Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Linkaja Berpeluang Besar di Pasar Tekfin

Ata/Aiw/E-3
03/7/2019 10:35
Linkaja Berpeluang Besar di Pasar Tekfin
Pengunjung saat peluncuran LinkAja di Kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (30/6/2019).(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

LINKAJA dinilai memiliki peluang besar di pasar pembayaran daring karena pemain di pasar ini masih sedikit. Selain itu, sekitar 75% pasar di Indonesia masih melakukan pembayaran dengan uang tunai.

"Apalagi kalau misalnya Linkaja dijadikan satu pembayaran yang akan terhubung ke hampir semua BUMN. Jadi, mereka akan memakai Linkaja. Mungkin dipakai macam-macam jadi peluangnya memang besar," kata pengamat telekomunikasi sekaligus Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute, Heru Sutadi, kemarin.

Namun, Heru menilai Linkaja yang diluncurkan pada Minggu (30/6) tidak dapat disamakan dengan layanan pembayaran seperti OVO dan Go-Pay karena Linkaja sebagai turunan BUMN memiliki mekanisme kerja yang berbeda dengan perusahaan rintisan itu.

Diketahui, Linkaja merupakan transformasi dari seluruh dompet elektronik milik BUMN, mulai T-cash milik Telkomsel, E-cash milik Bank Mandiri, T-bank milik BRI, hingga Yap milik BNI.

Platform tersebut menghimpun seluruh BUMN, seperti Telkomsel, Pertamina, PT KAI, dan Kimia Farma guna memudahkan masyarakat dalam melakukan pembayaran nontunai.

Namun, langkah pemerintah untuk turut bersaing dalam dunia teknologi finansial (tekfin) lewat Linkaja dinilai kurang tepat. Kehadiran Linkaja dinilai dapat mengganggu keseimbangan pasar tekfin yang ada saat ini.

"Langkah pemerintah untuk ikut dalam persaingan tekfin memang bisa berpotensi membuat pasar tekfin pembayaran yang sudah ada menjadi tidak imbang," ungkap ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda.

Nailul menilai pemerintah seharusnya memberikan ruang kepada swasta untuk mengembangkan industri tekfin di Indonesia.

Lebih jauh lagi, dirinya juga menyoroti adanya potensi diskriminatif yang akan dilakukan pihak perbankan yang turut andil dalam Linkaja.

"Bisa saja nanti untuk menyingkirkan yang lain bank-bank BUMN yang memiliki modal di Linkaja memberikan tarif diskriminatif kepada tekfin pembayaran pesaing Linkaja," tukasnya. (Ata/Aiw/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik