Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
MEDIA sosial menjadi salah satu target utama para peretas dewasa ini. Itu tampak dari riset oleh lembaga perlindungan korban penipuan AS, Identity Theft Resource Center (ITRC). Dalam riset sepanjang September 2021 hingga September 2022, diketahui angka peretasan media sosial di berbagai negara meningkat hingga 1.000% jika dibandingkan dengan periode serupa setahun sebelumnya.
Dalam riset tersebut, Instagram menjadi media sosial yang paling banyak diretas, mencapai 85%. Sisanya sebanyak 25% ditempati oleh Facebook. Setelah berhasil dicuri peretas, sebanyak 70% korban tidak berhasil kembali mendapatkan akses terhadap akun media sosialnya.
“Bagi sebagian orang yang hidupnya sangat mengandalkan media sosial, kehilangan akun media sosial mereka tentu menjadi hal yang sangat merugikan,” ujar pakar keamanan siber dari lembaga keamanan siber, Vulcan Siber Israel, Mike Parkin, dilansir dari Technewsworld, Kamis (20/10).
Parkin mengatakan, dalam riset tersebut juga diketahui setidaknya 27% korban peretasan media sosial harus menderita kerugian finansial yang besar. Mereka umumnya para kreator konten yang menghasilkan uang dari kerja sama iklan atau berjualan lewat media sosial.
“Mereka yang mengandalkan penghasilan lewat akun, seperti Youtube, Tiktok, atau Instagram paling menderita kerugian secara finansial,” ujar Parkin.
Pakar keamanan siber dari perusahaan teknologi Netenrich di AS, John Bambenek, mengatakan para peretas umumnya mencuri akun media sosial tak hanya karena menargetkan pemilik akun. Mereka kerap memanfaatkan akun media sosial untuk menipu orang lain yang terhubung dengan pemilik akun curian tersebut.
“Ibaratnya kalau saya mendapat pesan dari akun sebuah bank, saya tidak akan begitu saja membuka dan peduli. Namun, kalau saya mendapat pesan dari orangtua atau keluarga, tentu saja saya akan lebih peduli dan memperhatikannya,” ujar Bambenek.
Para peretas umumnya akan melakukan berbagai upaya penipuan dengan mengatasnamakan sosok sang pemilik akun. Metode penipuan tersebut memang bukan hal baru, tetapi masih menjadi salah satu cara terefektif untuk melakukan penipuan.
Dengan fakta tersebut, peretasan media sosial disebut sebagai peretasan paling merugikan. Karena korbannya tak hanya pemilik akun, juga bisa banyak orang yang terhubung dengan pemilik akun bersangkutan.
“Sangat penting untuk menanamkan sikap skeptis dan tak begitu saja percaya pada setiap pesan yang datang dengan isi mencurigakan meski pemilik akunnya kita kenal,” ujar Bambenek.
Butuh peningkatan keamanan
Pakar keamanan siber dari perusahaan teknologi Cerby asal San Francisco, AS, Matt Chiodi, mengatakan sejauh ini belum banyak perusahaan media sosial yang menawarkan sistem pengamanan tingkat tinggi para penggunaannya. Umumnya hanya masih mengandalkan standar penggunaan kata sandi. Hal itu ialah hal yang sangat mudah dibobol oleh para peretas.
Ia mengatakan peningkatan sistem keamanan sudah harus dilakukan oleh perusahaan media sosial. Misalnya dengan menggunakan sistem pengamanan yang terintegrasi dengan aplikasi atau perusahaan penyedia layanan keamanan siber.
“Seharusnya ini sudah bisa tersedia pada media sosial dengan jumlah pengguna sangat besar dan menjadi salah satu pusat bisnis global di dalamnya,” ujar Chiodi.
Facebook juga tersedia dalam lebih dari 100 bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Media sosial ini terus berkembang dengan fitur seperti Stories, Reels, Marketplace, Watch, dan Business Suite.
POLISI mengungkap kasus distribusi konten pornografi dari grup Facebook Fantasi Sedarah yang memuat konten negatif terkait hubungan sedarah atau inses.
Erdi menjelaskan, pihaknya melakukan identifikasi tersangka dilakukan lewat data akun media sosial. Selanjutnya, pelaku akhirnya ditangkap di wilayah Bali.
Komdigi juga meminta Meta dan penyelenggara platform digital lain agar aktif bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk mengungkap dalang di balik grup tersebut.
Pembangunan keluarga selama ini masih dilihat sebagai sesuatu yang sederhana, tetapi hal tersebut menjadi sangat penting untuk pembangunan sumber daya manusia
Sebelumnya, jagat maya dihebohkan dengan kemunculan grup Facebook bernama Fantasi Sedarah, yang kini telah berganti menjadi Suka Duka.
Pemerintah berupaya memperluas basis pajak dan mengoptimalkan penerimaan negara. Salah satunya membidik pengenaan pajak berbasis media sosial dan data digital di tahun depan.
Media sosial dapat memperburuk kondisi emosional penderita bipolar. Ketahui tiga dampak negatif utamanya.
xAI menyampaikan permintaan maaf resmi setelah Grok memuji Adolf Hitler dan komentar antisemitisme.
Data terbaru Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat bahwa 19,7% anak usia 5–12 tahun dan 14,3% anak usia 13–18 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
PM Israel Benjamin Netanyahu berkomitmen melawan kampanye 'demonisasi dan fitnah terorganisir' terhadap Israel di media sosial.
WALI Kota Bandung Muhammad Farhan menegaskan pihaknya membutuhkan media massa untuk mengoptimalkan penginformasian kepada publik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved