Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Deretan Bar yang Muram di Seputaran Oxford

Adiyanto
10/2/2021 14:27

SEBELUM pandemi, deretan bar di sekitaran Oxford, Inggris biasanya ramai dikunjungi mahasiswa, turis, dan masyarakat setempat. Mereka biasanya makan-minum di tempat itu atau sekadar melepas penat. Namun, setelah merebaknya pandemi covid-19, tidak ada lagi gelak tawa dan denting suara gelas yang beradu. Bar itu kini sunyi, sepi pembeli. Beberapa di antaranya bahkan terancam gulung tikar.

Para pemangku kepentingan di Oxford memperingatkan dampak menghancurkan dari penguncian nasional bagi pub-pub di kota universitas yang nyaman itu. Padahal, dulu pub atau bar itu kerap dikunjungi para penulis terkenal seperti J.R.R. Tolkien dan C.S. Lewis. Bahkan, detektif fiksi dalam serial televisi yang ngetop di pertengahan 1980-an hingga 1990-an, Inspektur Morse, digambarkan sering menghabiskan waktunya di tempat ini.

Tetapi, seperti pub di Inggris lainnya, kini para pengelola pub dan bar di Oxford dilarang beroperasi dan hanya diperbolehkan menjual makanan/minuman untuk dibawa pulang. "Saya tahu beberapa pemungut cukai yang mengatakan, 'cukup sudah, kita tidak bisa melanjutkan," kata Mark "Baz" Butcher, pemilik pub The White Hart, di Wytham, di pinggiran Oxford, kepada AFP.

"Saya pikir tidak terelakkan akan ada beberapa yang tutup, terutama pub kecil yang paling berisiko,” tambah Dave Richardson, juru bicara dari Campaign for Real Ale (CAMRA), cabang Oxford.

Pada Januari lalu, pihak St John's College, yang memiliki  The Lamb & Flag mengatakan, pub mereka tidak layak secara finansial dan akan memberhentikan stafnya. Perguruan tinggi, bagian dari Universitas Oxford itu mengatakan sebagai badan amal terdaftar, mereka tidak dapat menjalankan bisnis yang merugi.

Richardson mengatakan dia mengetahui ada yang berminat untuk mengambil alih pub tersebut, termasuk dari tuan tanah setempat. Harga properti yang tinggi di Oxford, kemugkinan membuat pub menarik untuk dibangun kembali.

Di seberang  The Lamb & Flag, The Eagle and Child pub, pub yang menjadi tempat bagi penulis RR Tolkien dan CS Lewis sering menghadiri kelompok diskusi sastra, Inklings, ditutup untuk renovasi. Bangunan yang akan mencakup hotel baru itu, juga dimiliki oleh St John's.

Di pub, The White Horse di dekat Broad Street, sang pemilik Jacqueline Paphitis mengatakan bahwa tidak adanya gelak tawa pengunjung dan bau minuman keras, adalah aneh. Padahal, di tempat itu dulu ramai pengunjung, bahkan kerap dijadikan lokasi syuting, termasuk serial Detektif Morse, yang ceritanya diambil dari novel karya Colin Dexter. “Virus korona  ini benar-benar menghancurkan,” kata Paphitis.

Paphitis mengakui saat pandemi ini bar dan pub sangat sulit dibuka kembali. Paul Silcock, pengelola Gardeners Arms di Plantation Road di daerah kota Jericho, juga sepakat. "Saat ini akan sangat tidak bertanggung jawab jika bar atau pub dibuka, itu akan konyol. Pub adalah tempat orang duduk berdekatan satu sama lain  dan  bisa menyemprotkan partikel ke mana-mana," ujarnya.

Silcock telah bekerja selama 17 tahun di pub yang juga dimiliki oleh St John's dan hanya menyajikan makanan vegetarian. Silcock ingat salah satu pelanggannya adalah Thom Yorke, vokalis Radiohead.

Dengan bantuan pinjaman dana dan hibah dari pemerintah, kata dia, mereka kini sedang berjuang agar tetap bertahan. ”Kami belum takut bangkrut,” ujarnya. Tapi, dia memerkirakan cukup banyak di antara pub-pub ini yang bakal gulung tikar jika lockdown berlangsung hingga Mei. “Siapa yang mampu, jika terus tidak ada pemasukan,” tukasnya. (AFP/M-4)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya