Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
KECAMATAN Pupuan, Tabanan, Bali, sejak lama berlimpah dengan bambu. Salah satu yang mudah ditemukan alami di sana ialah bambu tabah atau biasa disebut bambu hambar.
Penyebutan itu sesuai rasa rebungnya yang hambar atau tidak pahit sehingga favorit untuk dikonsumsi jika dibanding dengan bambu lainnya. Sayangnya, pelestarian bambu bernama latin Gigantochloa nigrociliata tidak sejalan dengan pemanfaatannya.
Kekhawatiran akan kepunahan bambu tabah yang kemudian mendorong Dr Ir Pande Ketut Diah Kencana untuk meneliti dan melestarikannya. Pengabdian yang telah berjalan puluhan tahun dari perempuan yang akrab disapa Diah itu pula yang membawanya menjadi peraih Kehati Award 2020 kategori Cipta Kehati (peneliti).
“Masyarakat menanam jenis bambu ini hanya untuk keperluan individu, seperti untuk pembatas lahan ataupun penahan irigasi tanah di tepi sungai. Jika pembudidayaan tidak baik, hal itu memungkinkan jenis bambu tabah akan punah,” tutur dosen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Bali, itu saat dihubungi Media Indonesia, Kamis (17/12).
Kepunahan bambu tabah sesungguhnya bukan hanya kerugian dari segi pangan. Sama dengan jenis bambu lainnya, bambu tabah memiliki fungsi penyerap dan penjernih air yang besar. Dengan akar serabut, bambu dapat menyerapkan air limpasan (air hujan) ke dalam tanah dengan maksimal.
Selain itu, bambu tabah termasuk bambu yang tumbuh paling cepat. Bambu juga memiliki daya serap karbon dioksida yang besar, yakni hingga 12 ton CO2 per hektare. Kerugian ekosistem lainnya dari kepunahan bambu tabah tentu saja hilangnya plasma nutfah.
Dari segi ekonomi, punahnya bambu tabah berarti hilangnya potensi ekonomi yang besar sebab tidak hanya untuk konsumsi sendiri, rebung bambu tabah sesungguhnya memiliki peluang besar menembuh pasar kelas atas.
Lebih lanjut Diah menjelaskan bahwa pada saat itu, walaupun masyarakat sangat paham bahwa rebung bambu tabah sangat enak, mereka tidak memiliki keinginan merawat tanamannya. Rumpun bambu tabah dibiarkan tumbuh secara liar.
Alhasil, karena tidak tertata, pertumbuhan rebungnya juga tidak baik. Cara memotong pun dilakukan serampangan.
“Memanen dengan cara dipotong di atas tanah mengakibatkan rebung menjadi keras. Nilai rebung pun jauh dari nilai ekonomi hasil pertanian dan perkebunan lain yang ada di daerah tersebut, seperti kopi, jeruk, manggis, dan kakao,” tambahnya.
Koperasi petani
Kerja Diah dalam pelestarian bambu tabah dimulai dengan penelitian budi daya hingga cara pengemasan. Usai merampungkan penelitian pada 2003, ia mulai program pembudidayaan melalui pembibitan lewat kelompok petani bambu di desa tempat tinggalnya sendiri yang juga berada di Pupuan.
“Pengembangan diawali dengan mulai membentuk kelompok-kelompok tani yang mau mengembangkan bambu tabah dengan mengajari cara pembibitan, penanaman di lahan-lahan yang kritis serta budi daya yang baik dengan memelihara rumpun dan cara panen yang benar untuk rebungnya,” jelasnya.
Pengembangan bambu tabah kian cerah lewat sistem koperasi di Kelompok Tani Bambu Alam Sejahtera. Di koperasi tersebut, Diah mengajarkan masyarakat cara menanam, mengemas, hingga mendistribusikan hasil produksi dari bambu tabah.
Menurut perhitungan Diah, satu hektare lahan bisa ditanami 500 rumpun yang menghasilkan minimal 1 ton rebung per musim. Produktivitas itu tentunya diiringi dengan kualitas rebung yang semakin baik.
Ditambah dengan pengemasan yang juga baik, harga rebung dari kelompok taninya bisa terkerek dan diterima masuk ke restoran dan hotel-hotel di Pulau Dewata. “Proses rebung serta cara kemas dan simpan yang baik, rebung bisa disimpan lebih dari 1 tahun dengan suhu rendah,” tambahnya.
Harga jual rebung tabah, menurutnya, saat ini Rp15.000 per 200 gram atau setara Rp75.000 per kg. Dalam musim hujan selama 6 bulan, petani bisa melakukan 2 kali panen sehingga setiap tahun mereka meraih omzet Rp150 juta per ha. Dengan perawatan baik, rumpun bisa terus memproduksi rebung hingga 100 tahun bahkan lebih.
Sejak dimulai dari desa tempat tinggalnya di Kecamatan Pupuan, kelompok tani yang digagas Diah kemudian tersebar ke 14 desa lainnya di Pupuan. Setiap kelompok beranggotakan 30-40 petani yang aktif ataupun pasif.
Kini kelompok tani bambu tabah sudah tersebar ke kabupaten lainnya, termasuk Badung (Plaga, Beloksidan Hulu Das Ayung), Gianyar (Payangan, Patas TaroTegalalang, Tampaksiring), Bangli (Kintamani), dan Buleleng (Pancasari ditepi Danau Buyan). Pengembangan bambu tabah juga sudah sampai di Lombok Tengah. Diah berharap semakin luasnya pembudidayaan bambu tabah berarti juga semakin luasnya manfaat untuk kelestarian alam dan kesejahteraan warga. (M-1)
Dengan cara masing-masing, mereka berupaya memberi andil untuk memulihkan bumi yang tengah sakit ini.
Yang ingin dituju Mendekor pun tidak muluk-muluk. Mereka ingin para perajin punya penaikan pendapatan dan bisa merekrut para pekerja lebih banyak.
Sempat salah strategi bisnis, UMKM ini menemukan momentum pertumbuhan dari produk-produk dekorasi.
Lahir sejak Maret 2020 saat pandemi mulai menghantam Indonesia, Dibalik Pandemik hingga kini telah menyalurkan total sekitar Rp100 juta kepada 70-an penerima bantuan.
Gerakan yang diinisiasi perempuan muda ini bertujuan membantu para pekerja di sektor perhotelan dan wisata
Namun, kisah di balik VW dan kesibukan Rahmad yang mesti berjibaku saat menggunakan gelas ukur dan mesin pres kopi dengan hanya sebelah tangan yang bisa digunakan juga tak kalah istimewa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved