Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan komitmennya untuk melawan apa yang ia sebut sebagai kampanye "demonisasi dan fitnah terorganisir" terhadap Israel di media sosial. Ia menilai kampanye ini menjadi penyebab utama turunnya dukungan publik AS terhadap Israel, khususnya dari pemilih Partai Demokrat.
“Ada upaya terkoordinasi yang didanai untuk menyebarkan kebencian terhadap Israel di media sosial,” ujar Netanyahu kepada wartawan di Capitol Hill. “Ini berbahaya, dan kami akan melawannya. Tak ada yang bisa mengalahkan kebohongan selain kebenaran, dan kami akan menyebarkan kebenaran agar publik melihat faktanya. Saat itu terjadi, kami yakin akan menang.”
Pernyataan ini disampaikan saat Netanyahu mengunjungi Kongres AS dan bertemu Ketua DPR dari Partai Republik, Mike Johnson. Kunjungan ini juga dilakukan di tengah perubahan sikap politik di AS, ditandai dengan kemenangan Zohran Mamdani dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat untuk wali kota New York. Mamdani dikenal sebagai pendukung vokal hak-hak Palestina dan kritikus serangan militer Israel di Gaza.
Sejumlah survei menunjukkan penurunan signifikan dukungan terhadap Israel dari pemilih Demokrat, yang semakin gelisah dengan dampak kemanusiaan perang di Gaza. Diperkirakan sekitar 60.000 orang tewas dalam konflik yang masih berlangsung, sebagian besar adalah warga Palestina. Wilayah pesisir itu juga menghadapi ancaman kelaparan massal.
Survei Gallup pada Maret lalu mencatat simpati publik AS terhadap Israel berada di bawah 50%—angka terendah sejak lembaga itu mulai mengukur opini soal isu tersebut. Di kalangan pemilih Demokrat, 38% menyatakan lebih bersimpati kepada Palestina, berbanding terbalik dengan hasil survei Gallup 2013, yang saat itu menunjukkan dominasi simpati terhadap Israel.
Dalam pernyataan lainnya, Netanyahu mengungkap pemerintahnya telah menerima proposal baru dari mediator Qatar untuk gencatan senjata dengan Hamas. Proposal tersebut dikatakan sejalan dengan gagasan yang diajukan Steve Witkoff, utusan Timur Tengah Presiden Donald Trump.
Witkoff sebelumnya menjelaskan usulan tersebut mencakup masa jeda perang selama 60 hari dan pembebasan sandera Israel, termasuk “10 orang yang masih hidup dan sembilan jenazah.” Ia menyebut kesepakatan ini bisa membuka jalan menuju perdamaian jangka panjang.
Netanyahu menambahkan bahwa ia berharap kesepakatan dapat segera difinalisasi. “Ini proposal yang baik, sejalan dengan ide awal Witkoff, dan kami sudah mendekati titik temu,” ujarnya.
Selama kunjungannya ke Washington, Netanyahu juga dijadwalkan kembali bertemu Presiden Trump. Pada pertemuan sebelumnya di Gedung Putih, Netanyahu menyerahkan surat nominasi Trump untuk Penghargaan Nobel Perdamaian.
Ia pun memuji tingkat koordinasi militer antara Israel dan AS dalam konflik terbaru melawan Iran, termasuk serangan berulang terhadap fasilitas nuklir di Teheran. “Dalam 77 tahun sejarah Israel, belum pernah ada koordinasi dan kepercayaan antara kedua negara seperti saat ini. Dan itu berkat Presiden Trump,” tegasnya. (the Guardian/Z-2)
Presiden AS Donald Trump menyatakan terjadi 'kelaparan nyata' di Gaza. Berbeda dengan pernyataan PM Israel Benjamin Netanyahu.
Seorang perempuan berusia 70-an ditangkap otoritas keamanan Israel karena diduga merencanakan pembunuhan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Donald Trump dikabarkan kaget dengan serangan militer Israel yang menargetkan gereja Katolik di Gaza dan gedung pemerintahan Suriah.
Israel menyesal atas insiden serangan yang menghantam satu-satunya gereja Katolik di Gaza.
Israel dan Suriah sepakat melakukan gencatan senjata. Hal tersebut diungkapkan Duta Besar Amerika Serikat untuk Turki merangkap Utusan Khusus untuk Suriah, Thomas Barrack.
JAKSA ICC Karim Khan diperingatkan pada Mei bahwa jika surat perintah penangkapan untuk PM Israel Benjamin Netanyahu tidak dicabut, ia dan ICC akan dihancurkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved