Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
ASOSIASI Tradisi Lisan (ATL) kembali menggelar Festival Tradisi Lisan. Kali ini mencapai gelaran ke-12, festival yang diselenggarakan bekerjasama dengan Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan juga didukung Media Indonesia itu berlangsung 12 hingga 15 Juni 2023 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Beragam acara menarik dan sarat wawasan diselenggarakan di festival yang pertama kali diadakan pada 1993 atau bersamaan dengan tahun berdirinya ATL. “Acara ini pertama kali terinisiasi berdasarkan pemikiran bahwa tradisi lisan seharusnya tidak hanya untuk dibaca dan dituliskan dalam buku-buku, terapi juga harus di mata kita dengan cara dilihat dan didengar serta dirasakan sehingga bisa hidup di tengah-tengah masyarakat, karena jika tidak ditampilkan, semakin lama akan semakin punah,” papar Ketua Umum ATL, Pudentia MPSS saat konferensi pers di Taman Ismail Marzuki Jakarta pada Senin (12/6).
Kali ini, Festival Tradisi Lisan XII mengusung tema “Tradisi Lisan Melintasi Pandemi, Konflik, dan Teknologi Terbaru Pasca Pandemi dalam Merawat Alam dan Kehidupan”. Seminar internasional dalam gelaran ini akan menghadirkan para akademisi dan peneliti dari berbagai universitas dan lembaga di Indonesia serta mancanegara.
“Di sini kita berpikir bagaimana caranya agar membuat sebanyak mungkin orang bisa mengetahui tradisi-tradisi yang ada di Indonesia, salah satunya bekerjasama dengan Media Indonesia yang memiliki visi dan misi serupa yaitu ingin memperkenalkan tradisi-tradisi yang ada dari daerah-daerah di Indonesia kepada publik luas,” kata Pudentia yang asosiasinya telah diakui UNESCO.
Selain seminar, pada Selasa (13/6), akan digelar peluncuran buku berjudul “Nyanyi Sunyi Tradisi Lisan” yang merupakan kolaborasi ATL dan Media Indonesia. Tulisan-tulisan pada buku tersebut telah lebih dulu diterbitkan di halaman Tradisi Lisan yang terbit pada hari Minggu pertama dan ketiga setiap bulannya, di koran Media Indonesia.
“Media Indonesia telah bekerja sama dengan Asosiasi Tradisi Lisan sejak 2020. Media Indonesia menerbitkan tulisan dari para peneliti dan pelaku tradisi yang luar biasa sekali, mereka menuliskan tentang berbagai tradisi di wilayah Indonesia. Tulisan-tulisan itu kemudian kami kurasi untuk selanjutnya diterbitkan pada sebuah buku,” jelas Iis.
Buku Nyanyian Sunyi Tradisi Lisan merupakan buku ke-2 hasil kerjasama Media Indonesia dan ATL. Untuk penerbitan tahun ini, buku terdiri dari 15 tulisan terpilih yang mampu merangkum benang merah pencarian bentuk tradisi lisan di Tanah Air yang dari hari ke hari semakin terpinggirkan.
Sementara itu, Pudentia menjelaskan alasan bahwa judul buku Nyanyi Sunyi Tradisi Lisan mencerminkan cara kerja ATL memperkenalkan tradisi lisan ke masyarakat luas. “Dalam memperkenalkan tradisi lisan, kita tidak ikut huru-hara, tidak mengacu pada berapa jumlah follower yang banyak atau sedikit, karena kami paham yang mau belajar tradisi lisan mungkin hanya beberapa orang, tetapi kita selalu berupaya untuk mengajak orang lain dan juga menyadarkan orang-orang untuk cinta tradisi agar melihat ini sebagai sesuatu kekuatan untuk membangun negeri ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Pudentia juga mengungkapkan bahwa dalam konteks pemajuan kebudayaan, tradisi lisan tak hanya sekedar sebatas berwujud cerita rakyat, akan tetapi bisa dikembangkan lebih jauh misalnya dalam industri kreatif dan pariwisata. Dengan begitu, tradisi lisan dapat menjdi nilai tambah bagi komunitas lokal serta mensejahterakan berbagai pihak yang terlibat dalam tradisi tersebut.
“Jadi jangan kita pergi memasukkan tradisi ke UNESCO seperti mendaftarkan kebaya dan pantun tetapi ternyata para pelaku tradisi tersebut tertinggal dan jauh dari kesejahteraan. Ini yang selalu menjadi kepedulian kami,” tandasnya. (M-1)
PELAKSANAAN Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII di Nusa Tenggara Barat (NTB) membawa dampak signifikan terhadap perputaran ekonomi daerah.
Tasifest, festival di tepi pantai ini bukan sekadar hiburan biasa tapi menjadi daya tarik di bidang pariwisata bagi Timor Leste ini.
Machiko Kennedy baru saja dinobatkan sebagai Puteri Kebudayaan Remaja Indonesia 2025 di ajang nasional yang berlangsung di Yogyakarta.
Benang Merah Festival 2025 akan menyajikan pertunjukkan tari, musik, kelas publik, bazar dan pameran karya, pemutaran dan diskusi film, serta diskusi publik.
Festival Kerukunan di Desa Pabuaran, Kerukunan bukan Proyek Elite
Kementerian Kebudayaan secara resmi menetapkan 17 Desember sebagai Hari Pantun. Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kebudayaan Nomor 163 Tahun 2025 tentang Hari Pantun.
Buku ini hadir sebagai respons atas fenomena pencucian uang yang tidak lagi mengenal batas geografis dan sering kali tak tersentuh oleh hukum nasional yang lemah atau lamban.
Buku yang ditulis Kelly Tandiono tersebut terinspirasi dari pengalaman pribadinya saat pertama kali menyelam pada 2011.
Buku, disebut Dedi, merupakan medium yang efektif untuk memperkenalkan kecintaan terhadap alam Indonesia kepada anak-anak, sekaligus menumbuhkan empati terhadap lingkungan.
STAF Sumber Daya Manusia Polri (SSDM Polri) meluncurkan buku berjudul Policing in Indonesia.
Lebih dari sekadar karya tulis, buku karya Connie Rahakundini Bakrie ini adalah seruan dan ajakan untuk membangkitkan kesadaran kolektif bangsa akan makna sejati berbangsa dan bernegara.
Hingga Juni 2024, telah disalurkan 490 Al-Qur’an dan 13.790 buku tulis ke sekolah-sekolah dasar di wilayah Tangerang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved