UNI Emirat Arab (UEA) bakal jadi negara di kawasan Timur Tengah yang meluncurkan misi ke luar angkasa. Misi penerbangan antarplanet itu diharapkan mencapai orbit Mars, Selasa (9/2).
Pesawat tak berawak bernama "Al-Amal" (dalam bahasa Arab berarti Harapan) itu diluncurkan dari Jepang tahun lalu. Misi ini menandai langkah berikutnya dalam program luar angkasa ambisius Uni Emirat Arab.
Proyek negara kaya minyak itu terinspirasi dari kejayaan ilmu pengetahuan dan budaya ilmiah Timur Tengah pada abad pertengahan.
UEA, yang terdiri dari tujuh emirat termasuk Dubai dan Abu Dhabi, memiliki 12 satelit di orbit. Rencananya mereka akan meluncurkan beberapa lagi di tahun-tahun mendatang.
Pada September 2019, mereka mengirim astronot pertama ke luar angkasa, Hazza al-Mansouri, bersama dua astronot lainnya. Mereka meluncur dari Kazakhstan dan kembali ke rumah setelah misi delapan hari. Dia menjadi orang Arab pertama yang mengunjungi Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Tidak hanya itu, UEA memiliki ambisi lebih jauh dengan tujuan membangun pemukiman manusia di Mars pada tahun 2117.
Selain itu, mereka berencana membuat "Kota Sains" berkubah putih di gurun di luar Dubai untuk mensimulasikan kondisi Mars dan mengembangkan teknologi yang diperlukan untuk membangun koloni di planet merah tersebut.
UEA memiliki rencana meluncurkan pesawat penjelajah tak berawak ke bulan pada tahun 2024 dan juga mengincar proyek penambangan di masa depan di luar Bumi, serta pariwisata luar angkasa.
Mereka telah menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan pariwisata antariksa Richard Branson Virgin Galactic dan mengumumkan pembentukan "pengadilan luar angkasa" untuk menyelesaikan sengketa komersial yang berkaitan dengan industri luar angkasa.
Misi di Mars
Pesawat tanpa awak Al-Amal diluncurkan dari Pusat Antariksa Tanegashima Jepang pada 20 Juli tahun lalu. Pesawat seberat 1.350 kilogram (2.970 pon), seukuran mobil SUV itu membutuhkan waktu tujuh bulan untuk menempuh perjalanan 493 juta kilometer (307 juta mil) ke Mars.
Para pejabat mengatakan manuver paling kritis dan kompleks akan dimulai pada Selasa pukul 1530 GMT, untuk memperlambat pesawat ruang angkasa itu agar bisa ditangkap oleh gravitasi Planet Merah.
Pesawat itu akan menembakkan keenam pendorong Delta-V, selama 27 menit, untuk memperlambat kecepatan jelajah 121.000 kilometer per jam menjadi sekitar 18.000 kilometer per jam.
Prosesnya akan menghabiskan setengah dari bahan bakar pesawat ruang angkasa dan akan memakan waktu 11 menit agar sinyal mencapai Bumi. Jika berhasil, satu putaran mengelilingi planet akan memakan waktu 40 jam.
Namun, tidak seperti dua misi ke Mars lainnya tahun ini, yang dilakukan pesawat Tianwen-1 dari Tiongkok dan Mars 2020 dari Amerika Serikat, misi yang diluncurkan UEA tidak akan mendarat Planet Merah.
Tiga instrumen yang dipasang pada probe pesawat nirawak itu akan memberikan gambaran tentang atmosfer Mars sepanjang tahun Mars ( 687 hari). Pertama adalah spektrometer inframerah untuk mengukur atmosfer bagian bawah dan menganalisis struktur suhu. Sedangkan yang kedua adalah pencitraan resolusi tinggi yang juga akan memberikan informasi tentang tingkat ozon. Adapun yang ketiga, spektrometer ultraviolet, mengukur kadar oksigen dan hidrogen dari jarak hingga 43.000 kilometer dari permukaan planet itu.
“Mempelajari atmosfer planet lain akan memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang iklim Bumi, dan membuka jalan bagi terobosan ilmiah,” kata pejabat terkait.
Proyek tersebut juga dirancang untuk menginspirasi negara lain di kawasan ini tentang masa kejayaan kemajuan ilmu pengetahuan selama Abad Pertengahan.
"UEA ingin mengirim pesan yang kuat kepada pemuda Arab dan untuk mengingatkan mereka tentang masa lalu, bahwa kami dulunya adalah penghasil pengetahuan," kata Omran Sharaf, manajer proyek misi tersebut, kepada AFP, Minggu (7/2).
Jika berhasil, misi ini akan menjadikan UEA negara kelima yang pernah mencapai Mars, dan waktunya bakal menandai ulang tahun ke-50 penyatuan negara tersebut. (AFP/M-4)