Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Badai Geomagnetik Menyerang Bumi, Apa Dampaknya?

Devi Harahap
18/3/2022 13:51
Badai Geomagnetik Menyerang Bumi, Apa Dampaknya?
Foto yang diambil NASA, 1 Juli ini memperlihatkan panjang gelombang ultraviolet ekstrem yang menunjukkan lapisan atmosfer terluar Matahari(Handout / NASA/GSFC / AFP )

Badan cuaca pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Inggris mengumumkan adanya serangkaian badai geomagnetik ringan atau badai matahari yang menghantam bumi pada 14-15 Maret 2022 lalu.

Badai geomagnetik tidak menyebabkan kerusakan di Bumi, kecuali kemungkinan mengacaukan transmisi radio dan mempengaruhi stabilitas jaringan listrik di lintang tinggi. Tetapi, badai juga berdampak pada aurora borealis, yaitu fenomena alam yang menghasilkan pancaran cahaya di langit dapat terlihat di lintang yang lebih rendah dari biasanya. Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) mengatakan kemungkinan itu berada pada sejauh bagian selatan New York dan Idaho.

Dilansir dari Live Science, NOAA mengategorikan badai yang datang ke dalam kategori G2 pada 14 Maret  dan G1 pada 15 Maret, berdasarkan tingkatan skala badai Matahari dengan yang tertinggi adalah G5 yang paling ekstrem. Menurut NOAA, bumi mengalami lebih dari 2.000 badai matahari kategori G1 dan G2 setiap dekade. Dan saat ini, badai matahari yang menimpa bumi pada 13 Maret masih termasuk dalam kategori tidak berbahaya tanpa menimbulkan banyak masalah.

Peristiwa badai matahari pada 14-15 Maret lalu berasal dari ledakan partikel bermuatan yang meninggalkan atmosfer terluar matahari atau korona. Ledakan ini yang dikenal sebagai lontaran massa korona (CME) yang terjadi saat garis-garis medan magnet di atmosfer matahari mengalami kusut dan patah,  lalu mengeluarkan semburan plasma dan medan magnet ke luar angkasa.

Gumpalan besar partikel berlayar melintasi tata surya dengan angin matahari dan terkadang melewati bumi sehingga dalam prosesnya akan menekan perisai magnet bumi sehingga kompresi bisa memicu badai geomagnetik.

NOAA memperingatkan sebagian besar badai bersifat ringan hanya merusak teknologi di luar angkasa atau pada garis lintang yang sangat tinggi. Namun CME yang lebih besar dapat memicu badai yang jauh lebih ekstrem, seperti Peristiwa Carrington 1859 yang menyebabkan arus listrik begitu kuat sehingga peralatan telegraf meledak menjadi api.

Beberapa ilmuwan telah memperingatkan badai matahari lain dengan ukuran yang sama dapat menjerumuskan bumi ke dalam “kiamat internet”, peristiwa ini yang membuat negara-negara tidak tersambung ke internet selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.

Badai matahari juga berdampak pada aurora. Ketika CME menghantam atmosfer bumi, plasma surya mengionisasi molekul oksigen dan nitrogen yang akan mengakibatkannya bersinar. CME yang kuat dapat mendorong aurora ke garis lintang yang jauh lebih selatan dibandingkan biasanya. itu terjadi selama Peristiwa Carrington, cahaya utara terlihat di Hawaii, menurut Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA).

NOAA menyebut sejak pertengahan Januari lalu, matahari telah memuntahkan CME. Seperti yang diharapkan saat menuju bagian dari siklus aktivitas 11 tahun , titik saat badai matahari dan CME paling aktif terjadi saat Solar Maximum atau Maksimum Matahari yang dikenal sebagai periode reguler aktivitas matahari terbesar. Maksimum Matahari berikutnya akan terjadi sekitar Juli 2025 dengan aktivitas cenderung meningkat sepanjang waktu.(M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik