Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Insentif yang Tepat Mampu Tarik Peluang Relokasi Investasi

Ghani Nurcahyadi
23/6/2020 20:50
Insentif yang Tepat Mampu Tarik Peluang Relokasi Investasi
Ilustrasi Investasi(Ilustrasi)

PEMERINTAH Indonesia tengah giat berbenah untuk menangkap peluang investasi yang dapat menjadi salah satu kunci untuk pemulihan ekonomi saat pandemi.

Salah satunya termasuk memaksimalkan kesempatan rencana perusahaan-perusahaan global yang akan merelokasi pabrik dan investasinya dari Tiongkok ke negara di Asia Tenggara. Data Kementerian Perindustrian mencatat ada sekitar 150 perusahaan yang berencana merelokasi usahanya dari Tiongkok. 110 perusahaan diantaranya berasal dari Amerika Serikat dan 40 perusahaan lainnya berasal dari Jepang. 

Peneliti ekonomi Institue for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan relokasi investasi dari Tiongkok harus menjadi momentum bagi Indonesia untuk serius melakukan perbaikan berbagai kebijakan pro investasi.

“Investor sudah tahu Indonesia ibarat gadis cantik, tapi persoalannya adalah bagaimana minat investor untuk berinvestasi itu terealisasi. Minat investasi itu harus segera direspons stakeholder. Birokrasinya harus dibuat tidak berbelit dan memudahkan maupun memenuhi kebutuhan industri,” kata Enny dalam keteragan tertulisnya.

Apalagi jika melihat data Badan Koordinasi Penanaman Modal, realisasi penanaman modal asing (PMA) yang masuk ke Indonesia pada kuartal I-2020 mengalami penurunan hingga 9,2% dibandingkan kuartal I-2019.

Baca juga : Menkeu: Belanja Pusat dan Daerah Banyak yang Tidak Sinkron

Investasi di sektor sekunder yang mencerminkan investasi di sektor manufaktur juga terus menurun. Padahal, di awal tahun sudah banyak perusahaan yang mulai merelokasi investasinya dari Tiongkok

“Kalau tidak salah ada sekitar 34 industri asal AS yang sudah shifting investasinya ke negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Malaysia, dan beberapa negara lain. Tapi tidak satu pun yang masuk ke Indonesia,” katanya. 

Oleh karena itu, Enny menyarankan para pembuat kebijakan harus benar-benar menangani kendala-kendala utama di bidang investasi. Sehingga pada periode atau gelombang berikutnya, Indonesia dapat menjadi salah satu tujuan relokasi investasi dari China tersebut.

Dalam memikat investasi untuk masuk, kata Enny, tidak ada salahnya mencontoh negara lain.

“Kalau itu bagus, kenapa kita tidak copy paste saja, ini lebih kepada soal keinginan pemerintah, mau berubah atau tidak,” ujar Enny.

Pemerintah bisa mencontoh kebijakan yang diterapkan Vietnam dalam menarik investasi masuk ke negaranya. Pemerintah Vietnam memberikan kemudahan regulasi bagi investasi, biaya ekspor yang lebih efisien hingga infrastruktur yang dipersiapkan untuk mendukung industri. 

Pemerintah sendiri sudah mengeluarkan beberapa kebijakan ramah investasi. Mulai dari Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 150 Tahun 2018 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan untuk produk inovatif.

Lalu, ada juga kebijakan super tax deduction untuk kegiatan riset dan pengembangan melalui Peraturan Pemerintah PP Nomor 45 Tahun 2019.

Namun dari beberapa insentif tersebut, baru insentif super deductible tax atas vokasi yang sudah dikeluarkan aturan teknisnya. Sedangkan aturan teknis untuk pemanfaatan fasilitas super deductible tax atas riset dan investment allowance belum juga rampung.

Baca juga : Kinerja Dinilai Buruk, Buwas Ancam Pecat 100 Pegawai Bulog

Cakupan jenis industri yang dapat menikmati fasilitas ini juga bisa diperluas agar pemanfaatan insentif bisa maksimal, tidak hanya yang termasuk dalam industri pionir. 

Selain insentif yang telah dirilis, pemerintah juga perlu mengeluarkan insentif lain untuk mendorong minat investor merealisasikan investasinya segera di Indonesia.

Selain soal pajak, penerapan tarif cukai yang sesuai agar tercipta basis konsumen, dan pembebasan bea masuk untuk impor peralatan juga bisa diberikan sebagai insentif.

Insentif tersebut juga sebaiknya bersifat fleksibel atau tailor-made, karena tentu kebutuhan dari masing-masing industri berbeda-beda.

“Intinya bagaimana agar membuat investor yang berminat melakukan investasi merealisasikan investasinya itu, bukan hanya berminat saja,” pungkas Enny. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya