Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Sabar

Adiyanto Wartawan Media Indonesia
11/4/2021 05:00
Sabar
Adiyanto Wartawan Media Indonesia(MI/Ebet)

BEBERAPA hari lalu, saya ditegur seorang kawan lantaran terlihat tidak memakai masker saat berfoto. Lewat pesan Whatsapp, dia mengatakan seharusnya saya tetap mematuhi protokol kesehatan di mana pun (kecuali waktu tidur dan di rumah tentu saja). Kawan saya ini bukan dokter, tetapi apa yang ia sampaikan ada benarnya, apalagi di momen itu saya sedang bersama beberapa kawan yang juga tidak mengenakan masker. Saya tidak tersinggung sama sekali dengan teguran itu. Kepadanya saya berterima kasih dan berjanji untuk tidak lagi mengulangi kesalahan.

Apa yang dilakukan kawan saya tadi ialah hal kecil, tapi amat besar maknanya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) maupun para pakar kesehatan pun menyarankan demikian. Kita, sebagai masyarakat, mesti memercayai science. Itu satu-satunya pilihan jika ingin terhindar dari penularan covid-19. Pentingnya menjaga protokol kesehatan yang disarankan para pakar kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan seringnya mencuci tangan, suka atau tidak suka, mesti menjadi laku kita sehari-hari di tengah wabah ini.

Sebagai makhluk sosial, manusia memang butuh sosialisasi dan bertemu orang. Kita tidak mungkin terus-menerus mengurung diri di rumah. Apalagi sebagian dari kita juga masih ada yang harus bekerja di kantor atau beraktivitas lainnya di luar rumah. Sebisa mungkin memang stay at home, tapi kalaupun terpaksa harus bepergian hal yang bisa dilakukan tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Memang pengap memakai masker terus menerus, tapi mau tidak mau itu harus jadi bagian laku dan gaya hidup kita sehari-hari.

Di beberapa negara, salah satunya India, kasus covid-19 kembali melonjak lantaran warga dan pemerintahnya lengah dengan membiarkan mereka beraktivitas seperti biasa setelah menjalankan program vaksinasi dan angka penularan melandai. Ini harus jadi pelajaran bagi kita semua. Memang butuh pengorbanan dan kesabaran ekstra dalam memutus rantai penyebaran virus ini.

Ramadan yang beberapa hari lagi dijalani umat muslim, tentunya harus menjadi momen untuk semakin menempa lagi kesabaran itu. Bukankah dalam berbagai kitab, puasa disebut sebagai laku menahan diri?

Sebisa mungkin hindari bukber (buka bersama) yang dihadiri banyak orang dan berpotensi terjadi penularan.  Lebih baik kumpul dan beribadah bersama keluarga tercinta di rumah. Kalaupun terpaksa mesti menghadiri acara buka puasa di luar rumah, ya tetap ingat dan patuhi ‘pesan ibu’ yang dititipkan lewat Bang Doni Monardo, Ketua Satgas Penanganan Covid-19. Selain itu, yang juga tidak kalah penting, jangan pernah lelah untuk saling mengingatkan seperti yang dilakukan kawan saya tadi. Terlihat sepele memang, tapi tindakan itu mungkin bisa menyelamatkan ribuan nyawa. Selamat berpuasa, salam sehat untuk kita semua.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya