Para ilmuwan dari RIKEN Cluster for Pioneering Research (CPR) telah menggunakan pendekatan teknologi komputer untuk menunjukkan supernova model "D6" yang dihipotesiskan akan berevolusi dalam skala ribuan tahun.
Supernova memiliki peran penting bagi kosmologi, salah satunya adalah tipe “Ia” (One a) yang digunakan sebagai standard candles (jarak suatu objek akan dikira-kira berdasarkan patokan jarak menurut luminositasnya) sehingga dapat memungkinkan pengukuran jarak. Faktanya, supernova digunakan untuk mengukur ekspansi alam semesta yang bergerak semakin cepat.
Secara umum supernova tipe “Ia” diyakini dihasilkan oleh ledakan bintang ganda yang dikenal sebagai katai putih. Bintang telah membakar kandungan hidrogen sehingga menyusut dan menjadi benda padat, proses ini yang memicu ledakan tersebut tidak dipahami dengan baik sehingga menjadi sebuah misteri.
Baru-baru ini, penemuan katai putih yang bergerak sangat cepat telah memberikan kredibilitas tambahan pada satu mekanisme untuk mengetahui asal-usul supernova model D6. Salah satu dari dua katai putih dalam sistem biner mengalami ledakan ganda yang menyebabkan lapisan permukaan helium meledak untuk pertama kali sehingga memicu ledakan yang lebih besar di inti karbon-oksigen bintang. Hal ini mengarah pada ledakan bintang yang bebas dari gaya tarik gravitasi dan terlempar keluar dengan kecepatan sangat tinggi.
Namun, sedikit yang diketahui tentang akibat awal yang ditimbulkan dari ledakan. Para peneliti menyelidiki hal ini untuk mensimulasikan evolusi jangka panjang dari sisa-sisa supernova yang berlangsung ribuan tahun setelah ledakan.
Para ilmuwan ternyata mampu mendeteksi beberapa fitur dalam sistem di masa lampau yang spesifik untuk melihat situasi saat ini dan menyediakan sarana untuk mengeksplorasi fisika supernova, seperti bayangan yang dikelilingi oleh cincin terang.
Para ilmuwan juga menemukan bahwa sisa ledakan tipe “Ia” tidak selalu simetris dan berlawanan dengan penelitian saat ini.
“Ledakan supernova D6 memiliki bentuk yang spesifik. Kami tidak yakin bahwa itu akan terlihat di sisa-sisa akhir setelah peristiwa awal, tetapi sebenarnya kami menemukan bahwa ada bukti khusus yang masih dapat kami lihat setelah ledakan ribuan tahun,” kata Gilles Ferrand, penulis dan peneliti Supernova, seperti dilansir dari Scitechdaily, Selasa (17/5).
“Ke depan, kami berencana mempelajari cara menghitung emisi sinar-X yang lebih tepat, dengan mempertimbangkan komposisi dan keadaan plasma yang disetrum, untuk membuat perbandingan langsung dengan objk pengamatan. Kami berharap makalah kami akan memberikan ide-ide baru kepada para pengamat, tentang apa yang harus dicari dalam sisa-sisa supernova,” lanjutnya.
Ketua dari Astrophysical Big Bang Laboratory di RIKEN, Shigehiro Nagataki mengatakan penemuan ini sangat penting karena dapat berdampak pada penggunaan supernova tipe “Ia” sebagai tolok ukur kosmik, yang diyakini berasal dari suatu fenomena yang perlu dievalusasi ulang agar bisa digunakan.
Penelitian yang dilakukan bersama dengan kelompok internasional termasuk peneliti dari Universitas Manitoba ini diterbitkan dalam The Astrophysical Journal pada 6 Mei 2022. (M-4)