manufaktur Juli 2020 Naik, Menperin: Ekonomi Mulai Bangkit

Dia mengapresiasi upaya pemerintah untuk menciptakan iklim investasi kondusif melalui Rancangan Undang Undang (RUU) Cipta Kerja. Setidaknya, 12.000 regulasi yang menghambat bisa dipangkas.

Saat pandemi covid-19, lanjut dia, investor cenderung membutuhkan bantuan modal. Pemerintah dikatakannya perlu mempertimbangkan persoalan tersebut. Di samping itu, reformasi ekonomi yang digagas pemerintah juga harus berjalan.

Baca juga: Kepala BKPM Sebut Ada Hantu dalam Perizinan Amdal

Reformasi dapat dilakukan dengan menarik banyak investor asing ke Indonesia. Sehingga, pertumbuhan ekonomi domestik dapat kembali terdongkrak di tengah pandemi. Dia menilai RUU Cipta Kerja sebagai instrumen reformasi ekonomi. Aturan itu harus segera diterapkan untuk menarik arus FDI.

Aspek yang tidak kalah penting ialah menaikkan posisi Ease of Doing Business (EoDB) Indonesia. "Peringkat Indonesia dalam EoDB akan menjadi sinyal kuat bagi investor. Sekarang, Indonesia berada di belakang negara pesaing, seperti Malaysia dan Vietnam," pungkas Gardner.(OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya