Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Jalin Kerja Sama Pangan dengan Rusia, Indonesia Harus Perkuat Produktivitas

M Ilham Ramadhan Avisena
20/6/2025 16:57
Jalin Kerja Sama Pangan dengan Rusia, Indonesia Harus Perkuat Produktivitas
Ilustrasi: karyawan mengawasi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit sebelum dimasak di salah satu pabrik minyak kelapa sawit(ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

RENCANA penguatan kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Rusia di sektor minyak kelapa sawit (CPO), pupuk, dan daging dinilai menjanjikan. Namun di balik peluang tersebut, pemerintah diminta untuk tidak abai terhadap keberlanjutan dan kemandirian sektor domestik.

Peneliti Center of Reform on Economics (CoRE) Indonesia Eliza Mardian menilai ekspor CPO ke Rusia memang tumbuh signifikan dan menunjukkan tren positif dalam empat tahun terakhir. Pada 2024, Rusia tercatat sebagai pasar tujuan ekspor kelapa sawit Indonesia ke-8, dengan nilai mencapai US$538 juta atau 2,7% dari total ekspor.

"Terkait CPO memang Rusia sudah menjadi mitra kita, tahun 2024 nilai ekspor palm oil ke Rusia di urutan ke-8 dengan US$538 juta, atau 2,7% dari total ekspor palm oil Indonesia. Rusia selama ini paling banyak mengekspor dari Indonesia dan dalam 4 tahun terakhir nilai ekspor kita meningkat," kata Eliza saat dihubungi, Jumat (20/6). 

Kendati pasar Rusia menjanjikan, Eliza mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara ekspansi pasar dan produktivitas. Ia menekankan risiko perluasan lahan yang dapat merusak hutan jika tidak dibarengi dengan peningkatan produktivitas melalui intensifikasi.

"Jika ekspansi tidak diimbangi peningkatan produktivitas, kemungkinan yang akan dilakukan untuk menambah produksi malah mendorong perluasan lahan (ekstensifikasi) yang akan mengorbankan hutan, bukan intensifikasi," ujarnya.

Apalagi, kebutuhan domestik atas CPO juga meningkat dengan diberlakukannya kebijakan B40 dan target B50 tahun depan, sehingga ekspor harus direncanakan secara terukur. Eliza juga menyarankan Indonesia tidak hanya fokus mengekspor CPO mentah, melainkan memperkuat industri hilir.

"Sebaiknya kita mengekspor produk turunan yang bernilai tambah tinggi dan menarik investasi untuk membangun industri oleokimia dan oleofood," tuturnya. 

Terkait kerja sama pupuk, Eliza menyebut pasokan bahan baku dari Rusia bisa menjadi langkah positif untuk menekan biaya produksi dan membuat harga pupuk lebih terjangkau bagi petani. Namun ia menilai riset pengembangan pupuk lokal tetap dibutuhkan agar Indonesia tidak terus bergantung pada impor bahan baku.

Itu diharapkan akan membuat harga pupuk lebih kompetitif dan terjangkau bagi petani karena biaya bahan bakunya dapat ditekan. Selain itu, imbuh Eliza, perlu adanya kerja sama riset dalam pengembangan pupuk yang bisa sesuai dengan bahan baku yang tersedia di dalam negeri. 

Sementara untuk isu impor daging dari Rusia, Eliza mengingatkan pemerintah agar tidak mengulangi kesalahan masa lalu. Ia mencontohkan negosiasi dagang dengan India yang berujung pada masuknya gula rafinasi dan daging kerbau, yang kurang diminati konsumen dan merugikan peternak lokal.

"Kita perlu berhati-hati, jangan sampai diversifikasi pangsa pasar impor malah semakin membuat ketergantungan dan menjadi disinsentif bagi industri peternakan lokal kita. Jangan sampai membuat kemampuan produksi dalam negeri semakin mundur karena orientasinya terlalu pro konsumen, bukan produsen," kata Eliza. 

Menurutnya, pemerintah perlu menyeimbangkan antara kepentingan konsumen dan produsen. Jika terlalu pro-konsumen, sektor pertanian akan sulit berkembang dan ketergantungan terhadap impor akan makin besar.

"Jika keberpihakan pemerintah terhadap produsen dalam negeri kurang memadai, yang terjadi adalah kita semakin ketergantungan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sektor pertanian tidak tumbuh optimal. Sektor pertanian ini strategis, menyerap tenaga terbesar dan top 3 engine ekonomi kita," pungkasnya. (Mir/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya