Headline
Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.
Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.
Ruang angkasa dipenuhi dengan miliaran bintang, bahkan lebih besar daripada Matahari, yang bersinar terang. Akan tetapi, mengapa kondisi ruang angkasa masih terlihat gelap? Mengapa ruang angkasa tidak berwarna-warni, seperti langit siang hari yang biru di Bumi?
Jika ruang angkasa terang, apakah lubang hitam akan terlihat? Atau, jika langit kita putih dan terang, apakah kita masih bisa melihat bintang?
Hal ini sudah menjadi pertanyaan para astronom dan ilmuwan sejak 400 tahun yang lalu. Mereka terus mencari jawaban mengenai paradoks langit gelap beserta implikasinya.
Alam semesta dan kecepatan cahaya ternyata memiliki keterbatasan usia, sehingga tidak semua alam semesta yang memiliki cakrawala tersebut terdapat berbagai bintang. Hal ini karena bintang-bintang memiliki batas usia dan bisa mati, meski bisa dilahirkan kembali. Tak sepenuhnya bintang mampu menyinari alam semesta
Sebagain orang mungkin berpikir luar angkasa berwarna hitam terjadi akibat kurangnya cahaya di ruang antar planet dan antar galaksi ini, tetapi para ilmuan mengatakan itu bukanlah penyebabnya.
"Anda mungkin berpikir karena ada miliaran bintang di galaksi kita, miliaran galaksi di alam semesta dan benda-benda lain, seperti planet yang memantulkan cahaya, dan ketika kita melihat ke langit pada malam hari, langit akan menjadi sangat terang, tapi sebaliknya, itu malah benar-benar gelap," kata Tenley Hutchinson-Smith, seorang mahasiswa pascasarjana astronomi dan astrofisika di University of California, Santa Cruz (UCSC), seperti dilansir dari Live Science.
Hutchinson-Smith mengatakan kontradiksi ini dikenal dalam lingkaran fisika dan astronomi sebagai paradoks Olbers, fenomena ini berkaitan dengan teori ekspansi ruang-waktu yang menyebutkan bahwa alam semesta kita mengembang lebih cepat daripada kecepatan cahaya.
Cahaya dari galaksi mungkin meregang dan berubah menjadi gelombang inframerah, gelombang mikro, dan gelombang radio, yang tidak dapat dideteksi oleh mata manusia. Akibatnya tidak dapat terdeteksi, ruang angkasa tampak gelap atau hitam saat dilihat dengan mata telanjang.
Penjelasan lain datang dari Miranda Apfel, mahasiswa pascasarjana astronomi dan astrofisika di UCSC. Dia mengatakan bahwa bintang memancarkan cahaya dalam semua warna, bahkan warna yang tidak terlihat oleh mata manusia, seperti ultraviolet atau inframerah.
"Jika kita bisa melihat gelombang mikro, semua ruang akan bersinar," katamya.
Menurut Apfel, gelombang mikro kosmik masih mengisi seluruh ruang-ruang antar planet dan antar galaksi, seperti energi cahaya dari Big Bang yang dihamburkan oleh proton dan elektron yang ada pada awal alam semesta. Alasan lain ruang antar bintang dan antar planet tampak gelap adalah karena ruang itu hampir vakum sempurna.
Ingatlah bahwa dari permukaan Bumi, langit tampak berwarna biru karena molekul yang membentuk atmosfer, termasuk nitrogen dan oksigen, menyebarkan banyak komponen cahaya tampak dengan panjang gelombang biru dan ungu dari Matahari ke segala arah, termasuk ke mata kita.
Namun, dalam ketiadaan materi, cahaya bergerak dalam garis lurus dari sumbernya ke penerima, karena ruang angkasa memiliki kondisi hampa yang hampir sempurna, artinya ia memiliki partikel yang sangat sedikit atau hampir tidak ada apapun di ruang antara bintang dan planet yang menyebarkan cahaya ke mata kita, sehingga ia terlihat hitam.
Meski demikian, sebuah studi yang diterbitkan pada The Astrophysical Journal tahun 2021 menunjukkan bahwa luar angkasa mungkin tidak sehitam yang diperkirakan para ilmuwan.
Para peneliti dapat melihat ruang angkasa tanpa gangguan cahaya dari Bumi atau Matahari melalui misi New Horizons NASA ke Planet Pluto dan Sabuk Kuiper, .
Tim menyaring gambar yang diambil oleh pesawat antariksa dan mengurangi semua cahaya dari bintang yang ada di Bima Sakti, beberapa galaksi lain, dan secahaya apa pun yang mungkin bocor ke kamera. Hasilnya, luar angkasa masih lebih terang dua kali lipat dari apa yang diperkirakan para ilmuwan. (Livescience.com/M-2)
Ariksa adalah sebuah platform yang menyatukan semua pihak yang terlibat dalam dunia antariksa Indonesia, seperti perusahaan, pemerintah, universitas, dan masyarakat.
Saat mengamati hujan meteor Perseid, para pengamat di berbagai wilayah Amerika Serikat (AS) dikejutkan oleh penampakan spiral raksasa cahaya putih redup.
Ketika terjadi badai matahari, geomagnet, dan ionosfer dalam intensitas kecil, sedang, atau besar, salah satu dampaknya dapat menurunkan akurasi posisi GPS.
WAHANA antariksa Gaia milik Badan Antariksa Eropa, yang selama ini telah bertugas memetakan galaksi Bima Sakti, kini telah menyelesaikan fase pengamatan bintangnya.
Pendirian Asosiasi Antariksa Indonesia dilandasi visi besar untuk mendukung kemajuan industri antariksa nasional sehingga Indonesia menjadi salah satu pemain utama di dunia.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan misi wahana pendarat bulan, Blue Ghost, berhasil diluncurkan dari Launch Complex 39A di Kennedy Space Center, Florida, 15 Januari 2025 lalu.
Para ilmuwan telah mengamati aktivitas manusia di tata surya untuk menentukan lokasi terbaik untuk mencari sinyal dari kehidupan alien.
Supernova ini diberi nama SN2021yfj, pertama kali terdeteksi pada September 2021 oleh teleskop Zwicky Transient Facility (ZTF).
Baru-baru ini, Teleskop Luar Angkasa Hubble berhasil menangkap gambar sebuah bintang yang meledak menjadi supernova, baik sebelum maupun sesudah.
Pengamatan terbaru terhadap dua galaksi spiral yang tengah bertabrakan, memberikan gambaran mengenai apa yang mungkin dialami Bima Sakti dan Andromeda.
Hasil penelitian terbaru kami memberikan bukti terkuat sejauh ini bahwa setidaknya beberapa komet tipe Halley membawa air dengan tanda isotop yang sama seperti yang ditemukan di Bumi.
Lihat potret haji dari luar angkasa dan pesan inspiratif astronaut. Temukan keajaiban ibadah haji dari perspektif unik!
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved