Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Logika Alam, Logika Bahasa

Meirisa Isnaeni Staf Bahasa Media Indonesia
09/5/2021 05:05
Logika Alam, Logika Bahasa
Meirisa Isnaeni Staf Bahasa Media Indonesia(Dok. Pribadi)

BAHASA menjadi media lagu atau juga mantra yang menyenangkan. Akan tetapi, adakah logika di antara bahasa itu?

Peranan logika dalam penggunaan bahasa sangatlah penting. Logika berbahasa berhubungan erat dengan kebenaran kalimat. Suatu kalimat dikatakan benar jika kalimat itu benar-benar melambangkan suatu peristiwa tertentu. Sebuah kalimat tentu mengandung makna. Kalimat yang logis merupakan kalimat yang maknanya sesuai dengan kaidahkaidah penalaran.

Bahasa yang digunakan seharihari kadang kala tidak logis atau mengandung ketidaknalaran. Sebagai contoh, kita sering bilang: bintang kecil di langit yang biru. Padahal, bintang hanya ada pada malam hari, dan tentu saja langit pada malam hari gelap atau tidak berwarna biru. Ada juga istilah yang sering kita dengar, seperti matahari tenggelam atau terbit.

Secara logika, pada kenyataannya yang terjadi matahari hanya diam di tempat. Tidak tenggelam dan tidak terbit. Hanya saja bumi yang berputar mengelilingi matahari. Jadi seolah-olah matahari terlihat tenggelam dan terbit. Lalu, banyak orang yang mengira bahwa bulan berwarna jingga.

Menurut Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA), bulan memiliki warna asli abu-abu. Warna abu-abu ini berasal dari permukaan bulan yang sebagian besar mengandung oksigen, silikon, magnesium, besi, kalsium, dan aluminium. Saat bulan berada rendah di atas langit, kita melihat cahaya bulan itu menembus sebagian besar atmosfer. Cahaya di ujung spektrum biru tidak tersebar, sedangkan cahaya merah tidak tersebar. Inilah alasan mengapa bulan terlihat lebih merah.

Semakin tinggi di langit, bulan akan semakin tertutup atmosfer. Hal ini menyebabkan warna bulan berubah menjadi lebih kuning atau jingga.

Kemudian, ada juga lirik lagu seperti pelangi-pelangi alangkah indahmu. Merah, kuning, hijau, di langit yang biru. Dari lirik lagu tersebut, seakan pelangi hanya terdiri dari tiga warna: merah, kuning, dan hijau.

Padahal, pelangi terdiri dari tujuh warna, yakni merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Lalu, ke manakah warna yang lainnya seperti jingga, biru, nila, dan ungu? Hehehe.

Menurut Wikipedia, pelangi adalah fenomena meteorologi yang disebabkan oleh refl eksi, refraksi, dan difraksi cahaya dalam tetesan air yang menghasilkan spektrum cahaya yang muncul di langit. Pelangi akan muncul setelah awan-awan mendung menghilang dan sinar matahari dapat kembali menerpa bumi.

Pada kondisi tersebut, cahaya matahari akan melewati tetesan air hujan yang masih tersisa, memantulkan cahaya yang terbentuk saat memasuki air, dan mengambang di udara hingga terlihat warna-warni pelangi.

Bahasa ternyata tidak selalu tunduk kepada kebenaran fakta dan kebenaran penalaran secara logika. Masih banyak kalimat yang tidak dapat diterima akal sehat atau tidak logis. Dalam hal ini, logika atau nalar berperan penting dalam bahasa.

Oleh karena itu, muncul istilah logika berbahasa. Logika atau nalar berbahasa berhubungan dengan pelogikaan atau penalaran seseorang terhadap bahasa yang diungkapkannya. Selain itu, berhubungan pula dengan pemahaman terhadap bahasa itu sendiri yang diterima dari orang lain.

Dalam mengkaji bahasa, peran logika tidak dapat diabaikan karena jika logika tidak turut campur dalam linguistik akan banyak penalaran yang keliru.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya