Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
(Karya ini adalah 10 besar hasil pelatihan Reporter Cilik Media Indonesia bekerjasama dengan Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah yang berlangsung 10 - 11 Agustus 2022 dan diikuti 79 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.)
SOBAT Medi, siapa nih yang sehari-hari selalu bermain gawai sampai lupa waktu? Memang bermain gawai mengasyikkan, namun jika terlalu sering dapat mengakibatkan mengakibatkan kecanduan lho!
Hal itulah yang melatar belakangi Kak Achmad Irfandi atau yang biasa dipanggil Kak Fandi, penduduk asli Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur untuk mendirikan Kampung Lali Gadget (KLG).
Dalam bahasa Jawa, lali
berarti “lupa”. Nah, apakah di kampung ini orang jadi melupakan gawainya?
“Kampung Lali Gadget itu satu tempat bermain bagi anak anak untuk melupakan sejenak gawai-nya, supaya tidak kecanduan gawai, supaya tau permainan tradisional, dan supaya hatinya bahagia” jelas Kak Fandi dalam wawancara dengan Kak Fandi, Minggu (14/8).
Lebih lanjut ia menjelaskan jika pendirian kampung itu diawali rasa prihatin pada generasi masa kini yang terlalu kecanduan pada gawai. Akibatnya, banyak anak yang tidak kenal tentang permainan tradisional, budaya, serta masyarakat lokalnya.
Bersama teman-teman di suatu komunitas, Kak Fandi berinisiatif membuat kegiatan supaya anak anak tidak kecanduan gawai. Mereka terpikirkan untuk membuat ‘senjata’ yakni permainan tradisional yang mengimbangi permainan digital.
KLG memulai kegiatan pertamanya pada April 2018. Jenis kegiatan di kampung ini sangat beragam, mulai dari pelatihan, kajian dan diskusi, dan berbagai permainan tradisional, seperti dakon, gasing, egrang, klompen tali, wayang damen.
Kita juga bisa puas membaca di pojok baca atau seru-seruan bermain di sawah, menanam padi, hingga bermain di lumpur. Ohya, ada pula kegiatan belajar membuat udeng pacul gowang yang merupakan ikat kepala tradisional khas Sidoarjo.
Saya pun sempat belajar membuat udeng bersama Kak Fandi. Ternyata membuatnya juga lumayan susah loh.
Saya juga sempat berbincang dengan salah satu pengunjung bernama Risky Wahyu Ramadhan. Siswa SDN Pagerngumbuk-Wonoayu ini merasa senang bisa bermain mainan tradisional favoritnya yaitu gasing kayu dan egrang. Risky yang berusia 7 tahun ini datang bersama ibunda dan adiknya yang bernama Raisa. Sang adik yang berusia 4 tahun lebih suka berada di pojok baca bersama ibundanya.
Semua kegiatan tersebut dilakukan di Balai Among. Balai ini adalah sebuah pendopo atau rumah limas yang terbuka. Kak Fandi menjelaskan jika pemilihan nama Among karena dalam bahasa Jawa bermakna ngemong atau mengasuh, merawat, dan menjaga.
“Kenapa kok harus dijaga? Karena di kampung lali gadget ini banyak yang kita rawat, contohnya persaudaraan, anak anak, orang dewasa, remaja, pemuda dan lain lain. Alasan kenapa kita harus merawat persaudaraan adalah agar terbentuk rasa gotong royong yang kuat,” jelas alumnus S-2 Pendidikan dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Surabaya ini.
Untuk mendirikan KLG, Kak Fandi dan teman-temannya menggunakan dana swadaya. Wah kok bisa ya?
“Karena kegiatannya di desa, jadi sumber daya alamnya dari desa itu sendiri, misalnya untuk pembuatan mainan tradisional, adik-adik bisa dengan mudah menemukan bahan alamnya di sawah, jadi biaya oprasional nya tidak terlalu mahal, kisaran 1-5 juta saja perbulan,” tutur pria berusia 29 tahun ini.
Ketika ditanya soal kendala-kendala yang dihadapi saat dibentuknya KLG, bagi Kak Fandi justru yang menjadi hambatan adalah pola pikir masyarakat yang masih mendewakan gawai. Lalu kendala yang kedua adalah sumber daya manusia. Ini terjadi karena belum banyak orang yang mau bergabung dengan KLG. Alhasil, Kak Irfandi merasa kekurangan tenaga bantu.
Nah sobat Medi, jika ingin bergabung menjadi relawan di Kampung Lali Gadget, boleh banget looh! Kita bisa saling berbagi keterampilan yang kepada adik-adik yang sedang berkunjung atau bermain di sana.
Oh iya, rumah bermain di KLG buka setiap minggu. Kalau sobat Medi mau ikut berkonstribusi untuk kegiatan di Kampung Lali Gadget boleh aja kok, tapi ada syaratnya. Syaratnya adalah kalian harus meletakan gawai kalian terlebih dahuluu, baru deh bisa bermain bersama.
Benar-benar seru deh liputan kita kali ini di Kampung Lali Gadget, semoga kita berkesempatan berkunjung kembali. (M-1)
Suara Anak:
Tulisan ini terpilih sebagai peringkat 1 tingkat SMP dalam program Repcil Media Indonesia - Muhammadiyah
Karya tulis ini terpilih sebagai peringkat 10 besar tingkat SD Reporter Cilik Media Indonesia - Muhammadiyah 2023.
Karya tulis ini adalah Peringkat 1 tingkat SD program pelatihan Reporter Cilik (Repcil) Media Indonesia - Muhammadiyah 2023.
Karya ini adalah 20 besar hasil pelatihan Reporter Cilik Media Indonesia bekerjasama dengan Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah pada 10 - 11 Agustus 2022.
Karya ini adalah 20 besar hasil pelatihan Reporter Cilik Media Indonesia bekerjasama dengan Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah pada 10 - 11 Agustus 2022.
Karya ini adalah 20 besar hasil pelatihan Reporter Cilik Media Indonesia bekerjasama dengan Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah pada 10 - 11 Agustus 2022.
Puluhan siswa-siswi dari Perguruan Muhammadiyah berbagai tingkatan pendidikan akan mengunjungi Jepang mulai dari tanggal 1 hingga 8 Maret 2024.
Ketua Dikdasmen PP Muhammadiyah, Didik Suhardi, pula banyak sekolah yang sedang proses pendaftaran dan membutuhkan waktu untuk mengisi formulir.
Gerakan 'Literasi Hijau' ini tidak hanya diinisiasi oleh sekolah, tetapi melibatkan seluruh komunitas santri dan staf pendidik di SMP At-Tin UMP.
Olympicad merupakan ajang prestasi dan pengembangan potensi bagi siswa dan guru Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Ketua PWM Aceh Malik Musa menegaskan bahwa Muhammadiyah yang berkemajuan harus mampu menampilkan sekolah Muhammadiyah yang unggul dan diminati masyarrakat Aceh.
pada periode ini Muhammadiyah menggariskan visi utamanya sebagai Muhammadiyah unggul berkemajuan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved