GABUNGAN Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat volume ekspor produk minyak sawit sepanjang Januari-Juli 2019 sebesar 19,76 juta ton. Jumlah tersebut lebih besar dari capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya 18,52 juta ton.
"Adapun, secara rinci, ekspor produk minyak sawit pada Juli 2019 tercatat 2,91 juta ton atau tumbuh 16% dari bulan sebelumya yang hanya 2,52 juta ton. Namun, jika dibandingkan dengan raihan bulan yang sama tahun lalu, ekspor Juli 2019 lebih rendah 9,38%. Pada Juli 2018, total ekspor tercatat 3,21 juta ton," ujar Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono melalui keterangan resmi, Selasa (17/9).
Mukti mengungkapkan, pertumbuhan ekspor pada Juli 2019 ditopang oleh produk olahan (liquid and solid fractions) yang mencapai 1,70 juta ton, naik dari 1,61 juta ton pada Juni.
Baca juga: Ekspor Sawit Terganggu Perang Dagang
Ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) pada Juli 2019 juga melonjak menjadi 678 ribu ton. Bulan sebelumnya, ekspor CPO hanya 445 ribu ton. Ekspor lauric (PKO crude and processed), kata dia, juga meningkat dari 116 ribu ton menjadi 129 ribu ton.
"Selain itu, ekspor biodiesel juga bertumbuh dari 97 ribu ton pada Juni menjadi 187 ribu ton si Juli. Sekitar 140 ribu ton ekspor biodiesel kita dipasarkan ke Tiongkok," ujar Mukti
Untuk penggunaan domestik, Gapki mencatat sepanjang Januari hingga Juli, produk minyak sawit yang terserap mencapai 10,22 juta ton.
Serapan tersebut terbagi ke sektor biodiesel sebesar 3,81 juta ton dan sisanya disalurkan ke industri pangan serta oleochemical.
"Pemerintah harus bisa mendorong penyerapan sawit dalam negeri baik untuk keperluan pangan ataupun biodiesel. Dengan begitu, kita tidak perlu bergantung pada pasar global," tandasnya. (A-4)