Rupiah Menguat Dekati Rp16.000, Indeks Kokoh Di 4.600

Despian Nurhidayat
27/3/2020 12:40
Rupiah Menguat Dekati Rp16.000, Indeks Kokoh Di 4.600
Foto mata uang rupiah dan dolar AS(Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi menguat terbawa efek stimulus jumbo yang akan digelontorkan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS).

Pada pukul 09.46 WIB, rupiah bergerak menguat 95 poin atau 0,58 persen menjadi Rp16.210 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.305 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat, mengatakan rupiah hari ini diprediksi terdorong oleh penguatan bursa saham AS pada Kamis (26/3) kemarin.

"Indeks saham AS yang menguat cukup besar kemarin karena optimisme stimulus pemerintah AS sebesar 2 triliun dolar AS untuk meredam dampak negatif wabah Corona terhadap perekonomian AS, bisa memberikan sentimen positif juga ke aset berisiko hari ini, termasuk ke rupiah," ujar Ariston.

Senat AS sendiri sudah menyetujui proposal stimulus tersebut, tinggal DPR AS yang dikuasai oleh Partai Demokrat yang akan memberikan persetujuan hari ini. Sementara itu, DPR AS diperkirakan juga akan langsung menyetujui paket stimulus tersebut.

"Rupiah berpotensi bergerak menguat ke arah Rp16.000, dengan potensi resisten di Rp16.305/dolar hari ini," kata Ariston.

Sebelumnya, rupiah pada Kamis kemarin ditutup menguat 195 poin atau 1,18 persen menjadi Rp16.305 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.500 per dolar AS.

Pada sesi siang ini rupiah terpantau di kisaran Rp16.050 hingga Rp16.100 per dolar AS. 

Penguatan juga terjadi di Bursa Efek Indonesia  (BEI) . Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) siang ini kembali ditutup positif. IHSG menguat 342 poin (7,8%) level 4.681.

Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan Jumat (27/3), kembali bertengger di zona hijau. Hal ini terjadi setelah IHSG kemarin berhasil melesat ke level tertinggi yakni mencapai 10% ke level 4.300.

Dari pantauan Media Indonesia, pada pukul 09.01 WIB, IHSG dibuka dengan menjanjikan, naik 4,99% atau 216,35 poin di level 4.555,26. Bukan hanya itu saja, hanya dalam waktu dua menit berselang, IHSG melejit 7,44% atau 322,93 poin di level 4.661,83.

Melihat hal tersebut, Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper mengatakan memang akan terjadi penguatan dan hal ini akan dipicu oleh sikap optimisme investor dari stimulus yang diberikan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang akan memberikan bantuan US$2 triliun untuk masyarakat. Ia memprediksi indeks hari ini bergerak dan diperdagangkan di level support 3.780-4.060 dan resistance 4.495-4.650.

"IHSG diprediksi menguat. Investor diperkirakan masih optimistis akan stimulus yang diberikan The Fed sehingga pergerakannya diprediksi akan cenderung menguat dalam jangka pendek," ungkap Dennies, seperti dikutip dari riset hariannya, Jumat (27/3).

Meskipun demikian, Dennies menyebutkan masih ada sentimen negatif dari dalam negeri yang terus membayangi gerak IHSG adalah penyebaran Covid-19. Setiap hari jumlah pasien positif dan meninggal semakin banyak. Hal ini otomatis akan membuat volatilitas yang diperkirakan masih akan tinggi.

Sementara itu, riset Valbury Sekuritas menyebutkan bahwa kenaikan IHSG yang dipicu oleh penguatan rupiah pada perdagangan saham kemarin (26/3) memiliki peluang keberlanjutan yang sangat besar.

"Peluang berlanjutnya kenaikan indeks acuan bursa domestik pada hari ini bisa kembali terjadi, sejalan dengan naiknya saham AS pada penutupan Kamis lalu yang diperkirakan dari kenaikan indeks bursa utama dunia ini bisa manjadi salah satu katalis positif bagi bursa Asia pada perdagangan saham hari ini, ditengah penyebaran wabah Covid-19," tambah Valbury Sekuritas.

Lebih lanjut, diprediksi bahwa sentimen dari dalam negeri kini telah berjalan ke arah positif. Hal ini dikarenakan pemerintah Indonesia telah menggelontorkan beberapa stimulus seperti bantuan langsung tunai dan insentif jeda satu tahun untuk cicilan.

"Pemerintah Indonesia telah kucurkan dana Rp158,2 triliun untuk stimulus I dan II. Stimulus yang dikeluarkan baik pemerintah Indonesia, pemerintah AS dan juga negara-negara besar lainnya menjadi sentimen pasar yang dapat mengangkat kepercayaan bagi pemodal," pungkasnya.

Dari sisi lain, dampak dari penyebaran virus korona (Covid-19) pemerintah juga mulai mengantisipasi dari sisi ekonomi, di mana pemerintah telah meminta dukungan DPR agar defisit anggaran pendapatan dan belanja negara diperbolehkan mencapai di atas 3% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto).

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyebut telah meminta restu kepada BPK dan DPR untuk melonggarkan ketentuan terjadi defisit APBN. Hal ini seiring perubahan asumsi makro yang cukup dratis akibat pandemi Covid-19. (Ant/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya