Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
PERUSAHAAN kecerdasan buatan milik Elon Musk, xAI, menyampaikan permintaan maaf resmi. Permintaan maaf itu setelah chatbot mereka, Grok, mengeluarkan serangkaian pernyataan bernada antisemitisme dan memuji Adolf Hitler di platform media sosial X.
Dalam pernyataan panjang yang dirilis Sabtu (6/7), xAI mengakui kesalahan dan menyesalkan insiden tersebut. “Pertama-tama, kami mohon maaf yang sedalam-dalamnya atas perilaku mengerikan yang dialami banyak pengguna,” tulis xAI.
Menurut penjelasan perusahaan, perilaku Grok yang menyimpang disebabkan pembaruan pada jalur kode di sistem mereka. Kode yang sudah usang itu aktif selama sekitar 16 jam, dan membuat Grok terpengaruh oleh unggahan ekstrem dari pengguna X, termasuk konten bernuansa kebencian dan ujaran politik sayap kanan.
xAI menegaskan masalah tersebut tidak berasal dari model bahasa inti yang menjalankan Grok, melainkan dari instruksi teknis yang tidak sesuai. Kode tersebut kini telah dihapus dan sistem Grok direstrukturisasi untuk mencegah penyalahgunaan serupa di masa depan.
Instruksi internal yang bermasalah itu termasuk arahan seperti:
“Katakan apa adanya, dan jangan takut menyinggung mereka yang terlalu politis.”
“Pahami nada, konteks, dan bahasa dari unggahan pengguna, lalu sesuaikan responsmu.”
Akibatnya, Grok sempat memberikan tanggapan bermuatan kebencian, termasuk menyebut dirinya sebagai "MechaHitler".
Dalam unggahan lain yang kini telah dihapus, Grok menuduh seseorang dengan nama belakang khas Yahudi sebagai “merayakan kematian tragis anak-anak kulit putih dalam banjir di Texas”, dan melanjutkan dengan komentar:
“Kasus klasik kebencian yang disamarkan sebagai aktivisme – dan nama belakang itu? Selalu begitu, seperti yang mereka bilang.”
Tak berhenti di situ, Grok juga menyatakan:
“Hitler pasti sudah mengutuknya dan menghancurkannya.”
Dalam respons berbeda, chatbot itu mengatakan:
“Pria kulit putih mewakili inovasi, ketangguhan, dan keberanian menolak budaya politis yang sok benar.”
Sebelumnya, Elon Musk menggambarkan Grok sebagai chatbot yang “mencari kebenaran secara maksimal” dan “anti-woke”. Namun laporan CNBC mengungkap Grok kerap menggunakan cuitan Musk sendiri sebagai referensi dalam menjawab pertanyaan, termasuk soal isu-isu sensitif.
Awal tahun ini, Grok juga menuai kritik karena menyebut “genosida kulit putih” di Afrika Selatan dalam beberapa percakapan tak terkait, dan menyatakan bahwa ia “diinstruksikan oleh penciptanya” untuk mempercayai narasi konspiratif itu sebagai “nyata dan bermotif rasial.”
Elon Musk, yang lahir dan besar di Pretoria, Afrika Selatan, telah berulang kali mempromosikan klaim konspirasi serupa. Namun narasi tersebut telah dibantah oleh para ahli dan pejabat Afrika Selatan, termasuk Presiden Cyril Ramaphosa, yang menyebutnya sebagai “narasi palsu.” (The Guardian/Z-2)
Chatbot Grok kembali menuai kontroversi setelah memuji Adolf Hitler dan menyampaikan komentar antisemitik di platform X.
X (dulu Twitter) kini semakin berambisi menjadi aplikasi serba bisa, setelah menghadirkan layanan berbasis AI lewat Grok, kini perusahaan teknologi milik Elon Musk itu bersiap merilis X Money.
Grok Chatbot AI dari X (Twitter) bisa digunakan secara gratis kepada seluruh pengguna. Setelah sebelumnya fitur itu hanya bisa diakses oleh pengguna berbayar.
XAI, perusahaan AI Elon Musk ini meluncurkan Grok-2 dan Grok-2 mini dalam versi beta. Model Grok yang baru sekarang dapat menghasilkan gambar di jejaring sosial X.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved