Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Diukur dari Beras, Kemandirian Pangan Indonesia Timur Rendah

Despian Nurhidayat
14/7/2020 13:44
Diukur dari Beras, Kemandirian Pangan Indonesia Timur Rendah
Petani di wilayah Nabire, Papua, menyemprot obat ke area sawah.(Antara/Indrayadi)

INDEKS ketahanan pangan global Indonesia berdasarkan data Economist Intelligence Unit semakin meningkat setiap tahun. Pada 2015, angkanya berkisar 46,7%, kemudian meningkat pada 2019 dengan 62,6%.

Namun, masih ada beberapa daerah yang memiliki kemandirian pangan rendah. Papua menempati urutan pertama dengan persentase hanya 1,8% dan Papua Barat sekitar 2,2%. Sementara itu, Maluku berada di posisi ketiga dengan persentase 3,6%.

Hal ini berbanding terbalik dengan wilayah lain, seperti Yogyakarta dan Gorontalo dengan masing-masing persentase 6%. Adapun posisi tertinggi ketiga ditempati Kalimantan Selatan sebesar 5,9%.

Baca juga: Stok Beras Masih Cukup, Bulog Yakin Tidak Perlu Impor

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, menyebut kemandirian pangan wilayah Indonesia bagian timur relatif rendah karena hanya diukur dari komoditas beras. Saat ini, masyarakat Papua mulai beralih dari konsumsi sagu menjadi beras.

Lebih lanjut, dia menjelaskan penyebab lain kemandirian pangan rendah ialah produksi beras hanya berada di dua wilayah, yakni Marauke dan Manokwari.

"Jadi, kalau kita lihat dari produksi beras memang masih sangat kurang. Karena produksinya hanya di Merauke dan Manokwari sebagaian. Kalau pangan lain, seperti sagu dan ubi, itu besar di Papua," papar Buwas, sapaan akrabnya, dalam Market Review IDX Channel, Selasa (14/7).

Baca juga: Penting, Menjaga Ketahanan Pangan Saat Pandemi Covid-19

Dibandingkan beras, komoditas pangan seperti sagu sangat berlimpah di wilayah Papua. Jika pemerintah serius menangani potensi tersebut, bisa menjadi kekuatan pangan.

“Pangan tidak hanya beras. Bicara sagu di Papua, kita kalau mau produksi dengan baik, ada 450 juta ton per tahun produksi sagu," ungkap Buwas.

Menurutnya, produksi sagu di Papua bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Dalam satu tahun, kebutuhan sagu mencapai 36 juta ton. Namun, lanjut dia, upaya meningkatkan kemandirian pangan bukan domain Perum Bulog.

Baca juga: Bank Dunia Naikkan Status RI, Jokowi: Patut Disyukuri

"Untuk meningkatkan kemandirian pangan itu tugas Menteri Pertanian. Sementara Bulog dari sisi mempersiapkan suplai pangan dan menyerap produksi lokalnya," pungkasnya.

Terkait distribusi bahan pangan ke daerah terpencil dengan akses terbatas, pihaknya melibatkan pemerintah daerah dan TNI. Distribusi juga dilakukan melalui jalur udara, dengan biaya bersumber dari subsidi silang.

"Seperti di pedalaman Wamena, kita kerja sama dengan TNI dan sudah menyiapkan dari jauh hari. Prediksi kita tidak baru-baru ini, tetapi sudah lama. Angkutan itu kita dibantu dengan kekuatan yang ada dari TNI," kata Buwas.(OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik