Mengenakan tutup kepala agar terlindung dari sengatan matahari, Vu Thi Phuong mendorong troli berisi kopi, air jeruk nipis, dan es di sekitar Hanoi. Perempuan itu adalah salah satu dari ribuan pedagang kaki lima, di ibu kota Vietnam. Di tengah gelombang panas yang kini sedang melanda negeri itu, mereka tidak punya pilihan selain tetap bekerja di bawah terik matahari..
Para ilmuwan mengatakan pemanasan global telah memperburuk cuaca, dan Vietnam hanyalah salah satu dari banyak negara di Asia Selatan dan Tenggara yang mengalami rekor suhu tertinggi dalam beberapa pekan terakhir.
"Kadang-kadang saya mau pingsan di tengah jalan. Jika peramal cuaca mengatakan 38 derajat Celcius, suhu di jalan terasa lebih tinggi," kata Phuong dengan keringat bercucuran dari hidungnya.
Pada awal Mei, Vietnam melaporkan suhu tertingginya, 44,1 derajat Celcius (111,38 derajat Fahrenheit). Pejabat kesehatan setempat mengimbau warga untuk berdiam diri di rumah jika tidak ada keperluan mendesak.
Saat suhu mencapai 38 derajat Celcius pada Kamis (31/5), kawasan kota tua Hanoi yang biasanya ramai dengan sepeda motor, turis, dan penjual mie, terlihat sepi. Tapi bagi pedagang seperti Phuong, yang mata pencahariannya diperoleh dari jalanan, nasihat itu mustahil untuk diikuti. "Tidak mudah mendorong troli ini dalam cuaca panas, tetapi saya terus berusaha,” kata Phuong
Seorang penjual buah, Nguyen Thi Vinh, 60, mengeluhkan keuntungan yang berkurang. Saya tidak banyak berjualan saat hari panas seperti ini karena orang tidak keluar," katanya.
Sehari sebelumnya, pendapatan Vinh turun sepertiga, meski buah segar yang ditawarkan kepada pelanggan seharusnya pas di tengah cuaca panas seperti ini. Tapi, apa boleh buat, perdagangan masih lesu.
Menurut laporan kementerian lingkungan tahun 2021, kehidupan di Hanoi telah terkena dampak serius dari efek pulau panas perkotaan (masalah lingkungan umum di mana suhu udara di wilayah metropolitan jauh lebih tinggi daripada di yang pinggiran kota).
Kelebihan populasi, peningkatan pekerjaan konstruksi dan jumlah kendaraan yang tinggi sebagian menjadi penyebabnya, kata laporan itu.
Panas yang menyengat juga berdampak pada penjual bunga yang menyusuri gang-gang kecil Hanoi dengan sepeda sambil membawa ember berisi mawar, aster, atau teratai. "Tidak mudah menjaga bunga tetap segar di hari yang sangat panas," kata Tran Thi Hoa kepada AFP. “Panas atau dingin, hidup selalu penuh perjuangan. Tapi saya tidak menyerah,” imbuh Hoa sambil menyiram bunganya dengan air dari botol kecil. (M-3)