Marissa Anita Berharap Semakin Banyak Penulis dan Sutradara Perempuan

Fathurrozak
24/3/2022 07:12
Marissa Anita Berharap Semakin Banyak Penulis dan Sutradara Perempuan
Aktris Marissa Anita(ANTARA/Aditya Pradana Putra )

Marissa Anita memulai karier aktingnya dari teater di kampus. Ketika itu, ia harus menampilkan lakon panggung yang menjadi salah satu tugas jurusannya di pendidikan bahasa Inggris. Sejak saat itulah dia pun mulai jatuh cinta pada seni peran. Film panjang pertamanya adalah Selamat Pagi, Malam (2014) garapan sutradara Lucky Kuswandi. Setelah itu, ia kemudian berperan di beberapa judul film, seperti Istirahatlah Kata-Kata, Perempuan Tanah Jahanam, Ali & Ratu-Ratu Queens, dan Yuni.

Dalam setiap pengambilan peran, Marissa mengaku selalu melihat dimensi karakter yang diperankannya. Salah satu yang bakal mutlak ditolaknya adalah ketika ia cuma ditawari karakter perempuan  satu dimensi, penurut, dan lemah.

“Kalau yang merendahkan perempuan, saya tidak mau. Dan tidak tertarik bergabung di proyek itu. Saya cukup beruntung, dari kesempatan yang datang ke saya, ditawari peran perempuan yang karakternya unik. Penting bagi saya harus memanikan bukan saja satu sisi perempuan yang lemah dan penurut tapi lebih dari itu,” kata Marissa dalam diskusi panel virtual Netflix Women Who Rule The Screen: Southeast Asia, Rabu, (23/3).

Ketika suatu proyek film datang, peraih piala citra pemeran pendukung FFI 2021 itu akan bertanya siapa sutradara dan penulis. Jika memungkinkan dia harus bertemu dengan si sutradara. Ia juga harus membaca skenarionya sebelum ikut casting.

Menurut Marissa karakter perempuan yang dimainkan tidak harus melulu protagonis. “Saya cenderung menyukai karakter perempuan yang kompleks. Tidak berarti harus selalu karakter baik. Dan saya ingin melihat lebih banyak lagi yang seperti ini di film Indonesia.”

Saat ini Marissa sedang mempelajari penulisan skenario. Ia tengah mengikuti lokakarya terbatas dengan sutradara Joko Anwar. Marissa pun berharap akan semakin banyak perempuan penulis dan sutradara di Indonesia. Sebab, menurutnya, perspektif perempuan penting dan perlu untuk disampaikan dalam medium film.

“Saya berharap jumlah perempuan penulis dan sutradara di Indonesia bisa semakin bertambah. Terakhir saya terlibat di filmnya Kamila Andini yang ditulisnya bersama Prima Rusdi. Berkisah tentang Yuni yang hidup di masyarakat yang masih sangat menjunjung tinggi patriarki. Ini relevan bagi perempuan di Indonesia. Dalam hal ini, perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki sudut pandangnya. Oleh karena itu, saya berharap nantinya lebih banyak perempuan berkecimpung di industri film Indonesia. Agar perempuan juga merasa mereka tidak terbatas gender.” (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya