Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Penelitian tentang asal usul manusia dan bagaimana perkembangan tingkah laku mereka selalu menarik untuk dipelajari. Belum lama ini, beberapa ilmuwan di Prancis menemukan bukti bahwa nenek moyang manusia tertua yang diketahui berjalan dengan dua kaki, ternyata juga masih bisa memanjat pohon seperti kera. Penemuan ini pun menuai polemik di kalangan ilmuwan.
Bukti baru itu didasari penelitian terhadap beberapa tulang yang telah berusia 7 juta tahun. Para peneliti menganalisa sisa-sisa fosil Sahelanthropus tchadensis, yang ditemukan 21 tahun lalu di Gurun Chad, Afrika tengah. Para peneliti kemudian memeriksa tulang paha dan dua tulang lengan bawah dari fosil yang ditemukan itu. Mereka menganalisis 23 fitur fosil yang mereka katakan mengarah ke bipedalisme dan menunjukkan hubungan yang lebih dekat dengan manusia daripada kera.
Pertanyaan apakah spesies itu berjalan tegak tetap tidak terjawab. Namun, kini tim peneliti dari Prancis itu cukup yakin bahwa Sahelanthropus memang bipedal (dapat berjalan dengan dua kaki dan memanjat pohon layaknya kera)
Selama ini Sahelanthropus tchadensis dikenal sebagai fosil kera yang hidup sekitar 7 juta tahun yang lalu. Belum jelas apakah spesies ini termasuk dalam tribe Hominini atau bukan.
Para ahli lain yang tidak terlibat dalam penelitian menyatakan keraguan tentang studi yang telah diterbitkan belum lama ini dalam jurnal Nature. Hal itu memicu perdebatan tentang gaya hidup Sahelanthropus. Mereka juga sangsi apakah itu termasuk dalam cabang evolusi manusia. Namun, para peneliti Prancis itu yakin dengan temuan mereka.
Fosil hominid yang lebih baru, termasuk kerangka Lucy (hominid tertua yang pernah ditemukan) berusia 3 juta tahun, menunjukkan bipedalisme adalah ciri yang menentukan dari garis keturunan manusia.
“Kami cukup percaya diri,” kata Franck Guy, juga salah satu penulis. “Apa yang kami tunjukkan adalah bahwa pola morfologi tulang paha lebih mirip dengan apa yang kita ketahui pada manusia sekarang, daripada pada kera.”
Prof Bernard Wood, dari George Washington University, yang merupakan rekan penulis studi sebelumnya yang menyimpulkan Sahelanthropus tidak terbiasa bipedal, mengatakan: “Fosil yang sangat penting ini layak mendapatkan perawatan yang lebih baik daripada yang diberikan makalah buruk ini. Studi ini mengambil bukti, mengabaikan studi terbaru yang menunjukkan kesimpulan berbeda dari yang penulis coba pertahankan, dan gagal untuk mengeksplorasi interpretasi fungsional lainnya yang setara, jika tidak lebih mungkin, dari fosil-fosil ini.
“Ketiga tulang itu lebih mirip simpanse daripada kera besar yang masih hidup, termasuk manusia modern. Itu tidak berarti Sahelanthropus adalah seekor simpanse. Tetapi kemungkinan gaya hidupnya terkait erat dengan simpanse. Itu bukan kera tegak yang hidup di tanah dari jenis yang mungkin merupakan nenek moyang kita yang paling awal,” tegasnya. (M-4)
Djarot mengatakan penulisan sejarah seharusnya berdasarkan fakta, bukan berdasarkan kepentingan politik. Maka dari itu, ia mengingatkan agar sejarah tidak dimanipulasi.
KETUA DPR RI Puan Maharani menanggapi rencana Kementerian Kebudayaan untuk menjalankan proyek penulisan ulang sejarah.
Anggota Komisi X DPR RI, Puti Guntur Soekarno, mengatakan proyek penulisan ulang sejarah tidak boleh dilakukan dengan terburu-buru.
PERUM Bulog telah menyerap 2.023.063 ton beras dari petani lokal. Serapan itu disebut merupakan angka tertinggi sepanjang Januari–Mei selama 58 tahun berdirinya Bulog.
Dalam buku sejarah Indonesia versi terbaru akan memuat sejumlah revisi, penambahan, dan pelurusan berdasarkan kajian akademik para ahli.
Berbagai langkah kreatif harus terus diupayakan dalam upaya menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang dimiliki bangsa ini kepada generasi penerus.
Peneliti berhasil mengidentifikasi rahang Penghu 1 dari dasar laut Taiwan sebagai milik Denisovan, spesies manusia purba yang misterius.
Penemuan baru di Gua Kruger, Afrika Selatan, mengungkapkan teknik berburu canggih yang digunakan oleh manusia purba sekitar 7.000 tahun yang lalu.
Indonesia merupakan rumah bagi koleksi fosil manusia purba terbesar di Asia Tenggara. Dari seluruh temuan Homo erectus di dunia, 60% ditemukan di Indonesia.
Penemuan fosil manusia berusia sekitar 86.000 tahun di Gua Tam Pà Ling, Laos, memberikan wawasan baru tentang keberadaan manusia purba di Asia Tenggara.
Sekitar 40.000 tahun yang lalu, Homo sapiens muncul dari Afrika menggantikan Neanderthal, yang telah hidup di Eurasia barat selama ratusan ribu tahun.
Sebagai bentuk penghargaan dan kesepakatan para peneliti, fosil kerangka itu dinamai Besse, julukan khas bagi anak perempuan Suku Bugis
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved