Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
PENGAMAT masalah pertanian dari Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas memprediksi akan ada penurunan luas panen padi hingga 500 ribu hektare (ha) akibat kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan di paruh kedua tahun ini.
Dengan menyusutnya luas panen sebanyak itu, diperkirakan Indonesia akan kehilangan dua juta ton beras.
Baca juga: Kekeringan Berlanjut Krisis Air Dimulai
Itu sebabnya, kata dia, pemerintah harus benar-benar waspada dan tidak terbuai dengan data yang menyebutkan ada potensi surplus sekitar empat juta ton hingga September 2019.
"Hitungan itu tidak mempertimbangkan masa paceklik sampai Februari atau Maret tahun depan," ujar Dwi dalam keterangannya, Rabu (28/8).
Saat ini, ia melihat sudah ada indikasi penurunan jumlah produksi beras yang ditandai dengan naiknya harga gabah kering panen (GKP) yang sudah hampir menyentuh Rp6 ribu per kilogram.
"Kalau GKP-nya sudah segitu, harga berasnya berapa? Ini tanda-tanda mulai terjadi kekurangan. Harga tidak bisa ditipu. Kalau data sih terserah teman-teman Kementerian Pertanian," tuturnya. (Pra/A-3)
Kemendag buka suara terkait dengan kosongnya stok beras premium di ritel-ritel modern.
Kelangkaan beras di sejumlah ritel modern justru memberikan dampak positif bagi pedagang di Pasar Induk Cipinang.
DINAS Pangan dan Pertanian Kabupaten Karimun menemukan beras tak layak konsumsi beredar di sejumlah toko dan swalayan.
Kemendag menyebut pengecer-pengecer kini hanya lebih mengambil sikap hati-hati untuk mengeluarkan stok beras mereka.
PRESIDEN Prabowo Subianto mengancam agar tidak ada pihak yang bermain-main dengan kebutuhan pangan. Soal permasalahan beras, ia memperingatkan penggilingan beras skala besar
Agen menghentikan pasokan kendati pedagang telah mengorder. Kalaupun ada pengiriman beras, jumlah tidak sesuai pesanan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved