Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Aplikasi Teknologi Blockchain Terbuka Luas

Media Indonesia
24/11/2019 08:50
Aplikasi Teknologi Blockchain Terbuka Luas
Teknologi blockchain.(Wikipedia)

INDONESIA masih berada di tahap awal pengembangan teknologi blockchain.

Hingga kini, tercatat baru ada 62 perusahaan di Tanah Air yang menggunakan teknologi itu.

Menurut Supervisory Board Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI), Yossy Girsang, penerapan blockchain di mata rantai perusahaan akan meminimalkan hubungan dengan pihak ketiga. Dampaknya ialah penurunan biaya logistik perusahaan.

“Teknologi blockchain pada akhirnya bisa mengurangi peran pihak ketiga karena akan peer to peer. Jadi, seharusnya bisa menurunkan biaya logistik,” ujar Yossy di sela acara Disrupto ‘The Role of Association in the New Economy’ di Plaza Indonesia, Jakarta, kemarin.

Yossy melanjutkan, saat konsumen ingin membeli produk lewat marketplace, akan terdapat transaksi pembelian dan pembayaran yang memakai peran pihak ketiga. Inilah yang disebut marketplace.

Namun, jika menerapkan blockchain, transaksi yang bersifat peer to peer dengan menggunakan smart contract akan diakses oleh jaringan komputer para pihak terkait saja. Dengan begitu, peran pihak ketiga akan diminimalkan sehingga terjadi penurunan biaya.

Selain itu, teknologi tersebut juga akan memberikan transparansi dan efisiensi bagi perusahaan. Hal itu disebabkan sistem blockchain bersifat transparan dan mutable. Artinya, data tidak bisa diubah ataupun dimanipulasi.

Semisal, ketika ada perusahaan sayur nonpestisida Indonesia akan menjual produk mereka di pasar dalam negeri maupun luar negeri, sejak saat pemupukan, petani sudah harus memasukan ­(input) data blockchain. Data tersebut bisa diakses para pembeli di Indonesia ataupun luar negeri. Hal itu ­dimaksudkan untuk menjamin kualitas produk.

Sementara itu, sejauh ini, perusahaan yang menggunakan blockchain di Indonesia belum mendapatkan dampak signifikan terkait dengan penekanan biaya. Hal itu disebabkan Indonesia masih berada di tahap yang sangat awal.

Namun, menurut Yossy, peluang untuk mengembangkan teknologi itu sangat luas. “Kita masih sangat baru. Jadi sama seperti kondisi e-mail di era 1990 yang bingung untuk digunakan seperti apa. Namun, saat ini kan kita tidak bisa lepas dari e-mail. Jadi, blockchain pun akan seperti itu.”

Nantinya, lanjut Yossy, blockchain  akan membuat lebih efisien dan lebih murah. Hal itu tentu akan menguntungkan konsumen. (*/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya