Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Belum Potensial

Meirisa Isnaeni Staf Bahasa Media Indonesia
20/6/2021 06:30
Belum Potensial
Meirisa Isnaeni Staf Bahasa Media Indonesia(Dok. Pribadi)

PILIHAN diksi memang menjadi syarat kemenarikan tulisan. Selain menunjukkan jalan pikiran, diksi juga menyodorkan informasi kekinian. Akan tetapi, diksi akan menjadi racun tulisan bila tidak mewakili ide yang di sematkan. Sebagai bukti lihatlah penggunaan istilah ‘belum potensial’ ini.

Seperti kita ketahui, setiap menjelang gelaran pemilihan kepala daerah (pilkada) atau pemilihan umum (pemilu) presiden, sering kita dengar banyak berita yang bilang bahwa ‘belum ada calon kepala daerah atau calon presiden yang potensial’. Misalnya, pada judul berita (Kompas.com, Kamis, 23 Juni 2016), atau pada isi berita ‘Nama Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar belum masuk sepuluh besar calon potensial’ ‘Survei: Elektabilitas Ahok Tinggi, tak Ada Calon yang Potensial’ (Koran Tempo, Kamis, 27 Mei 2021).

Umumnya, kebanyakan orang selalu bilang ‘belum berpotensi/ potensial’. Istilah ini sering disematkan terhadap orang yang dianggap belum unggul (belum memiliki keunggulan dan kemampuan). Padahal, sekadar potensi semua orang punya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), potensi itu sendiri memiliki arti kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. Potensial berarti mempunyai potensi (kekuatan, kemampuan, kesanggupan); daya berkemampuan.

Dengan kata lain, secara makna potensial itu artinya berkemungkinan. Jadi, pada dasarnya setiap orang atau individu berkemungkinan memiliki potensi, bakat, kemampuan, kekuatan, kesanggupan, dan daya yang dapat dikembangkan. Umumnya, cara atau pola berpikir seseorang, pengalaman, minat, dan lingkungan merupakan faktor yang mendorong potensi pada orang tersebut. Jadi, tingkat dan besarnya potensi setiap orang dapat diukur dengan faktor-faktor itu.

Dapat dikatakan semua orang berarti berpotensi, tinggal bagaimana membangun citra, mengasah kemampuan, mengasah keterampilan, mengembangkan bakat, ide, atau gagasan. Yang membedakan ialah minat setiap orang, apakah ingin mengembangkan potensi tersebut atau tidak. Orang yang ingin maju tentu bakat dan kemampuannya selalu diasah dan dikembangkan.

Jadi, adalah hal yang keliru kalau kita bilang ‘belum berpotensi atau belum potensial’ karena potensi itu dimiliki semua orang. Istilah tersebut dapat kita ganti dengan yang lebih tepat, seperti menyebutkan besaran potensinya saja (berpotensi cukup besar, sedang, atau kurang). Misalnya, ‘Belum ada satu pun bakal calon presiden 2024 yang berpotensi cukup besar, unggul, sangat kuat, dan di atas rata-rata’.

Rasanya istilah potensi atau potensial ini tidak cocok digunakan untuk merujuk kepada seseorang. Istilah ini lebih tepat digunakan untuk menggambarkan keadaan geografi s, kondisi alam, ekonomi, dunia perpolitikan, dan lainnya. Seperti pada judul berita ‘Potensi Thoirium Babel belum Dikelola Optimal, padahal Lebih Ramah Lingkungan’ (Kompas.com, Jumat, 18 Juni 2021), ‘Maritim Indonesia Sangat Potensial, tapi belum Terorganisasi dengan Baik’ (Berita Satu, Selasa, 26 Agustus 2014), dan ‘BMKG Sebut Potensi Tsunami di Madura belum Tentu dalam Waktu Dekat, ini Penyebabnya’ (Kompas TV, Senin, 12 April 2021).

Hendaknya kita cermat dalam pemilihan diksi. Dengan diksi, pesan yang disampaikan akan mudah dipahami dan tidak akan terjadi kesalahpahaman. Bagaimana bila diksi tidak digunakan secara tepat? Tentulah kebingungan yang didapat.
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya