Headline
PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.
PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.
Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.
Penelitian tentang asal usul manusia dan bagaimana perkembangan tingkah laku mereka selalu menarik untuk dipelajari. Belum lama ini, beberapa ilmuwan di Prancis menemukan bukti bahwa nenek moyang manusia tertua yang diketahui berjalan dengan dua kaki, ternyata juga masih bisa memanjat pohon seperti kera. Penemuan ini pun menuai polemik di kalangan ilmuwan.
Bukti baru itu didasari penelitian terhadap beberapa tulang yang telah berusia 7 juta tahun. Para peneliti menganalisa sisa-sisa fosil Sahelanthropus tchadensis, yang ditemukan 21 tahun lalu di Gurun Chad, Afrika tengah. Para peneliti kemudian memeriksa tulang paha dan dua tulang lengan bawah dari fosil yang ditemukan itu. Mereka menganalisis 23 fitur fosil yang mereka katakan mengarah ke bipedalisme dan menunjukkan hubungan yang lebih dekat dengan manusia daripada kera.
Pertanyaan apakah spesies itu berjalan tegak tetap tidak terjawab. Namun, kini tim peneliti dari Prancis itu cukup yakin bahwa Sahelanthropus memang bipedal (dapat berjalan dengan dua kaki dan memanjat pohon layaknya kera)
Selama ini Sahelanthropus tchadensis dikenal sebagai fosil kera yang hidup sekitar 7 juta tahun yang lalu. Belum jelas apakah spesies ini termasuk dalam tribe Hominini atau bukan.
Para ahli lain yang tidak terlibat dalam penelitian menyatakan keraguan tentang studi yang telah diterbitkan belum lama ini dalam jurnal Nature. Hal itu memicu perdebatan tentang gaya hidup Sahelanthropus. Mereka juga sangsi apakah itu termasuk dalam cabang evolusi manusia. Namun, para peneliti Prancis itu yakin dengan temuan mereka.
Fosil hominid yang lebih baru, termasuk kerangka Lucy (hominid tertua yang pernah ditemukan) berusia 3 juta tahun, menunjukkan bipedalisme adalah ciri yang menentukan dari garis keturunan manusia.
“Kami cukup percaya diri,” kata Franck Guy, juga salah satu penulis. “Apa yang kami tunjukkan adalah bahwa pola morfologi tulang paha lebih mirip dengan apa yang kita ketahui pada manusia sekarang, daripada pada kera.”
Prof Bernard Wood, dari George Washington University, yang merupakan rekan penulis studi sebelumnya yang menyimpulkan Sahelanthropus tidak terbiasa bipedal, mengatakan: “Fosil yang sangat penting ini layak mendapatkan perawatan yang lebih baik daripada yang diberikan makalah buruk ini. Studi ini mengambil bukti, mengabaikan studi terbaru yang menunjukkan kesimpulan berbeda dari yang penulis coba pertahankan, dan gagal untuk mengeksplorasi interpretasi fungsional lainnya yang setara, jika tidak lebih mungkin, dari fosil-fosil ini.
“Ketiga tulang itu lebih mirip simpanse daripada kera besar yang masih hidup, termasuk manusia modern. Itu tidak berarti Sahelanthropus adalah seekor simpanse. Tetapi kemungkinan gaya hidupnya terkait erat dengan simpanse. Itu bukan kera tegak yang hidup di tanah dari jenis yang mungkin merupakan nenek moyang kita yang paling awal,” tegasnya. (M-4)
Gempa Rusia magnitudo 8.8 guncang Kamchatka! Ketahui fakta dan daftar 7 gempa terbesar di dunia, termasuk Valdivia dan Tohoku.
Daftar gempa bumi terbesar di dunia, magnitudo, lokasi, dan dampaknya. Pelajari fakta menarik tentang gempa bumi!
MENEMUKAN kembali identitas Indonesia, demikian ide penulisan sejarah yang diusung oleh Kementerian Kebudayaan dengan melibatkan 113 sejarawan dan arkeolog.
ANGGA Dwimas Sasongko bersama Visinema Pictures meneruskan ambisinya untuk menggarap film epik tentang Pangeran Diponegoro berjudul Perang Jawa.
PENGENALAN dan pemahaman atas sejarah dan objek bersejarah serta aturannya selayaknya diketahui masyarakat Depok, terutama para pelajar dan guru sejarahnya sebagai stakeholders.
PENELITI senior BRIN Lili Romli menyayangkan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon tentang tidak adanya bukti yang kuat terjadinya pemerkosaan massal pada Mei 1998.
Peneliti berhasil mengidentifikasi rahang Penghu 1 dari dasar laut Taiwan sebagai milik Denisovan, spesies manusia purba yang misterius.
Penemuan baru di Gua Kruger, Afrika Selatan, mengungkapkan teknik berburu canggih yang digunakan oleh manusia purba sekitar 7.000 tahun yang lalu.
Indonesia merupakan rumah bagi koleksi fosil manusia purba terbesar di Asia Tenggara. Dari seluruh temuan Homo erectus di dunia, 60% ditemukan di Indonesia.
Penemuan fosil manusia berusia sekitar 86.000 tahun di Gua Tam Pà Ling, Laos, memberikan wawasan baru tentang keberadaan manusia purba di Asia Tenggara.
Sekitar 40.000 tahun yang lalu, Homo sapiens muncul dari Afrika menggantikan Neanderthal, yang telah hidup di Eurasia barat selama ratusan ribu tahun.
Bonobo (Pan paniscus), primata yang merupakan salah satu ‘kerabat” dekat kita, juga bekerja sama dengan ‘orang luar’, dalam segala hal, mulai dari berdandan hingga berbagi makanan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved