Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Kisah Efishery yang Berawal dari Prototipe Berbahan Kaleng Bekas

Fathurrozak
24/11/2023 16:30
Kisah Efishery yang Berawal dari Prototipe Berbahan Kaleng Bekas
Gibran Huzaifah, pendiri dan CEO eFishery di acara Indonesia Millenial and Gen-Z Summit 2023, Jumat, (24/11/2023).(Tangkapan layar Instagram @indinesia.summit)

NAMA eFishery sudah terkenal sebagai perusahaan rintisan di bidang teknologi perikanan yang pertama di Asia. Didirikan oleh oleh pria asal Bandung, Jawa Barat, Gibran Huzaifah, perusahaan itu kini sudah memiliki nilai kapitalisasi US$1 miliar.

 

Menjadi pembicara dalam diskusi panel  bertajuk Innovative Approaches in Agrifood: Lessons Learned, dalam rangkaian Indonesia Millenial and Gen-Z Summit 2023 di Pulau Satu & Dome, Senayan Park, Jumat, (24/11/2023), Gibran berbagi kisah soal pendirian perusahaan itu. Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini sudah berbisnis kecil-kecilan sejak semester 2, dengan memiliki dua kolam lele, di sebuah lahan yang ia sewa seharga Rp400 ribu setahun.

 

Mulai berbisnis pada 2013, tahun berikutnya ia sudah memiliki 20 kolam dan ketika lulus menjadi 70 kolam ikan lele. Ia belum puas karena bercita-cita 1000 kolam lele. Sebab itu pula, ia kerap bertemu dengan para peternak lele dan semakin memahami permasalahan yang dihadapi oleh banyak pembudidaya.

 

“Dari pertemuan dengan banyak peternak lele itu, saya malah mendapatkan inspirasi. Banyak dari mereka yang punya masalah dalam hal pemberian pakan. Selama ini, pemberian pakan lele itu manual,” kata Gibran Huzaifah, dalam acara yang digelar IDN Times itu.

 

Dalam budidaya lele, biaya pakan mencapai 70%-90% dari total biaya produksi. Dari situ, Gibran mengembangkan alat pemberian pakan lele otomatis. Bermodal Rp2,5 juta, Gibran mengembangkan prototipe dengan sebuah kaleng bekas.

 

“Sewaktu kuliah itu saya pernah seasrama dengan Ahmad Zaki, pendiri Bukalapak. Ketika itu Bukalapak juga belum besar. Dia bilang, di masa depan itu bisnis berbasis internet itu akan besar. Makanya saya kembangkan prototipe alat pemberi pakan dengan IoT (Internet of Thing),” lanjut pendiri dan CEO eFishery ini.

 

Pada 2014, Gibran lewat eFishery pun berhasil memasarkan alat pemberian pakan lele otomatisnya. Alat tersebut memiliki sensor pendeteksi kapan ikan lele perlu diberi pakan. Dari mulanya 10 pembudidaya, kini menjadi lebih dari 200 ribu pembudidaya ikan lele yang memanfaatkan alat pemberi pakan otomatis eFishery.

 

Dalam lima tahun terakhir, eFishery telah mengembangkan layanan distribusi pakan lele ke berbagai daerah di Indonesia. Untuk mendistribusikan pakan lele, eFishery memanfaatkan data sehingga mengetahui kapan saatnya para pembudidaya lele perlu menyetok.

 

“Kami juga bekerja sama dengan para lembaga keuangan untuk memberikan akses kredit ke para pembudidaya. Kami juga menyediakan layanan transaksi hasil panen para pembudidaya. Karena bisa diestimasi kapan masa panen, sehingga tiga minggu sebelum panen sudah bisa dicarikan buyer,” lanjut Gibran.

 

eFishery saat ini telah berstatus sebagai perusahaan rintisan unicorn dengan nilai kapitalisasi US$1 miliar. Status tersebut didapat pada awal tahun ini, setelah perusahaan mendapatkan pendanaan dari 42XFund, SoftBank Vision Fund, dan Northstar Group. Kini eFishery juga telah menjadi distributor pakan lele dan udang di 28 provinsi di Indonesia.

 

“Potensi growth-nya lebih besar dibanding sektor protein lain. Problem market dan visi jangka panjang jadi kunci. Mulai dari kecil dulu, yang gampang dikontrol dan dikelola risikonya,” pesan Gibran kepada anak muda yang mau memulai berbisnis. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya