Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Ekonomi Sektor Kehutanan Indonesia Berdenyut di Tengah Covid-19

Deri Dahuri
16/7/2020 10:53
Ekonomi Sektor Kehutanan Indonesia Berdenyut di Tengah Covid-19
Sekretaris Jenderal KLHK/Plt Direktur Jenderal PHPL, Bambang Hendroyono, saat memberikan penjelasan pada media briefing secara virtual.(Ist)

KEMENTERIAN Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama-sama para stakeholder industri kehutanan terus berupaya meningkatkan produktivitas dan keberlangsungan usaha untuk seluruh pihak yang bekerja di hutan produksi kendati terjadi pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 telah diakui telah berdampak terhadap nerja usaha hulu-hilir sektor kehutanan di Tanah Air.

Hal tersebut dikemukakan  Sekretaris Jenderal KLHK/Plt Direktur Jenderal PHPL, Bambang Hendroyono, saat memberikan penjelasan pada media briefing secara virtual, Rabu (15/7). 

Bambang menjelaskan bahwa kinerja ekspor produk industri kehutanan turun hingga ke level minus 8,3% pada periode Januari-Mei 2020, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Namun ekspor industri kehutanan mengalami perbaikan secara signifikan menjadi minus 5% pada penilaian periode Januari-Juni 2020i.

“Angka tersebut menunjukkan peningkatan kinerja ekspor produk kehutanan sebesar 3,3% sejak Juni tahun ini, yang merupakan pencapaian positif di tengah pandemi yang sedang berlangsung,” ujar Bambang Hendroyono

Bambang optimistis, meskipun pertumbuhannya masih di bawah nol, tetapi tidak mengalami penurunan lebih jauh. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja ekspor sektor kehutanan masih berada pada jalur yang positif.

Sementara itu kinerja sektor hulu kehutanan di masa pandemi Covid-9 untuk produksi kayu bulat hutan alam periode Januari–Juni 2020 mengalami penurunan sebesar 3,90% jika dibanding dengan periode yang sama Tahun 2019. Di sisi lain, produksi kayu bulat hutan tanaman justru meningkat sebesar 21,50%. 

Lebih lanjut ia mengatakan, KLHK telah melakukan cara kerja baru dalam mengelola hutan produksi secara lestari.

Menurut Bambang, pengelolaan hutan produksi dilakukan dengan pendekatan landscape, kemudian analisis spasial untuk melihat area rawan karhutla, konflik tenurial, dan mengintegrasikan sektor produksi di hulu dengan industri di hilirnya.

"Ketika ditemukan masalah di lapangan, secepatnya untuk menemukan solusi.Terkahir adalah integrasi program baik untuk industri di hulu dan hilir, serta untuk pasar," jelasnya.

Kebijakan dorong peningkatan produktivitas

Untuk mendorong peningkatan produktivitas industri kehutanan Bambang menjelaskan sejumlah kebijakan. Pertama, untuk industri produksi di hulu, adalah mempercepat pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan pengembangan agroforestry di areal kerja IUPHHK-HTI,

Kemudian mewujudkan pembangunan multiusaha di areal IUPHHK, serta penyederhanaan perizinan berusaha di bidang pemanfaatan hutan produksi.

Kedua, untuk Industri di hilir, beberapa kebijakan pemerintah adalah dengan usulan peningkatan luas penampang produk ekspor industri Kehutanan, memperluas keberterimaan pasar dengan memperkokoh penerapan SVLK (Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu) serta fasilitasi sertifikasi SVLK untuk Usaha Kecil Menengah. 

Sementara itu, Ketua umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia, Indroyono Soesilo yang hadir juga sebagai narasumber memaparkan tantangan kinerja sektor kehutanan pada tahun 2020.

Menurut Indroyo, pandemi Covid-19 yang terjadi hingga saat ini telah memberikan tekanan terhadap kinerja sektor usaha kehutanan.

Indroyono memaparkan nilai ekspor produk kayu bersertifikat legal meningkat dari USD 9,84 miliar pada tahun 2015, USD 9,2 miliar tahun 2016, USD 10,9 miliar tahun 2017, USD 12,1 miliar tahun 2018.

Namun pada tahun 2019, nilai ekspor menurun sebesar 4% dari tahun sebelumnya menjadi hanya USD 11,6 miliar pada akhir tahun 2019.

Terdapat lima negara terbesar tujuan ekspor kayu olahan Indonesia. Negara tersebut secara berurutan peringkatnya adalah Tiongkok, Jepang, AS, dan negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa, serta Korea Selatan. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya