Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
Bahan kimia yang digunakan dalam plastik yang disebut ftalat dilaporkan telah terdeteksi dalam makanan cepat saji. Flatat sering disebut plasticizer, digunakan untuk meningkatkan kekuatas dan elastisitas plastik, menurut Center for Disease Control (CDC) Amerika Serikat.
Flatat ada dalam ratusan produk seperti lantai vinyl, minyak pelumas dan produk perawatan pribadi. Yang ada di plastik polivinil klorida digunakan untuk membuat produk seperti kemasan plastik, selang taman, dan tabung medis.
Paparan ftalat terjadi saat makan atau minum makanan yang telah bersentuhan dengan produk yang mengandung ftalat, meskipun beberapa paparan dapat terjadi karena menghirup partikel itu. Bahan kimia tersebut ditemukan dalam produk yang secara rutin digunakan saat mengolah makanan diantaranya sarung tangan, pembungkus, pengemasan, dan lainnya.
Paparan rutin bahan kimia dapat berdampak serius terhadap kesehatan termasuk paparan flatat. Bahan kimia jenis ini dapat mengganggu sistem endokrin yaitu jaringan kelenjar penghasil hormon yang memiliki peran komunikasi antar sel. Bahkan dapat memicu kematian dini.
Penelitian yang diterbitkan di Journal of Exposure Science & Environmental Epidemiology ini memeriksa sebanyak 64 sampel hamburger, kentang goreng, nugget ayam, burrito ayam, dan pizza keju, serta sarung tangan penanganan makanan, dari restoran-restoran.
Melansir dari foxnews.com, Jumat (29/10), tim yang dipimpin oleh George Washington University ini memilih restoran yang berlokasi di San Antonio, Texas. Demi memperkuat hasil studi, tim telah mengambil sampel selama dua fase yaitu dari 2017 hingga 2018.
Pada penelitian dari 2016, tim tersebut mengatakan telah menemukan bahwa makanan yang dikategorikan sebagai daging atau biji-bijian dikaitkan dengan paparan yang lebih tinggi terhadap di(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP) dan plasticizer dioctyl terephthalate (DEHT).
Pada tahun selanjutnya yaitu 2017, penulis mengambil sampel item dari restoran, dengan dua lokasi terpisah per rantai dan pilihan makanan yang lebih kecil dijadikan sampel pada fase kedua.
Lantaran konsentrasi bahan kimia "relatif rendah" diamati pada pizza dan nugget ayam pada fase pertama, barang-barang tersebut tidak diambil sampelnya kembali pada 2018 selama fase kedua.
Pada bulan September tahun 2017, tim mengambil sampel hamburger, kentang goreng, dan burrito ayam dari tiga rantai yang sama, dengan tambahan lokasi ketiga untuk dua rantai.
Makanan dibeli pada hari yang sama dan semua barang telah dipesan dan dikemas secara terpisah untuk menghindari kontaminasi silang. Mereka diangkut kembali ke lab dalam pendingin dalam kemasan yang sama.
Hasil studi menunjukkan jika DEHT ditemukan pada konsentrasi tertinggi baik dalam makanan dan sarung tangan, orto-ftalat yang disebut DnBP terdeteksi pada 81% sampel makanan dan DEHP terdeteksi pada 70%.
DEHT tidak terdeteksi pada kentang goreng dan konsentrasi bahan kimia secara signifikan lebih tinggi pada burrito daripada hamburger. Sementara itu, pizza keju memiliki kadar bahan kimia paling rendah.
"Seleksi makanan cepat saji populer yang dijadikan sampel dalam penelitian ini mengandung tingkat yang dapat dideteksi dari plasticizer pengganti dan mengenai ortho-phthalates. Selain itu, sarung tangan penanganan makanan mengandung plasticizer pengganti, yang mungkin menjadi sumber kontaminasi makanan. Hasil ini, jika dikonfirmasi, dapat menginformasikan strategi pengurangan paparan individu dan peraturan," tulis para peneliti. (OL-12)
Momentum ibadah kurban menjadi kesempatan untuk menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan.
PERINGATAN Hari Raya Idul Adha 1446 H/2025 di Temanggung, Jawa Tengah, tahun ini dipastikan bebas sampah plastik
Sampah plastik bukan sekadar masalah lingkungan. Ini adalah masalah sistemik yang butuh solusi lintas sektor.
JURU Kampanye Isu Plastik dan Perkotaan Greenpeace Indonesia Ibar Akbar mengatakan upaya dalam mengurangi sampah plastik oleh Kementerian Lingkungan Hidup (Kemen LH) perlu didukung
Moorlife juga terus memperkuat posisinya lewat inovasi dengan memanfaatkan peluang di pasar dengan meluncurkan produk terbarunya yaitu Moorlife NexG.
Plastik mengandung beberapa zat-zat kimia berbahaya, seperti Bispehenol-A (BPA) dan PVC (Polyvinyl chloride). Zat ini tidak larut, sukar terurai, dan dapat berpindah saat terkena panas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved