Tingkat polusi udara di Kota Bangkok semakin parah. Menurut pejabat berwenang, selama sepekan ini, sekitar 200 ribu orang harus dirawat di rumah karena terpapar polusi.
Dalam beberapa hari terakhir, Ibu Kota Thailand,yang berpenduduk sekitar 11 juta orang dan merupakan salah satu tujuan wisata paling populer di dunia itu, telah diselimuti campuran asap kendaraan, emisi industri, dan asap residu dari pembakaran pertanian.
Menurut Kementerian Kesehatan Thailand, lebih dari 1,3 juta orang telah jatuh sakit di negara itu sejak awal tahun akibat polusi udara. Kriangkrai Namthaisong, seorang dokter di kementerian, pada Rabu (8/3) mengimbau anak-anak dan wanita hamil untuk tetap tinggal di dalam rumah. “Siapa pun yang pergi ke luar harus memakai masker anti polusi N95 berkualitas tinggi,” ujarnya.
Selama puncak polusi lainnya pada akhir Januari dan awal Februari, otoritas kota mendesak orang untuk bekerja dari rumah. Seorang juru bicara dari Kantor Gubernur Bangkok, Chadchart Sittipunt mengatakan mereka tidak akan ragu untuk mengeluarkan perintah serupa jika situasinya memburuk.
Kementerian kesehatan setempat mengatakan sebanyak 50 distrik di Bangkok pada Rabu mencatat tingkat yang tidak aman dari partikel PM2.5 yang paling berbahaya. Partikel ini sangat kecil sehingga dapat memasuki aliran darah.
“Tingkat PM2.5 berada di atas batas aman untuk sebagian besar wilayah di Bangkok selama tiga hari terakhir,” kata Departemen Pengendalian Polusi pemerintah.
Situasinya lebih buruk di utara Kota Chiang Mai, wilayah pertanian di mana para petani membakar tunggul tanaman pada musim seperti ini. Sekitar tengah hari pada Kamis (9/3), tujuan wisata populer itu menduduki peringkat kota paling tercemar ketiga di dunia oleh perusahaan pemantau IQAir. (AFP/M-3)