Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Produk Manufaktur Masih Berkontribusi Besar terhadap Ekspor

Nur Aivanni
11/7/2019 13:20
Produk Manufaktur Masih Berkontribusi Besar terhadap Ekspor
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto(MI/SUSANTO)

MENTERI Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai ekspor nasional. Pada Januari-Mei 2019, sektor manufaktur mampu mengapalkan produk-produk unggulannya hingga mencapai US$51,06 miliar atau menyumbang 74,59% pada total nilai ekspor nasional.

"Secara volume, industri manufaktur kita mengalami peningkatan 9,8% dari Januari-Mei 2019 dibanding periode yang sama tahun lalu. Selama ini industri manufaktur masih konsisten menjadi kontributor terbesar pada nilai ekspor kita," kata Airlangga dalam pernyataan resminya, Kamis (11/7).

Ia menjabarkan beberapa sektor manufaktur yang berperan besar terhadap capaian ekspor pada lima bulan pertama tahun ini, di antaranya industri makanan yang menembus US$10,56 miliar, industri logam dasar US$6,52 miliar serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia US$5,38 miliar.

Selain itu, lanjut Airlangga, industri makanan menyumbang 20,69% dari total ekspor industri pengolahan pada Januari-Mei 2019. Sementara, industri pakaian menyumbang nilai ekspor sekitar US$3,55 miliar serta industri kertas dan barang dari kertas US$3 miliar.

"Pemerintah terus mendorong peningkatan investasi dan ekspansi di sektor industri. Jadi, kapasitas produksi meningkat, selain untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, juga bisa mengisi pasar ekspor," terangnya.

Baca juga: Ditargetkan 2024 Jadi Pusat Manufaktur Sulawesi

Beberapa negara tujuan ekspor produk manufaktur nasional antara lain Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Singapura dan India. Ia pun mengungkapkan pemerintah gencar menarik investasi sektor industri yang dapat menghasilkan produk substitusi impor. Itu merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menekan defisit neraca perdagangan.

"Bapak Presiden Joko Widodo telah menunjukkan komitmennya dalam menjaga iklim usaha yang kondusif di Indonesia. Wujud nyatanya antara lain memberikan kemudahan dalam perizinan usaha, menjaga ketersediaan bahan baku dan energi, serta telah menerbitkan kebijakan insentif fiskal untuk memacu industri terlibat dalam kegiatan vokasi dan litbang," tuturnya.

Lebih lanjut, Kemenperin pun telah memiliki peta jalan Making Indonesia 4.0 yang mendorong industri manufaktur nasional agar memanfaatkan teknologi industri 4.0. Upaya tersebut dilakukan untuk memacu inovasi produk yang berkualitas.

Dalam upaya menggenjot investasi dan ekspor, terang dia, pemerintah berkomitmen terus menciptakan iklim bisnis yang kondusif dan memberikan kemudahan perizinan usaha. Langkah strategis yang telah dilakukan antara lain pemberian insentif fiskal, penerapan online single submission (OSS), serta pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan vokasi.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya