PROGRAM Kartu Prakerja diharapkan mampu membantu masyarakat yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) selama pandemi covid-19. Namun, bagi Dwiyanti, 50, harapan itu terganjal karena sulitnya melakukan registrasi.
Mantan karyawan perusahaan garmen di Jakarta tersebut mengaku belum bisa meregistrasikan dirinya untuk menerima bantuan Kartu Prakerja. Padahal, dirinya sudah mendaftar dari jauh-jauh hari.
"Udah daftar waktu pertama buka itu, cuma pas registrasinya itu susah banget saya. Nggak tau kenapa. Registrasi email itu untuk sesi tanya jawab," ungkap Dwiyanti kepada Media Indonesia, Senin (20/4).
Padahal, melalui sesi tanya jawab itu, ia dapat memiliki gambaran jenis pelatihan apa yang akan didapat. Hingga saat ini, Dwiyanti masih berusaha untuk melakukan registrasi. Ia menyesalkan mengenai minimnya sosialisasi bagi masyarakat yang ingin mengakses Kartu Pra Kerja seperti dirinya.
Baca juga : Alih-Alih Mudik, Gunakan Dana secara Bijak saat Pandemi Covid-19
"Temen saya juga gitu, udah registrasi tapi untuk masuk ke sesi tanya jawab mandek lagi. Adalagi yang udah selesai sesi tanya jawab tapi tiba-tiba katanya ditolak, entah alasan apa," kata Dwiyanti.
Menurut Dwiyanti program pelatihan yang didapat dari Kartu Prakerja bisa memperdalam keahliannya, sehingga memungkinkan kesempatan dalam mencari kerja kembali.
Walakin, Dwiyanti juga mengakui bahwa dalam kondisi saat ini, bantuan berupa uang tunai lebih dibutuhkan ketimbang pelatihan dari pemerintah. Ia sendiri mengakui bahwa pengalamannya bekerja di perusahaan garmen selama 20 tahun sudah cukup membuktikan dirinya memiliki skill.
"Sebagai ibu rumah tangga ya tentunya uang tunai. Kalau pelatihan kan, maksudnya kita sudah bekerja berpuluh-puluh tahun, sudah ada. Kalau untuk saat ini sebagai ibu rumah tangga apalagi udah nggak dapet gaji pastinya uang tunai," tandasnya. (OL-7)