Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Ini Stimulus yang Diminta Petani Agar Bisa Hadapi Wabah Covid-19

Mediaindonesia.com
29/4/2020 18:16
Ini Stimulus yang Diminta Petani Agar Bisa Hadapi Wabah Covid-19
Lahan pertanian di Semarang, Jawa tengah(Antara/Aji Styawan)

RAPAT Terbatas secara virtual yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Selasa (28/4), menyebutkan perlu adanya stimulus ekonomi bagi sektor pertanian. Hal ini dilakukan untuk menggenjot produksi hasil pertanian. Sehingga bahan kebutuhan pokok dan bahan pangan dapat terjaga terutama beras sebagai makanan pokok. 

Presiden ingin agar program stimulus ekonomi bisa menjangkau yang berkaitan dengan produksi beras, menjangkau para petani. Hal itu dibutuhkan oleh petani mengingat kondisi ekonomi yang sulit di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Stimulus diharapkan dapat membuat ketahanan ekonomi bagi petani. 

Menanggapi hal itu, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih menjelaskan, ada beberapa masalah yang dihadapi petani saat ini di tengah pandemi covid 19. Pertama anjloknya harga produksi petani, baik tanaman pangan, hortikultura, juga perkebunan.

"Kedua adalah pengangguran meningkat akibat PHK dan pekerja musiman tidak bisa ke kota dan balik ke desa karena penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)," katanya

"Masalah berikutnya adalah harga pangan dan hortikultura sampai di konsumen cenderung naik. Karena itu memang perlu agar pemerintah mengeluarkan kebijakan insentif sesegera mungkin," sambungnya.

Baca juga : Wakil Ketua MPR: Antisipasi Warga Kelas Menengah Rawan Miskin

Untuk itu Henry mengatakan, pemerintah harus memperluas subsidi pertanian yang sebelumnya hanya di sektor input hingga merata ke sektor output. 

"Perluas subsidi pertanian, jangan hanya bantuan seperti pupuk yg belum tepat sasaran dan cenderung menumpuk, alihkan dan perluas ke jaminan harga pembelian yang menguntungkan bagi petani oleh pemerintah dengan mensubsidi ketika harga jual dari petani anjlok," ujarnya.

Ia mencontohkan, Di Tuban, Jawa Timur, pada Maret dan April ini harga gabah dan beras jatuh karena musim panen raya, sedangkan curah hujan tinggi sehingga kualitas beras menurun.

"Mirisnya beras ketan sama sekali tidak laku, ada stok ribuan ton beras ketan di Tuban di petani-petani anggota SPI. Ini semua karena permintaan pasar yang sangat turun," papar Henry.

Henry menyarankan agar pemerintah melakukan penguatan kelembagaan koperasi petani untuk membeli produk petani dengan harga yang ditetapkan dan menguntungkan petani, serta menyalurkan pangan ke lembaga-lembaga pemerintah. 

"Ini memotong rantai pasok distribusi yang bisa dilakukan dengan memaksimalkan peran Bulog, BUMN pangan dan koperasi petani untuk menampung logistik hasil panen; Koperasi Petani Indonesia (KPI) sebagai koperasinya SPI siap mengambil peran ini," paparnya.

Henry menambahkan, pemerintah seharusnya membantu petani mengkonversi dari tanaman komoditas ekspor ke tanaman pangan yang dibutuhkan dalam negeri. 

Baca juga : Protokol Kesehatan dan Aktivitas Industri Seharusnya Seirama

"Pasar komoditas ekspor global sedang mengalami penurunan, jadi contohnya pemerintah bisa bantu petani seperti mengkonversi dari tanaman karet, sawit ke jagung sebagai alternatif pangan dan pakan ternak," tuturnya.

“SPI di sini mengapresiasi langkah pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) yang melakukan diversifikasi bahan pangan, jadi tak terbatas pada beras, seperti ubi kayu, singkong, jagung. Ini sudah sesuai dengan prinsip kedaulatan pangan, jadi misalnya masyarakat Indonesia timur yang sudah terbiasa makan sagu tidak harus dipaksakan makan beras,” tambahnya.

Henry menambahkan, langkah selanjutnya adalah agar pemerintah menampung buruh-buruh yang terkena PHK atau dampak krisis untuk kembali ke desa dan diberikan penguasaan tanah untuk memproduksi pangan melalui program reforma agraria. 

"Hal ini sudah diterapkan di negara-negara-negara seperti Tiongkok, Vietnam, dan Thailand," tambahnya.

"Ini juga sesuai dengan program Mari Menanam dari Kementan. Di sinilah peran pemerintah untuk menyediakan ketersediaan lahan untuk menanamnya melalui program reforma agraria Jokowi demi terwujudnya kedaulatan pangan," tutupnya. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya