Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
Ruang angkasa dipenuhi dengan miliaran bintang, bahkan lebih besar daripada Matahari, yang bersinar terang. Akan tetapi, mengapa kondisi ruang angkasa masih terlihat gelap? Mengapa ruang angkasa tidak berwarna-warni, seperti langit siang hari yang biru di Bumi?
Jika ruang angkasa terang, apakah lubang hitam akan terlihat? Atau, jika langit kita putih dan terang, apakah kita masih bisa melihat bintang?
Hal ini sudah menjadi pertanyaan para astronom dan ilmuwan sejak 400 tahun yang lalu. Mereka terus mencari jawaban mengenai paradoks langit gelap beserta implikasinya.
Alam semesta dan kecepatan cahaya ternyata memiliki keterbatasan usia, sehingga tidak semua alam semesta yang memiliki cakrawala tersebut terdapat berbagai bintang. Hal ini karena bintang-bintang memiliki batas usia dan bisa mati, meski bisa dilahirkan kembali. Tak sepenuhnya bintang mampu menyinari alam semesta
Sebagain orang mungkin berpikir luar angkasa berwarna hitam terjadi akibat kurangnya cahaya di ruang antar planet dan antar galaksi ini, tetapi para ilmuan mengatakan itu bukanlah penyebabnya.
"Anda mungkin berpikir karena ada miliaran bintang di galaksi kita, miliaran galaksi di alam semesta dan benda-benda lain, seperti planet yang memantulkan cahaya, dan ketika kita melihat ke langit pada malam hari, langit akan menjadi sangat terang, tapi sebaliknya, itu malah benar-benar gelap," kata Tenley Hutchinson-Smith, seorang mahasiswa pascasarjana astronomi dan astrofisika di University of California, Santa Cruz (UCSC), seperti dilansir dari Live Science.
Hutchinson-Smith mengatakan kontradiksi ini dikenal dalam lingkaran fisika dan astronomi sebagai paradoks Olbers, fenomena ini berkaitan dengan teori ekspansi ruang-waktu yang menyebutkan bahwa alam semesta kita mengembang lebih cepat daripada kecepatan cahaya.
Cahaya dari galaksi mungkin meregang dan berubah menjadi gelombang inframerah, gelombang mikro, dan gelombang radio, yang tidak dapat dideteksi oleh mata manusia. Akibatnya tidak dapat terdeteksi, ruang angkasa tampak gelap atau hitam saat dilihat dengan mata telanjang.
Penjelasan lain datang dari Miranda Apfel, mahasiswa pascasarjana astronomi dan astrofisika di UCSC. Dia mengatakan bahwa bintang memancarkan cahaya dalam semua warna, bahkan warna yang tidak terlihat oleh mata manusia, seperti ultraviolet atau inframerah.
"Jika kita bisa melihat gelombang mikro, semua ruang akan bersinar," katamya.
Menurut Apfel, gelombang mikro kosmik masih mengisi seluruh ruang-ruang antar planet dan antar galaksi, seperti energi cahaya dari Big Bang yang dihamburkan oleh proton dan elektron yang ada pada awal alam semesta. Alasan lain ruang antar bintang dan antar planet tampak gelap adalah karena ruang itu hampir vakum sempurna.
Ingatlah bahwa dari permukaan Bumi, langit tampak berwarna biru karena molekul yang membentuk atmosfer, termasuk nitrogen dan oksigen, menyebarkan banyak komponen cahaya tampak dengan panjang gelombang biru dan ungu dari Matahari ke segala arah, termasuk ke mata kita.
Namun, dalam ketiadaan materi, cahaya bergerak dalam garis lurus dari sumbernya ke penerima, karena ruang angkasa memiliki kondisi hampa yang hampir sempurna, artinya ia memiliki partikel yang sangat sedikit atau hampir tidak ada apapun di ruang antara bintang dan planet yang menyebarkan cahaya ke mata kita, sehingga ia terlihat hitam.
Meski demikian, sebuah studi yang diterbitkan pada The Astrophysical Journal tahun 2021 menunjukkan bahwa luar angkasa mungkin tidak sehitam yang diperkirakan para ilmuwan.
Para peneliti dapat melihat ruang angkasa tanpa gangguan cahaya dari Bumi atau Matahari melalui misi New Horizons NASA ke Planet Pluto dan Sabuk Kuiper, .
Tim menyaring gambar yang diambil oleh pesawat antariksa dan mengurangi semua cahaya dari bintang yang ada di Bima Sakti, beberapa galaksi lain, dan secahaya apa pun yang mungkin bocor ke kamera. Hasilnya, luar angkasa masih lebih terang dua kali lipat dari apa yang diperkirakan para ilmuwan. (Livescience.com/M-2)
WAHANA antariksa Gaia milik Badan Antariksa Eropa, yang selama ini telah bertugas memetakan galaksi Bima Sakti, kini telah menyelesaikan fase pengamatan bintangnya.
Pendirian Asosiasi Antariksa Indonesia dilandasi visi besar untuk mendukung kemajuan industri antariksa nasional sehingga Indonesia menjadi salah satu pemain utama di dunia.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan misi wahana pendarat bulan, Blue Ghost, berhasil diluncurkan dari Launch Complex 39A di Kennedy Space Center, Florida, 15 Januari 2025 lalu.
Jules Verne, penulis asal Prancis, menjadi pelopor dalam memprediksi perkembangan teknologi masa depan.
Tahun 2025 diprediksi akan menjadi tahun penuh dengan misi antariksa ambisius dari berbagai negara yang akan membuka babak baru dalam pengetahuan dan inovasi.
Dua teleskop radio baru dari Tiongkok dengan antena besar berdiameter 40 meter resmi beroperasi pada, Jumat (27/12).
Sinyal radio tak biasa yang muncul dari bawah es Antartika tengah membingungkan para ilmuwan fisika partikel. Temuan ini berasal dari pengamatan Antarctic Impulsive Transient Antenna (ANITA)
Mengapa luar angkasa tampak gelap meskipun Matahari bersinar terang dan miliaran bintang menghuni jagat raya? Pertanyaan ini menjadi topik menarik yang sering dicari di Google.
Luar angkasa masih terlihat gelap, padahal ada miliaran bintang yang bersinar. Simak penjelasan ilmiahnya berikut.
LUAR angkasa menjadi salah satu simbol imajinasi yang tanpa batas sekaligus mengajak kita untuk bermimpi lebih tinggi.
Katy Perry mengungkapkan penerbangannya ke luar angkasa bersama Blue Origin pada 14 April 2025 telah menjadi pengalaman yang sangat emosional dan transformatif.
Setelah kembali dari misi luar angkasa bersejarah bersama kru perempuan pertama Blue Origin, Gayle King dan Lauren Sánchez buka suara menanggapi kritik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved