Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
SELF diagnosis atau self diagnose adalah mendiagnosis diri sendiri mengidap sebuah gangguan atau penyakit berdasarkan pengetahuan personal atau informasi yang didapatkan secara mandiri. Saat melakukan self diagnosis, seseorang sedang berasumsi seolah-olah mengetahui masalah kesehatan yang dialami. Umumnya self diagnosis dilakukan dalam menghadapi masalah kesehatan mental.
Karena hanya dengan berbekal informasi yang dimiliki diri sendiri. Hal ini bisa berbahaya, karena asumsi tersebut bisa saja salah. Misalnya, seseorang berpikir mengidap gangguan bipolar, lantaran sering mengalami perubahan suasana hati.
Padahal, perubahan suasana hati bisa menjadi gejala dari banyak gangguan kesehatan mental yang berbeda. Gangguan kepribadian ambang dan depresi berat adalah dua contoh diagnosis lainnya.
Baca juga: Ketahui Bahaya Mendiagnosa Diri Sendiri
Dampak Self Diagnosis pada Kesehatan Mental
Self diagnosis juga bisa berpengaruh pada kesehatan mental dengan menyebabkan seseorang mengalami kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu. Misalnya, belakangan ini sering merasa pusing. Lalu, orang tersebut mencari tahu sendiri kira-kira apa yang menjadi penyebab gejala pusing yang sering dialami melalui melalui internet.
Dari hasil pencarian, dia ternyata mendapati bahwa sakit kepala yang sering muncul bisa mengindikasikan penyakit otak serius, seperti tumor otak. Lalu, dia merasa khawatir dan stres karena mengira kamu mengidap tumor otak. Padahal, belum tentu dia memiliki penyakit serius tersebut,
Bukan tidak mungkin lama-kelamaan orang itu bisa mengalami gangguan kecemasan umum akibat kekhawatiran yang dirasakan setelah melakukan self diagnosis. Gangguan kecemasan umum adalah kondisi mental yang biasanya ditandai dengan kekhawatiran berlebihan terhadap situasi tertentu.
Selain menyebabkan kekhawatiran yang tidak perlu yang bisa berujung pada gangguan kecemasan umum, self diagnosis juga bisa membuat masalah kesehatan mental tertentu menjadi tidak terdiagnosis. Gangguan mental biasanya tidak muncul sendirian, melainkan juga disertai oleh gangguan mental lainnya.
Misalnya, diliputi kecemasan dan berasumsi mengalami gangguan kecemasan. Namun, gangguan kecemasan bisa menutupi gangguan depresi mayor. Sekitar dua pertiga orang yang mengunjungi klinik rawat jalan dengan gangguan kecemasan juga mengalami depresi.
Ketika dua atau lebih sindrom terjadi bersamaan pada orang yang sama, hal ini disebut komorbiditas. Nah, self diagnosis menyebabkan seseorang melewatkan komorbiditas yang ada. Itulah bahaya self-diagnosis terhadap kesehatan mental.
Jadi, sebaiknya jangan menjadi dokter bagi diri sendiri dengan melakukan self-diagnosis. Jika mengalami gejala kesehatan tertentu, sebaiknya tanyakan pada dokter atau psikolog mengenai penyebab gejala kesehatan yang dialami.
Baca juga: Ini Dampak Buruk Pornografi pada Fisik dan Mental Menurut Sains
4 Cara Menghindari Self Diagnosis
1. Hindari Mencari Tahu Penyakit Melalui Internet
Perlu diketahui bahwa tidak semua informasi yang ada pada internet benar adanya. Meski tidak dilarang, untuk mencari tahu mengenai kondisi yang dialami melalui media sosial dan internet, tetapi hal ini bukanlah cara penanganan yang efektif. Hal ini justru dapat memicu kesalahaan dalam hal penanganan akibat salah diagnosa.
2. Hindari Tes Mental secara Online
Jangan terlalu sering melakukan tes mental secara online! Saat ini banyak sekali tes yang berkaitan dengan kondisi kesehatan mental beredar di internet. Hindari melakukan tes-tes tersebut karena kredibilitasnya sangat diragukan. Selain itu, tes online yang kemudian marak ditemukan juga tidak menilai gejala secara spesifik hanya berdasarkan pada gambaran umum saja.
3. Jangan Jadikan Penderita Gangguan Mental Lain Sebagai Rujukan
Meski mirip tapi kondisi seseorang dengan orang lain belum tentu sama, jangan jadikan kondisi orang lain sebagai rujukan. Seringkali kita menemukan kesamaan gejala dan kondisi yang dirasakan dengan seorang yang kita kenal atau selebritas dengan gangguan kesehatan mental. Perlu diketahui meski mirip namun kondisi satu orang dan orang lainnya belum tentu sama.
4. Jangan Ragu untuk Pergi ke Psikolog atau Psikiater
Pergi ke psikiater tidak lantas menandakan seseorang gila. Jika merasakan gejala-gejala yang tak terkira, dan telah sampai merusak keseharianmu jangan ragu untuk segera memeriksakan diri dan berkonsultasi pada para ahli. Karena, kesehatan mental bukanlah hal yang dapat ditangani oleh seorang diri.
(Z-9)
WHO menyatakan bahwa stres merupakan respons alami manusia saat menghadapi tekanan atau perubahan dalam kehidupan. Setiap orang pasti pernah mengalami stres.
Temukan 6 kebiasaan sehari-hari yang tanpa disadari dapat meningkatkan hormon stres kortisol. Pelajari cara menghindarinya untuk menjaga kesehatan mental dan fisik Anda tetap optimal.
Dari 314 kasus kematian akibat bunuh diri pada 2024 di Singapura, 202 kasus atau 64,3% adalah laki-laki, sementara 112 kasus atau 35,7% sisanya adalah perempuan.
Baby blues merupakan kondisi yang terjadi akibat perubahan hormon, kelelahan serta mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan peran baru sebagai ibu.
Media sosial dapat memperburuk kondisi emosional penderita bipolar. Ketahui tiga dampak negatif utamanya.
3 masalah mental remaja: identitas diri, emosi, dan sosial. Peran orang tua krusial dalam masa tumbuh kembang usia 10–18 tahun.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved