Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
ASOSIASI Tradisi Lisan (ATL) kembali menggelar Festival Tradisi Lisan. Kali ini mencapai gelaran ke-12, festival yang diselenggarakan bekerjasama dengan Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan juga didukung Media Indonesia itu berlangsung 12 hingga 15 Juni 2023 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Beragam acara menarik dan sarat wawasan diselenggarakan di festival yang pertama kali diadakan pada 1993 atau bersamaan dengan tahun berdirinya ATL. “Acara ini pertama kali terinisiasi berdasarkan pemikiran bahwa tradisi lisan seharusnya tidak hanya untuk dibaca dan dituliskan dalam buku-buku, terapi juga harus di mata kita dengan cara dilihat dan didengar serta dirasakan sehingga bisa hidup di tengah-tengah masyarakat, karena jika tidak ditampilkan, semakin lama akan semakin punah,” papar Ketua Umum ATL, Pudentia MPSS saat konferensi pers di Taman Ismail Marzuki Jakarta pada Senin (12/6).
Kali ini, Festival Tradisi Lisan XII mengusung tema “Tradisi Lisan Melintasi Pandemi, Konflik, dan Teknologi Terbaru Pasca Pandemi dalam Merawat Alam dan Kehidupan”. Seminar internasional dalam gelaran ini akan menghadirkan para akademisi dan peneliti dari berbagai universitas dan lembaga di Indonesia serta mancanegara.
“Di sini kita berpikir bagaimana caranya agar membuat sebanyak mungkin orang bisa mengetahui tradisi-tradisi yang ada di Indonesia, salah satunya bekerjasama dengan Media Indonesia yang memiliki visi dan misi serupa yaitu ingin memperkenalkan tradisi-tradisi yang ada dari daerah-daerah di Indonesia kepada publik luas,” kata Pudentia yang asosiasinya telah diakui UNESCO.
Selain seminar, pada Selasa (13/6), akan digelar peluncuran buku berjudul “Nyanyi Sunyi Tradisi Lisan” yang merupakan kolaborasi ATL dan Media Indonesia. Tulisan-tulisan pada buku tersebut telah lebih dulu diterbitkan di halaman Tradisi Lisan yang terbit pada hari Minggu pertama dan ketiga setiap bulannya, di koran Media Indonesia.
“Media Indonesia telah bekerja sama dengan Asosiasi Tradisi Lisan sejak 2020. Media Indonesia menerbitkan tulisan dari para peneliti dan pelaku tradisi yang luar biasa sekali, mereka menuliskan tentang berbagai tradisi di wilayah Indonesia. Tulisan-tulisan itu kemudian kami kurasi untuk selanjutnya diterbitkan pada sebuah buku,” jelas Iis.
Buku Nyanyian Sunyi Tradisi Lisan merupakan buku ke-2 hasil kerjasama Media Indonesia dan ATL. Untuk penerbitan tahun ini, buku terdiri dari 15 tulisan terpilih yang mampu merangkum benang merah pencarian bentuk tradisi lisan di Tanah Air yang dari hari ke hari semakin terpinggirkan.
Sementara itu, Pudentia menjelaskan alasan bahwa judul buku Nyanyi Sunyi Tradisi Lisan mencerminkan cara kerja ATL memperkenalkan tradisi lisan ke masyarakat luas. “Dalam memperkenalkan tradisi lisan, kita tidak ikut huru-hara, tidak mengacu pada berapa jumlah follower yang banyak atau sedikit, karena kami paham yang mau belajar tradisi lisan mungkin hanya beberapa orang, tetapi kita selalu berupaya untuk mengajak orang lain dan juga menyadarkan orang-orang untuk cinta tradisi agar melihat ini sebagai sesuatu kekuatan untuk membangun negeri ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Pudentia juga mengungkapkan bahwa dalam konteks pemajuan kebudayaan, tradisi lisan tak hanya sekedar sebatas berwujud cerita rakyat, akan tetapi bisa dikembangkan lebih jauh misalnya dalam industri kreatif dan pariwisata. Dengan begitu, tradisi lisan dapat menjdi nilai tambah bagi komunitas lokal serta mensejahterakan berbagai pihak yang terlibat dalam tradisi tersebut.
“Jadi jangan kita pergi memasukkan tradisi ke UNESCO seperti mendaftarkan kebaya dan pantun tetapi ternyata para pelaku tradisi tersebut tertinggal dan jauh dari kesejahteraan. Ini yang selalu menjadi kepedulian kami,” tandasnya. (M-1)
Penguatan identitas sebagai sebuah bangsa juga mampu menumbuhkan kohesi sosial yang bisa menjadi pendorong untuk mengakselerasi proses pembangunan.
ADA hal yang menarik dalam penyelenggaraan Indonesia Fashion Week 2025. Desainer fesyen, Eni Joe, menjadikan ajang tersebut sebagai ruang edukasi budaya.
Lebih dari sekadar pertunjukan mode, TGC dikenal sebagai acara hiburan terbesar yang memadukan fesyen, musik, budaya pop, dan selebritis dari berbagai bidang dalam satu panggung yang sama.
Pagelaran Suadesa Festival 2025 di Karangrejo, Magelang, Jawa Ttengah, membawa berkah bagi pelaku UMKM lokal.
KABUPATEN Temanggung bersiap menyambut festival Temanggung Sepekan 2025 yang akan digelar selama lima hari mulai tanggal 9 hingga 13 Juli 2025 di Kledung Park
Taman Budaya X Bogorun 2025 diharapkan akan menjadi tonggak baru dalam peta sport tourism nasional, menandai kebangkitan olahraga, ekonomi, dan budaya di Kabupaten Bogor.
Hingga Juni 2024, telah disalurkan 490 Al-Qur’an dan 13.790 buku tulis ke sekolah-sekolah dasar di wilayah Tangerang.
Buku ini bukan hanya kumpulan resep, melainkan potret kehidupan harian masyarakat Indonesia dari sudut pandang kuliner.
ASTA Index mengatasi keterbatasan metode pengukuran konvensional yang hanya fokus pada indikator makro.
Buku tersebut merupakan bagian dari komitmen dan kontribusi IFSR dalam mendukung pelaksanaan MBG yang telah ditetapkan sebagai program prioritas Presiden Prabowo Subianto.
Literasi digital tak hanya mampu menggunakan perangkat tetapi juga tentang mampu mengevaluasi informasi secara kritis.
Dalam menulis buku setebal 178 halaman itu, Reza Rahadian mengakui tidak ada kesulitan berarti. Pasalnya, dia memiliki jurnal yang telah ia tulis sejak 2004.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved